Virus Corona
Wamendes Budi Arie: Jangan Biarkan Desa Menanggung Risiko Warga Mudik
Wabah Covid-19 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia sebentar lagi akan memasuki fase yang krusial khususnya saat Hari Raya Lebaran.
Editor:
Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wabah Covid-19 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia sebentar lagi akan memasuki fase yang krusial khususnya saat Hari Raya Lebaran atau Idul Fitri.
"Mudik di hari raya Lebaran adalah peristiwa Sosio Kultural yang sudah menjadi tradisi di Indonesia. Hal ini karena nilai-nilai kekeluargaan dan kekerabatan yang sangat dijunjung tinggi masyarakat Indonesia," jelas Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia Budi Arie Setiadi kepada media, Senin (6/4/2020).
Baca: 4 Kelompok yang Perlu Mengisolasi Diri untuk Cegah Penularan Corona
"Seluruh desa juga sudah menyiapkan berbagai protokol untuk menerima para pemudik. Relawan desa sudah dibentuk dan bekerja untuk mengantisipasi penyebaran wabah Corona. Tapi menurut hemat kami terlalu berisiko membiarkan desa menerima arus mudik," jelas Budi.
Menurut Budi, ini bukan soal siap atau tidak siap.
"Ini bukan soal siap atau tidak siap. Ini soal risiko yang harus menjadi beban desa. Jika tahun lalu ada sekitar 20 juta pemudik dengan asumsi sebagian besar mudik ke Pulau Jawa, maka setiap desa di Jawa harus menanggung rata-rata 1.200 sampai 1.300 pemudik di momen itu. Tentu ini beban yang berat," jelas Budi.
Berdasarkan data, jumlah desa di Pulau Jawa di luar Jakarta totalnya 15.470 desa dengan rincian Banten 1.237 desa, Jawa Barat 5.311 desa, Jawa Tengah 7.808 desa, DIY 391 desa dan Jawa Timur 7.723 desa.
"Jadi selain desa harus dilindungi dari para pemudik, beban desa juga harus dimanage dengan jumlah yang rasional dan masuk akal. Mitigasi risiko harus akurat. Jangan biarkan desa menerima beban di luar kemampuannya. Jangan biarkan desa menanggung risiko," kata Budi.