Sabtu, 4 Oktober 2025

Memanen Manfaat dari Energi Surya di Atap Pasar

Pasar Gedhe Klaten dilengkapi dengan PLTS atap yang difungsikan untuk menyokong sebagian kebutuhan listrik yang dimanfaatkan pedagang dan pembeli.

|
Penulis: Sri Juliati
Tribunnews/Sri Juliati
Teknisi Pasar Gedhe Klaten, Minarso mengecek panel surya yang berada di atap pasar, Kamis (8/8/2024). Adanya PLTS menjadikan Pasar Gedhe sebagai bangunan yang telah menerapkan konsep green building atau bangunan gedung hijau (BGH). 

TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 462 hamparan panel surya memenuhi bagian atap (rooftop) gedung Pasar Gedhe, Klaten, Jawa Tengah.

Kehadiran alat penangkap sinar matahari itu tak lain untuk menyokong sebagian kebutuhan listrik di Pasar Gedhe.

Ya, setelah direnovasi selama dua tahun dan beroperasi kembali pada Agustus 2023, Pasar Gedhe kini dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Adanya PLTS menjadikan Pasar Gedhe sebagai bangunan yang telah menerapkan konsep green building atau bangunan gedung hijau (BGH).

Selain itu, Pasar Gedhe juga menjadi pasar tradisional pertama di Indonesia yang memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi alternatif.

PLTS pasar gedhe klaten3
Pengunjung menggunakan eskalator di Pasar Gedhe Klaten, Kamis (8/8/2024). Setelah direnovasi selama dua tahun dan beroperasi kembali pada Agustus 2023, Pasar Gedhe kini dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Teknisi Pasar Gedhe, Minarso mengatakan, setiap panel surya menghasilkan listrik 450 Wp.

"Sehingga total produksi listrik dari PLTS atap sebanyak 207,9 KWp dan menyuplai sekira 30-40 persen dari kebutuhan listrik sehari-hari Pasar Gedhe. Kekurangannya masih ditopang listrik dari PLN," ujarnya, Kamis (8/8/2024).

Minarso mengungkapkan, sumber energi alternatif dari sinar matahari itu dapat dipakai sejak pukul 05.00 WIB hingga 19.00 WIB.

"Dari sejak langit mulai biru, energi listrik PLTS sudah bisa dipakai meski penyerapannya belum seoptimal seperti pada saat siang hari," beber Minarso.

Barulah pada pukul 19.00 WIB hingga keesokan harinya, sumber energi listrik yang dipakai berasal dari PLN.

Ia juga mengatakan, energi listrik dari PLTS atap di Pasar Gedhe, stabil sekalipun di tengah cuaca mendung atau hujan.

Baca juga: Ada PLTS Berkapasitas 10 MW, Upacara HUT Kemerdekaan RI Ke-78 di IKN 100 Persen Pakai Energi Hijau

"Beberapa waktu yang lalu kan sempat hujan, mendung, ternyata suplai listrik dari PLTS masih bisa dipakai," kata dia.

Cara Kerja PLTS Pasar Gedhe

Tribunnews.com pun sempat diajak untuk menengok langsung ladang panel surya yang memenuhi atap di dua gedung Pasar Gedhe.

Akses menuju rooftop seluas 1.002 m2 itu dapat ditempuh dengan menaiki tangga di lantai 3 setiap gedung.

Pintu area tersebut selalu dikunci oleh Minarso dan teknisi lainnya, Sarwono.

Akses ke ladang panel surya hanya dibuka ketika keduanya melakukan pengecekan serta pembersihan panel surya.

"Pengecekan dan pembersihan dilakukan agar panel surya dapat menangkap sinar matahari secara optimal," kata Minarso.

Pembersihan panel surya dilakukan setiap 3-4 hari sekali menggunakan air mengalir dan kain lap pel atau kanebo.

Sarwono menambahkan, debu dan kotoran burung menjadi 'musuh' terbesar bagi panel surya.

"Kalau tidak dibersihkan secara maksimal, maka dapat memengaruhi kinerja panel," lanjut Sarwono.

Di kawasan yang langsung terpapar sinar matahari itulah, ratusan panel surya ditata berderet.

Rinciannya, 304 panel surya berada di gedung A dan sisanya, 158 panel surya ada di gedung B.

Di gedung B terdapat ruang untuk menempatkan 4 unit inverter serta AC combiner box.

PLTS pasar gedhe klaten
Dua teknisi Pasar Gedhe, Klaten mengecek inverter serta AC combiner box di Gedung B, Kamis (8/8/2024). Setelah direnovasi selama dua tahun dan beroperasi kembali pada Agustus 2023, Pasar Gedhe kini dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Sarwono menjelaskan, panel surya akan menangkap paparan sinar matahari yang dikonversi menjadi energi listrik DC, kemudian ke inverter untuk diubah menjadi listrik AC.

"Arus listrik dari setiap inverter lantas masuk ke AC combiner box sebelum dialirkan menjadi sumber energi listrik," jelasnya.

Aliran listrik dari PLTS atap itu lantas dimanfaatkan untuk menyalakan lampu penerangan pasar, peralatan elektronik, serta menjalankan sejumlah fasilitas umum di Pasar Gedhe.

Misalnya mengoperasikan 4 eskalator dan 4 travelator Pasar Gedhe. Jenis eskalator dan travelator di pasar seluas 15.425 meter persegi itu hemat energi.

Tangga akan berjalan ketika ada orang yang menggunakannya. Saat tidak ada yang melintas, eskalator dan travelator otomatis berhenti.

"Selama setahun penggunaan PLTS, hampir tidak pernah ada kendala, semoga jangan sampai ada," ungkap Sarwono.

Manfaat untuk Semua

PLTS pasar gedhe klaten1
Tiwik (41), pedagang bumbu dapur di Pasar Gedhe, Klaten sedang menata dagangannya, Kamis (8/8/2024). Ia mengaku sangat terbantu dengan aliran listrik bersumber cahaya matahari tersebut.

Penggunaan dan pemanfaatan PLTS atap Pasar Gedhe rupanya mendapat respons positif dari sejumlah pedagang pasar.

Tiwik (41), misalkan. Pedagang bumbu dapur itu sangat terbantu dengan aliran listrik bersumber cahaya matahari tersebut.

Ia tak perlu sungkan menyalakan lampu sepanjang hari agar kiosnya terlihat terang. Ia pun bebas menggunakan segala jenis peralatan elektronik di sini.

"Dulu saat masih jualan di pasar darurat, saya harus ikut iuran untuk membeli token listrik. Sekarang sudah tidak perlu lagi, karena listriknya sudah disediakan dari pihak pasar," ujar warga Desa Danguran, Klaten itu.

Hal serupa juga disampaikan pedagang peralatan rumah tangga, Sukiyem (63).

Warga Desa Senden, Kecamatan Ngawen ini tak perlu lagi nebeng listrik seperti yang dilakukannya saat masih berjualan di pasar darurat.

Selain itu, dengan penerangan lampu yang begitu maksimal, membuat penampilan Pasar Gedhe Klaten tampak lebih terang dan bersih.

"Apalagi ada eskalator, wis jan pasar-e ketok koyo mol (pasarnya terlihat seperti mal)," ujar wanita yang telah berjualan selama 50 tahun ini.

Sementara itu, Lurah Pasar Gedhe, Purwadi membeberkan, ada sekira 300 pedagang di Pasar Gedhe yang menikmati aliran listrik dari PLTS.

Mereka adalah penjual pakaian, sayur, sembako, peralatan rumah tangga, oleh-oleh, hingga kuliner.

Ke-300 pedagang tersebut menempati sejumlah kios di gedung A dan gedung B yang terdiri dari tiga lantai.

Menurut dia, sistem penerangan di Pasar Gedhe menjadi jauh lebih maksimal sejak memakai PLTS.

"Dulu sebelum direnovasi, tidak semua lampu pasar dihidupkan. Sekarang semua lampu di pasar dapat menyala sepanjang hari dan tidak masalah, karena kita pakai PLTS," ujar Purwadi.

Semenjak adanya PLTS atap, lanjut Purwadi, Pasar Gedhe kini juga menjadi salah satu tujuan untuk studi banding dari berbagai kalangan.

"Kemarin ada yang datang dari Banyuwangi, Kediri, Pasar Johar Semarang, Sleman untuk studi banding," kata dia.

Hemat Biaya Listrik

PLTS pasar gedhe klaten2
Dua teknisi Pasar Gedhe Klaten, Minarso dan Sarwono mengecek panel surya di atap Pasar Gedhe Kamis (8/8/2024).

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (DKUKMP) Klaten, Anang Widjatmoko mengklaim, pemanfaatan PLTS di Pasar Gedhe Klaten dapat menghemat biaya listrik yang harus dibayarkan ke PLN hingga 30 persen.

Semula, dinas memperkirakan anggaran untuk biaya listrik pasar yang berlokasi di pusat Kota Klaten itu mencapai Rp 20 juta.

Nominal tersebut berdasarkan rata-rata biaya listrik yang dikeluarkan saat proses renovasi Pasar Gedhe berlangsung dari tahun 2021 sampai 2023.

Ternyata setelah pasar resmi beroperasi memakai PLTS, tagihan listrik yang dibayarkan jauh lebih berkurang menjadi sekira Rp 15 juta.

"Jadi ada penghematan sekira Rp 5 jutaan," kata Anang.

PLTS pasar gedhe klaten4
Suasana Pasar Gedhe Klaten saat siang hari dengan lampu penerangan yang terus menyala, Kamis (8/8/2024). Setelah direnovasi selama dua tahun dan beroperasi kembali pada Agustus 2023, Pasar Gedhe kini dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Anang menjelaskan, pemanfaatan PLTS atap diharapkan dapat membantu operasional para pedagang Pasar Gedhe Klaten.

