Virus Corona
Penyair Berpuisi dan Berderma APD untuk Tenaga Medis Atasi Corona
Denny menjelaskan nantinya para penulis dan penyair membuat program yang unik merespon merebaknya pandemik virus corona.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Guna membantu meringankan beban para tenaga medis di tengah wabah Covid-19 alias corona para penulis dan penyair diberikan ruang untuk berkarya sekaligus membantu.
Koordinator Kelompok Studi Proklamasi dan IKATISA 31 yang juga inisiator lomba Denny JA mengatakan pihaknya akan menyediakan Facebook untuk penyair dan penulis mengirimkan karya.
Nama Facebooknya, "Berderma melalui Puisi Esai Mini".
"Tak hanya penulis dari Indonesia. Bahkan direncanakan penyair dan penulis negara ASEAN akan ikut serta," ujar Denny Kamis (2/4/2020).
Baca: RS Darurat Covid-19 di Pulau Galang Siap Beroperasi 6 April, Begini Pernyataan Presiden Jokowi
Tidak hanya menampung puisi esai, panitia kata Denny JA juga memberikan derma. Akan dipilih 50 puisi esai mini dari 50 penulis yang dianggap berhasil merekam batin pada zamannya.
"Hadiah uang untuk penulis yang terpilih, akan dibelikan APD (Alat Perlindungan Diri). APD segera diserahkan kepada tenaga medis. Nama penulis yang terpilih akan dituliskan sebagai pemberi bantuan tersebut,"ujarnya.
Lebih jauh Denny menjelaskan nantinya para penulis dan penyair membuat program yang unik merespon merebaknya pandemik virus corona.
Baca: UPDATE Corona di Indonesia 2 April 2020: 1.790 Kasus Positif, 170 Meninggal, 112 Sembuh
" Mereka merekam suasana batin pandemik corona sekaligus berderma. Penting para penyair dan penulis mengeksplor dan menggali aneka kisah yang menyentuh,” kata Denny JA.
Dalam hidup, lanjut Direktur LSI ini mungkin hanya sekali saja generasi ini mengalami pengalaman tragis seperti pandemik virus corona. Ini akan menjadi karya abadi yang akan dirujuk generasi mendatang.
Menurut Denny, puisi esai mini sangat sesuai untuk keperluan di atas. Puisi esai memfiksikan true story, true event, peristiwa sebenarnya.
Ini, menurut Denny, berbeda dengan jurnalisme biasa. Puisi esai lebih masuk pada dimensi interior, sisi psikologis para pelaku.
Namun puisi esai berbeda pula dengan puisi biasa. Puisi esai berangkat dan memfiksikan kisah sebenarnya. True event itu, kata Denny, berikut sumber beritanya tetap disertakan dalam catatan kaki.
"Ini puisi dengan catatan kaki layaknya paper ilmiah. Kata mini di belakang puisi esai menunjukkan panjang puisi tak melebihi 5000 karakter," kata dia.
Denny JA pernah merekam kisah seorang suami yang istrinya meninggal karena virus corona. Ia mengangkat betapa terpukul sang suami. Ia tak boleh memeluk mayat istrinya, dilarang memandikan, tak boleh mencium keningnya, dan dilarang membopong jenazah masuk ke liang lahat.
Bahkan dengan sudah disusunnya protokol pemakaman, sang suami juga diminta tak perlu menghadiri pemakaman istri, yang dilaksanakan di subuh hari. Walau sudah menjadi jenazah, tubuh istrinya masih bisa menularkan virus corona.
Baca: Kabar Baik, 22 Orang Positif Covid-19 di RSUP Persahabatan Sembuh, Bekasi Catat Pasien Pertama Sehat
Sementara penyair lain menceritakan kisah perawat virus corona yang akhirnya meninggal dunia. Ada pula kisah potret kota Jakarta yang seperti kota mati. Ada yang menceritakan korban yang sudah siap mati tapi malah bisa sembuh. Ada yang menceritakan kisah pribadi yang harus menunda pernikahan.
“Ini kepedulian penulis dan penyair di era virus corona. Mereka tak hanya merekam momen tragedi ini dalam puisi. Mereka juga berderma,” kata Denny. (Willy Widianto)