Daging Sapi Langka
DPR dan Kemendag Waspadai Mafia Daging Sapi
Hal ini memang harus diwaspadai oleh pemerintah khususnya Kementerian Perdagangan RI yang mempunyai wewenang dalam menstabilkan harga.
Penulis:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi DPR RI sependapat dengan pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag), Rachmat Gobel tentang mafia daging sapi di balik meroketnya harga daging sapi.
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Heri Gunawan mensinyalir, pembatasan impor yang dilakukan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk melindungi produksi dalam negeri membuat mafia sapi dan eksportir luar menjadi was-was.
Mereka terpukul karena akan kehilangan potensi omset triliunan rupiah akibat pembatasan tersebut, sehingga mafia mulai melakukan rekayasa sehingga harga daging sapi menjadi melonjak.
“Hal ini memang harus diwaspadai oleh pemerintah khususnya Kementerian Perdagangan RI yang mempunyai wewenang dalam menstabilkan harga. Saya setuju dengan Mendag bila para aktor di balik pemogokan pedagang sapi dipidana, karena memang mengganggu ekonomi nasional kita,” kata Heri Gunawan kepada wartawa di Jakarta, Selasa (11/8/2015).
Menurut dia, hitungannya cukup sederhana jika harga satu ekor sapi Australia ditambah pengapalan dan lain-lain Rp10 juta, maka eksportir itu kehilangan potensi omset sebesar 270 ribu ekor dikurangi 50 ribu ekor dikali Rp10 juta, maka omset importir akan hilang sekitar Rp2,2 triliun setiap kuartalnya.
Sehingga setiap tahunnya, mafia akan kehilangan omset Rp 8,8 triliun. Ini merupakan angka yang fantastis, tidak heran jika hilangnya potensi omset tersebut membuat mafia sapi impor menjadi gusar.
Mereka berupaya melakukan rekayasa agar pemerintah tetap impor dan ini sudah terlihat dari rekayasa yang semakin kuat.
"Mafia-mafia itu sedang berusaha memainkan harga hingga mencapai angka tertinggi seperti sekarang. Karenanya saya setuju dengan Kemendag RI dan Bulog untuk melakukan intervensi melalui operasi pasar. Karena regulasinya sudah jelas, bahkan secara spesifik dalam Perpres tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Penting (Bapokting) Mendag punya wewenang penuh untuk melakukan intervensi harga," katanya.
Untuk diketahui, saat ini sedang dilakukan pembatasan impor sapi oleh Kemendag. Hal itu menjadi wujud konkret perwujudan kedaulatan pangan. Pada kwartal III-2015 izin impor sapi yang sekarang ada di Kemendag hanya 50 ribu ekor. Angka itu menurun drastis dari kwartal sebelumnya yang mencapai 270 ribu ekor.
Heri mengatakan rekayasa mafia itu terstruktur. Modus yang mereka mainkan macam-macam mulai memainkan harga beli sapi di peternak serendah mungkin, hanya berkisar Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu setiap kilogramnya, memotong sapi betina bunting untuk dijual di pasar, dan lain-lain.
"Peternak sapi tidak punya pilihan sama sekali selain menjual sapi mereka dengan harga yang murah. Lebih-lebih di saat musim kemarau seperti sekarang di mana pakan ternak sulit didapat," katanya.
Politisi Partai Gerindra ini mengapresiasi Kemendag yang sudah pro aktif berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan institusi terkait seperti Bulog untuk menjaga stabilitas pasokan dan pengamanan distribusi. Jangan sampai peternak-peternak itu terus menjual sapinya ke lingkaran mafia.
"Harus dipastikan juga sebisa mungkin peternak tidak menjual daging sapi dalam bentuk gelondongan kepada tengkulak. Tapi, dalam bentuk karkas (daging segar) secara langsung ke pasar," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel mengatakan, mahalnya harga daging di pasaran karena adanya permainan segelintir orang yang sengaja menahan masuknya daging ke pasar. Ini membuat pasokan di pasar langka dan harga menjadi mahal.
"Kalau mereka sengaja menahan itu, jelas pidana. Kita akan cari tahu," tutur Gobel.