Mereka dapat lebih leluasa memajang dan menjajakan barang dagangan secara jelas di bawah terangnya lampu penerangan, bersumber dari energi cahaya matahari.

"Tidak seperti di pasar lama yang dulu, kalau siang, lampu dimatikan sehingga kondisi pasar lebih gelap. Sekarang saya sudah tidak perlu lagi mematikan lampu saat siang hari," kata dia.

Anang juga berharap, fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal baik oleh pedagang maupun pengunjung Pasar Gedhe.

"Akhirnya Klaten punya pasar yang luar biasa dan semi modern. Secara fasilitas sudah modern karena dilengkapi eskalator dan elevator, jadi masyarakat bisa berbelanja serasa di mal, tapi dengan harga yang masih sangat terjangkau," ujar dia.

Selain itu, penggunaan PLTS di Pasar Gedhe diharapkan menjadi percontohan pasar lain untuk menerapkan hal serupa guna mendukung pemanfaatan energi bersih dan ramah lingkungan. 

Harapan serupa juga disampaikan Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Boedyo Dharmawan. Ia berharap, penggunaan PLTS atap dapat berkembang secara masif.

Hal ini, kata Boedyo, selaras dengan apa yang dikampanyekan Dinas ESDM Jateng dalam hal penggunaan energi terbarukan untuk menggantikan energi fosil.

Selain itu, Indonesia saat ini tengah dalam masa transisi untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Sehingga segala sumber daya harus diaktifkan untuk menuju komitmen serta melaksanakan transisi energi dari fosil menuju energi yang lebih bersih dan minim emisi. 

"Oleh karena itu, kami sangat mendukung mendukung adanya PLTS di Pasar Gedhe, Klaten," kata dia saat dihubungi.

Menurut Boedyo, Jawa Tengah memiliki potensi yang tinggi dalam mengembangkan PLTS. Hal tersebut menjadi alasan sangat diminatinya pemasangan PLTS atap di Jateng.

Sejumlah industri, perkantoran, gedung, pondok pesantren, hingga rumah-rumah di Jateng, diklaim Boedyo, juga sudah banyak yang menggunakan PLTS atap.

"Kami juga pernah menjumpai desa yang mana sudah menerapkan PLTS dengan pendanaan dari APBDes. Artinya, masyarakat pun sudah mulai paham dengan energi bersih ini," kata dia.

Alasan lain, lanjut Boedyo, pemasangan panel surya sebagai pembangkit listrik tak perlu dilakukan di lahan terpisah. Masyarakat dan industri hanya perlu memanfaatkan atap bangunan yang langsung terpapar sinar matahari kemudian dihubungkan dengan jaringan listrik dari PLN.

"Khusus untuk PLTS atap terutama di industri, memang ada perizinan. Sebelum memasang, harus lapor ke PLN. Begitu juga dengan kami, dinas yang akan mengeluarkan surat rekomendasi kapasitasnya. Jangan sampai mengganggu jaringan listrik PLN yang sudah terbentuk di masing-masing wilayah," kata dia.

Komitmen PLN Salurkan Energi Bersih

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap mendukung pemerintah dalam melakukan transisi energi guna mencapai Net Zero Emissions pada 2060, salah satunya melalui PLTS Atap.

"Kami menyambut suka cita dan siap menjalankan kebijakan yang telah diputuskan oleh Pemerintah. Ini adalah upaya kita untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam transisi energi di Indonesia," ucap Darmawan dalam keterangannya.

PLN juga akan berupaya untuk meningkatkan bauran energi nasional dan mendukung transisi energi berkelanjutan di Indonesia. 

Darmawan mengatakan, kolaborasi dalam bidang investasi, teknologi, dan regulasi penting dilakukan untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan. 

"PLN terus berkomitmen untuk memperkuat kapasitas nasional dalam menciptakan lapangan pekerjaan, mengentaskan kemiskinan, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan," ucap Darmawan. 

"Dengan sinergi yang kuat, kami optimistis bahwa Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam transisi energi bersih di kawasan ini," tambahnya. 

Direktur Retail dan Niaga PLN Edi Srimulyanti menambahkan, PLN senantiasa mendukung pertumbuhan PLTS atap di Indonesia. 

Hal ini dibuktikan dengan jumlah PLTS atap yang terus meningkat setiap tahunnya.

"Kami terus mendukung keterlibatan masyarakat dalam transisi energi, salah satunya lewat PLTS atap ini. Bahkan pada tahun 2023, kapasitasnya meningkat hampir 2 kali lipat," ucap Edi.

Pada tahun 2022 tercatat kapasitas PLTS atap di Indonesia sebesar 80 Megawatt peak (MWp), meningkat menjadi 141 MWp pada 2023. 

Capaian ini menunjukkan komitmen PLN serta minat masyarakat dan sektor industri turut berperan dalam peningkatan EBT di Indonesia. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved