Selasa, 9 September 2025

Ekonom Soroti Milenial Gemar Pinjam Uang Pinjol untuk Hal-hal Konsumtif, Contohnya Beli Tiket Konser

Masyarakat Indonesia khususnya generasi muda disebut-sebut cukup gemar mengajukan atau menggunakan layanan keuangan pinjaman online

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Surya/Eben Haezer
Ilustrasi pinjaman online 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Indonesia khususnya generasi muda disebut-sebut cukup gemar mengajukan atau menggunakan layanan keuangan pinjaman online alias pinjol.

Namun mirisnya, uang yang diperoleh dari pengajuan pinjol ini digunakan untuk hal-hal konsumtif alias bukan kebutuhan pokok.

Peneliti Ekonomi Digital Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengungkapkan, hal-hal konsumtif yang dimaksud salah satunya seperti membeli tiket konser.

Baca juga: Viral Orang Akhiri Hidup Gara-gara Diteror Perusahaan Pinjol, Polisi Lakukan Penyelidikan

Menurut Huda, mudahnya pengajuan kredit menjadi faktor utama pinjol sangat populer di Indonesia.

"Banyak kita temukan di lapangan banyak sekali anak muda yang pinjol tanpa pengetahuan orang tua, ditambah lagi belum berpenghasilan," ungkap Huda di Perpustakaan Nasional Jakarta, Jumat (23/9/2023).

"Artinya mereka meminjam di pinjol untuk hal-hal konsumtif untuk membeli album K-Pop dan tiket konser," sambungnya.

Beberapa waktu lalu, Indef dalam studinya mencatat, per Juni 2023, pinjaman rata-rata untuk peminjam dibawah usia 19 tahun adalah Rp 2,3 juta, dan untuk peminjam dengan rentang usia 20-34 tahun adalah Rp 2,5 juta.

Padahal, pendapatan rata-rata pemuda (18-34 tahun) di Indonesia sebesar Rp 2 juta per bulan.

Selain itu, kondisi ini menurut Huda sangat mengkhawatirkan, dikarenakan pendapatan pemuda lebih rendah daripada hutang di pinjaman online. Dan sangat berisiko terhadap manajemen finansial.

Baca juga: Pinjol AdaKami Bisai Dicabut Izinnya Jika Terbukti Bersalah Dalam Kasus Nasabah Mengakhiri Hidup

Oleh karenanya, Huda mengungkapkan bahwa diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi maraknya pinjaman online ilegal ditengah masyarakat.

Salah satunya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) didorong untuk memberikan pengetatan administrasi peminjaman pinjaman online dari segi umur, maupun menggunakan data penunjang perbankan.

"Harus ada tindakan atau langkah OJK untuk menyelesaikan hal tersebut. Untuk yang belum berpenghasilan harus ada penyertaan kesanggupan pembayaran dari orang tua, atau izin orang tua," tukasnya.

Alasan Kuat Pinjol Marak Digandrungi Masyarakat

Nailul Huda mengungkapkan, terdapat 2 alasan yang membuat pinjol masih menjadi primadona sejumlah masyarakat.

Pertama, besaran bunga layanan pinjaman dari fintech peer to peer lending bagi masyarakat sekitar 0,4 persen per hari.

Baca juga: Nasabah Pinjol Bunuh Diri Akibat Diteror, Bos AdaKami Kena Hujat Nitizen: Tidak Ada Datanya di Kami

Namun, banyak masyarakat yang mengira besaran bunga tersebut bukan per hari. Ada yang mengira bunga tersebut dihitung per minggu.

"Ada survei yang menyebutkan bahwa faktor suku bunga rendah merupakan faktor utama masyarakat menggunakan pinjol," jelas Nailul.

"Artinya informasi tentang suku bunga ini asimetris dong. Masyarakat taunya suku bunga itu murah, padahal di satu sisi sebenarnya itu mahal," lanjutnya.

Hal kedua, pinjol memiliki kelebihan yakni lebih cepat proses pencairannya jika dibandingkan dengan bank, koperasi, usaha gadai, maupun pemerintah lewat kredit usaha rakyat.

Pinjol dapat diajukan secara online atau daring, syarat mudah, dan tanpa agunan.

Kedua hal itu lah yang membuat pinjol digandrungi masyarakat, khususnya anak muda.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan