Hilirisasi Mineral Disebut Wujud Kepahlawanan Modern untuk Kemandirian Pertahanan Nasional
Hilirisasi sumber daya manusia adalah bentuk kepahlawanan modern yang strategis dan membawa manfaat besar bagi bangsa.
Ringkasan Berita:
- Khairul Fahmi, Co-Founder ISESS, menilai hilirisasi sumber daya alam merupakan bentuk kepahlawanan modern yang memperkuat kemandirian pertahanan nasional.
- Ia menyebut keberanian negara mengelola nikel, tembaga, dan aluminium sendiri menjadi langkah strategis menjaga kedaulatan serta memperkuat industri alutsista.
- Fahmi juga menyoroti peran MIND ID dan hilirisasi sejalan dengan visi Presiden Prabowo untuk meningkatkan daya tawar dan kemandirian bangsa.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setiap 10 November, bangsa Indonesia mengenang jasa para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi mengatakan, di era kontestasi geopolitik dan percepatan transformasi teknologi, semangat kepahlawanan kini menemukan makna baru.
"Hari ini, patriotisme tidak hanya tercermin dari keberanian di medan tempur, tetapi juga dari keberanian mengambil keputusan strategis demi memperkuat kedaulatan bangsa, salah satunya melalui hilirisasi sumber daya alam (SDA) guna mendukung kemandirian pertahanan nasional," kata Khairul Fahmi dalam keterangan dikutip, Selasa (11/10/2025).
Baca juga: Komoditas Nikel Indonesia Menguat, Hilirisasi Jadi Kunci
Ia menegaskan bahwa hilirisasi SDA adalah bentuk kepahlawanan modern yang strategis dan membawa manfaat besar bagi bangsa.
“Kemandirian pertahanan di Hari Pahlawan bisa dibaca sebagai kepahlawanan modern, ketika negara berani memanfaatkan sumber daya sendiri untuk menjaga keselamatan rakyat dan kedaulatan,” ujarnya.
Sejalan dengan itu, Indonesia memiliki SDA yang melimpah, seperti nikel, tembaga, dan aluminium. Fahmi menekankan, jika dikelola melalui hilirisasi yang terarah, potensi tersebut dapat menjadi fondasi penting bagi penguatan alat utama sistem senjata (alutsista) nasional.
Dalam konteks ini, Fahmi menyoroti peran Holding Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID). Sebagai konsolidator SDA strategis, ia optimis MIND ID mampu membangun ekosistem industri yang terintegrasi, transparan, dan berkelanjutan.
“Hilirisasi nikel, tembaga, dan aluminium menjadi kunci. Dari sini lahir material penting untuk kapal, pesawat, munisi, sensor, radar, kabel, hingga baterai dan kendaraan listrik militer,” jelas Fahmi.
Lebih lanjut, Fahmi menilai langkah hilirisasi yang dijalankan MIND ID juga sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya cita kelima yang menekankan hilirisasi dan industrialisasi guna meningkatkan nilai tambah nasional.
“Dengan hilirisasi yang kuat di dalam negeri, daya tawar dan kapasitas strategis Indonesia semakin meningkat,” tegasnya.
Industri alutsista nasional pun kini bergerak di jalur yang tepat. PT Pindad, PT PAL Indonesia, PT Dirgantara Indonesia, PT LEN Industri, serta sejumlah perusahaan swasta mulai membangun ekosistem strategis yang solid.
Konsistensi anggaran, kepastian order jangka panjang, dan pendalaman teknologi menjadi kunci agar industri pertahanan semakin mandiri.
“Dengan konsistensi komitmen anggaran, kepastian order jangka panjang, dan pendalaman teknologi, industri pertahanan kita semakin kuat dan mandiri,” tambah Fahmi.
| Mentan Libatkan Danantara dalam Hilirisasi Sektor Pertanian hingga Peternakan Senilai Rp 371 Triliun |
|
|---|
| Profil Laksma TNI Amrin Rosihan, Eks Asops Pangkoarmada Kini Jabat Kaskogabwilhan I |
|
|---|
| Komoditas Nikel Indonesia Menguat, Hilirisasi Jadi Kunci |
|
|---|
| Kantongi 18 Proyek Hilirisasi Senilai Rp 600 Triliun, Danantara Bakal Eksekusi Secara Bertahap |
|
|---|
| Sinergi Teknologi dan Pertahanan, Kemhan Kaji Penerapan AI untuk Manajemen Talent |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.