Optimalkan Pelabuhan Calang
Bahkan Meulaboh dan Calang merupakan daerah yang paling parah terkena tsunami
Editor:
Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Minggu lalu, tepatnya 9 hingga 12 September 2014, Ditjen Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melakukan perjalanan menelusuri pelayanan angkutan laut perintis di lintas barat Provinsi Aceh.
Dalam keterangan pers Kementerian Perhubungan disebutkan, perjalanan dimulai dari Pelabuhan Meulaboh, Aceh Barat. Kemudian dilanjutkan ke Pelabuhan Calang, Aceh Jaya, dan berakhir di Pelabuhan Malahayati, Banda Aceh. Kedua kabupaten dan satu Ibu Kota Provinsi Aceh itu merupakan daerah yang terkena hantaman gempa dan gelombang tsunami pada Desember 2004 lalu.
Bahkan Meulaboh dan Calang merupakan daerah yang paling parah terkena tsunami. Selain menelan ribuan korban jiwa, gelombang tsunami juga memporak porandakan infrastruktur transportasi kedua daerah tersebut, seperti jalan raya dan pelabuhan.
Pasca tsunami, Meulaboh dan Calang sempat menjadi daerah terisolir karena jalan raya yang menghubungkannya dari dan ke Banda Aceh terputus. Pelabuhan Meulaboh dan Calang pun rata dengan tanah sehingga tidak ada kapal yang bisa sandar. Begitu juga Bandara Cut Nyak Dhien yang berlokasi di Kabupaten Nagan Raya, sebuah kabupaten yang terletak di antara Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Jaya hancur dan tidak bisa didarati oleh pesawat.
Setelah hampir 10 tahun pasca kejadian, infrastruktur transportasi lintas barat Aceh tersebut telah pulih seratus persen. Infrastruktur jalan raya antara Meulaboh hingga Calang sudah kembali mulus. Bahkan jalan raya yang menghubungkan Calang dengan Banda Aceh yang berjarak sekitar 135 kilometer kondisinya jauh lebih mulus karena dibangun oleh negara donor seperti Amerika, Australia dan negara-negara lainnya.
Seperti halnya jalan raya, infrastruktur pelabuhan di Meulaboh, Calang, dan Malahayati pun sudah semakin baik. Pelabuhan Calang yang masih merupakan pelabuhan unit pelaksana teknis terlihat lebih mentereng dan lengkap dari pada Pelabuhan Meulaboh, bahkan dibandingkan dengan Pelabuhan kelas IV Malahayati sekalipun.
Sejak 2009, Kementerian Perhubungan membangun kembali Pelabuhan Calang. Selain memiliki dermaga dengan panjang total 300 meter, pelabuhan ini dilengkapi dengan terminal penumpang, pergudangan, dan perkantoran. Luas area perkantorannya sendiri mencapai 3.000 M2. Guna mengaktifkan kembali lalu lintas laut, baik penumpang maupun barang, Kementerian Perhubungan menempatkan satu kapal perintis yang berpangkalan (home base) di Calang yaitu KM Mitra Bahari, dan satu kapal perintis lainnya yaitu KM Sabuk Nusantara 35 yang berpangkalan (home base) di Pelabuhan Meulaboh.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Calang, tampaknya masyarakat Aceh Jaya masih belum memanfaatkan keberadaan Pelabuhan Calang secara optimal.
Padahal menurut PLH KUPP Pelabuhan Calang Capt. Nailan, sebelum luluh lantak oleh gelombang tsunami pelabuhan ini terkenal dan ramai sebagai tempat pengangkutan kayu gelondongan (log). Tetapi sekarang, sejak Januari hingga Agustus 2014, jumlah barang yang diangkut melalui Pelabuhan Calang hanya 250 ton, sedangkan penumpangnya hanya 787 orang.
"Kondisi seperti ini tentunya tidak bisa dibiarkan terus berlarut, infrastruktur pelabuhan yang telah dengan susah payah dibangun oleh Kementerian Perhubungan tersebut harus lebih dioptimalkan," kata Nailan, didampingi oleh petugas Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Azwani Amru.
Ia berharap pemerintah daerah Aceh Jaya segera berupaya mengoptimalkan Pelabuhan Calang sebagai tempat keluar masuk berbagai komoditas dan penumpang dari dan ke Aceh Jaya. "Kami, Kementerian Perhubungan telah menyediakan berbagai fasilitas pelabuhan dan juga termasuk kapal pengangkutnya," ujar Nailan.
Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya sepertinya harus segera bergandengan tangan dengan semua stakeholder termasuk dengan para pengusaha kelapa sawit dan tambang batubara untuk berupaya memanfaatkan pelabuhan dan transportasi laut secara maksimal. Salah satu caranya tentu saja dengan mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, baik industri, perdagangan, dan jasa, termasuk pariwisata.