Senin, 13 Oktober 2025

Virus Corona

Anies Baswedan Ungkap Alasan Gunakan Data Pemakaman di Jakarta ke Ma'ruf Amin

Anies memaparkan alasannya menggunakan data pemakaman di DKI Jakarta sebagai pertimbangan di luar data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kepada Wapres.

Editor: Miftah
Kompas TV Hasil Tangkap Layar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melaporkan perkembangan kasus dan penanganan Covid-19 di Jakarta kepada Wakil Presiden Ma'ruf Amin. 

TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Anies Baswedan mengungkapkan laporan perkembangan dan penanganan kasus covid-19 atau virus corona di wilayah DKI Jakarta kepada Wapres Ma'ruf Amin melalui video conference, Kamis (2/4/2020).

Anies juga memaparkan alasannya menggunakan data pemakaman di DKI Jakarta sebagai pertimbangan di luar data Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Anies menduga jumlah kasus corona di Jakarta yang sesungguhnya lebih dari data yang dilaporkan Kemenkes.

Hal ini disebabkan kematian warga yang belum diketahui hasil tesnya tidak dimasukkan Kemenkes ke dalam data meninggal karena covid-19.

"Kenapa kami melihat bukan saja Kementerian Kesehatan, tetapi juga pemakaman, karena sebagian dari yang terkena covid, belum tuntas pengetesannya," ujar Anies dilansir siaran langsung Kompas TV.

ilustrasi pemakaman jenazah pasien Covid-19
ilustrasi pemakaman jenazah pasien Covid-19 (Tribunjababar.id/M Nandri Prilatama)

Baca: Ekonom: Waspadai Kenaikan Inflasi, Akhir 2020 Bisa Mencapai 3,3 Persen

Baca: Jokowi Berikan Waktu 48 Jam kepada Terawan untuk Selesaikan Aturan Menteri Terkait PSBB

Anies menyebut iika kasus belum tuntas dan meninggal maka tidak bisa secara resmi disebut pasien covid-19.

"Banyak kasus yang kami temukan, setelah dimakamkan hasil tesnya baru keluar," ujar Anies.

Anies melaporkan, pasien yang meninggal dunia sebelum hasil tes keluar tetap dimakamkan melalui prosedur pasien covid-19.

"Itulah sebabnya kalau kita lihat angka kasusnya, ini selalu naik," ujarnya.

Anies menyebut penambahan kasus meninggal dunia karena covid-19 di Jakarta kini diangka mencapai 40 kasus per hari.

"Bila kita melihat pelajaran di tempat lain, kasus yang confirmed selalu lebih kecil jumlahnya dibanding senyatanya," ungkap Anies.

Anies menyebut biasanya perlu waktu satu bulan untuk mengetahui jumlah sesungguhnya.

Baca: Polri Tegaskan Tak Akan Tutup Jalan dan Akses Transportasi Tanpa Perintah Pemerintah Pusat

Proyeksi Ribuan kasus di Jakarta

Anies juga melaporkan saat ini kasus kematian karena covid-19 di Jakarta mencapai angka 400.

"Sebutlah tingkat kematiannya 10 persen, maka proyeksi kita saat ini kasusnya sudah ada 4.000 kasus (positif corona) di Jakarta," ujar Anies.

"Bila yang meninggal 5 persen artinya ada 10 ribu kasus," imbuh Anies.

Anies juga menyampaikan kebutuhan akan percepatan tes.

"Jumlah yang hasilnya positif tergantung kecepatan kita melakukan testing," ungkap Anies.

Menurut Anies, karena hanya sedikit yang dites, maka jumlah yang terkonfirmasi positif juga sedikit.

"Kalau yang dites banyak, mungkin kita akan menemukan angka yang lebih tinggi," ujar Anies.

Anies menyebut saat ini curva kasus covid-19 di Jakarta masih meningkat.

"Ini agak mengkhawatirkan," ungkap Aneis kepada Ma'ruf Amin.

Maka dari itu Anies mengungkapkan kepada Wapres tentang pentingnya meningkatkan kemampuan swab test, tak hanya rapid test.

"Yang selama ini kita lakukan adalah alat rapid test, kita perlu meningkatkan test swab, karena tingkat akurasinya cukup tinggi," ujarnya.

Anies juga menyebut saat ini Jakarta sedang membuat laboratorium untuk proses ekstraksi swab test.

"Untuk tes ini tidak hanya dibutuhkan di Jakarta, tapi secara nasional akan membutuhkan," ungkap Anies.

(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved