80 Persen Sampah Berakhir di Pembakaran, Pelaku Usaha Mulai Masuk ke Sektor Pengelolaan Sampah
Persoalan sampah tidak bisa dipandang sekadar isu kebersihan saja, melainkan telah memasuki ranah ekonomi.
Ringkasan Berita:
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) menilai persoalan sampah tidak bisa dipandang sekadar isu kebersihan saja, melainkan telah memasuki ranah ekonomi, kesehatan publik, dan keberlanjutan lingkungan.
Research Director Prasasti Center for Policy Studies, Gundy Cahyadi, mengatakan, sekitar 40% sampah nasional belum dikelola dengan baik.
“Lebih dari 80% di antaranya berakhir di pembakaran terbuka atau open dumping landfill. Kondisi ini tidak hanya menimbulkan polusi tetapi juga menjadi ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat dan iklim,” jelas Gundy dikutip Kamis (13/11/2025).
Kondisi tersebut sejalan dengan temuan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024 yang mencatat total sampah di Indonesia telah mencapai 34 juta ton.
Baca juga: Jakarta Kembangkan Ekonomi Hijau Lewat Gerakan Bank Sampah dan RusunPreneur
“Kalau diilustrasikan, jumlah tersebut setara dengan rangkaian gerbong kereta api yang membentang dari Sabang hingga Merauke,” ucap Gundy.
Gundy menguraikan, ada tiga penyebab utama di balik krisis sampah di Indonesia.
Pertama, pertumbuhan penduduk yang pesat sehingga otomatis meningkatkan volume sampah rumah tangga.
Kedua, perubahan pola konsumsi masyarakat menuju gaya hidup yang semakin consumer-driven. Hal itu ditandai dengan meningkatnya penggunaan kemasan sekali pakai serta layanan makanan instan dan delivery.
Ketiga, keterbatasan infrastruktur dan sistem pengelolaan sampah yang hingga kini masih bersifat “tambal sulam”.
“Regulasi sebenarnya sudah ada, tapi implementasinya sering berhenti di tengah jalan. Banyak daerah bahkan belum memiliki sistem pengelolaan yang solid,” jelas Gundy.
Ia juga menyoroti ketimpangan layanan pengumpulan sampah, minimnya investasi sektor lingkungan, serta lemahnya penegakan hukum sebagai faktor penghambat utama.
Meski demikian, Prasasti melihat ada peluang besar di balik krisis tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pelaku usaha dan investor yang mulai melirik sektor pengelolaan sampah sebagai bisnis berkelanjutan dan sumber penciptaan lapangan kerja hijau (green jobs).
Prasasti melihat, apabila mendapatkan solusi yang baik, krisis sampah bisa menjadi berkah.
| Ahli Lingkungan ITB dan Gubernur Pramono Buka Suara Soal Polemik Bau Sampah di RDF Rorotan |
|
|---|
| Hadirkan Truk Sampah Listrik, Jakarta Dukung Kota Bebas Emisi |
|
|---|
| Fakta-Fakta Pembangkit Listrik Tenaga Sampah: Awal Mula, Daftar Daerah hingga Analisa Pengamat |
|
|---|
| Indonesia Tegaskan Komitmen Iklim dan Dukung Penuh Inisiatif Brasil untuk Konservasi Hutan Tropis |
|
|---|
| Proyek Pengolahan Sampah Jadi Listrik Berpeluang Gunakan Sisa Makanan Tak Termakan dari MBG |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.