Pembatasan Subsidi BBM
Kenaikan Harga BBM Bisa Picu Lonjakan Harga Obat
Kenaikan harga BBM diperkirakan juga memengaruhi nilai tukar rupiah dan akan memberikan efek domino bagi industri
Editor:
Anwar Sadat Guna
TRIBUNNEWS.COM - Kenaikan harga BBM diperkirakan juga memengaruhi nilai tukar rupiah dan akan memberikan efek domino bagi industri berbahan baku dari ekspor, seperti farmasi.
Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang, mengatakan di Jakarta, Senin (5/3/2012), menilik kebutuhan bahan baku sektor industri farmasi saat ini sekitar 90 persen bergantung pada impor, membuat industri ini sangat rentan terhadap efek kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan nilai tukar rupiah.
“Kenaikan ini lebih pada kenaikan nilai tukar mata uang,” katanya.
Menurut Edwin, jika nilai tukar rupiah terus melemah dan apabila mencapai di
atas Rp 9.500 per dolar AS, maka ini akan berdampak terhadap kinerja emiten farmasi.
“Apabila nilai tukar rupiah masih berada di level Rp 9.100-9.200, saya rasa masih oke, namun jika di atas Rp 9.500 bisa gawat,” katanya.
Ia berpendapat bahwa untuk mengantisipasi kondisi ini, otomotis perusahaan farmasi mengambil langkah dengan menaikkan harga jual obat.
Hingga saat ini total pasar farmasi nasional mencapai Rp 44 triliun dan dari nilai tersebut baru Rp 3,4 triliun yang merupakan kontribusi dari pasar obat generik.
Adapun lima besar pelaku utama di industri farmasi obat generik adalah PT Indofarma Tbk (INAF) dengan pangsa pasar sebesar 15,78 persen, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sebesar 15,06 persen, PT Hexpharm Jaya sebesar 11,91 persen, PT Generic Manuf sebesar 9,01 persen dan PT Dexa Medica sebesar 8,52 persen.