Rabu, 3 September 2025

Virus Corona

Pemerintah Optimistis Krisis Covid-19 Tidak Lebih Parah Dibandingkan 1998 dan 2008

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan, krisis akibat pandemi corona atau Covid-19 tidak lebih parah dari krisis 1998 dan 2008.

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto saat wawancara khusus dengan Tribun Network di Kantor Tribun Network, Jakarta, Selasa (1/9/2020). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan, krisis akibat pandemi corona atau Covid-19 tidak lebih parah dari krisis 1998 dan 2008.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kalau krisis 1998 itu namanya krisis Asia Timur, bukan secara global.

Baca: Jokowi: Kesempatan Pertumbuhan Ekonomi Hanya di September, Kalau Minus Artinya Masuk Ke Resesi

Baca: Jokowi Minta Gubernur Percepat Realisasikan Belanja Daerah Untuk Cegah Resesi

"Hanya negara-negara di Asia Timur, tetapi Global tidak, sehingga akibat itu sektor UMKM tidak kena. Namun, sektor korporasi yang terkena adalah sektor keuangan," ujarnya saat menyambangi Kantor Redaksi Tribunnews, Rabu (2/9/2020).

Saat itu, lanjut Airlangga, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai 44 persen, berkali-kali lipat dari target pemerintah sekarang di 6,4 persen.

Perbedaan selanjutnya adalah saat pandemi Covid-19 sekarang, sektor keuangan sedang baik disokong oleh perbankan yang ada.

Selain itu, pasar saham pada 1998 sempat mengalami mati suri cukup lama, berbeda dengan sekarang sudah mulai menunjukkan tren naik.

"Di krisis 1998, pasar saham itu mati suri agak lama. Demikian pula di 2008 karena yang kena adalah pasar saham global, sehingga sentimen pasar juga negatif," kata Airlangga.

Tidak hanya pasar saham, Airlangga menambahkan, nilai tukar rupiah juga sudah relatif membaik dan likuiditas sektor keuangan cukup.

"Dengan demikian, proyeksi 2021, lembaga dunia apapun itu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 4 persen sampai 5 persen. Jadi, semua sudah melihat bahwa di akhir 2020 dan awal tahun 2021 ada pemulihan," pungkasnya.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan