Sabtu, 13 September 2025

Virus Corona

Peneliti Sebut Obat Kutu Kepala Mungkin Bisa Jadi Obat Virus Corona

Peneliti menyebut, obat kutu kepala bernama ivermectin mungkin bisa menjadi obat untuk virus Corona.

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: bunga pradipta p
YouTube WGBH News
Ilustrasi - Peneliti menyebut, obat kutu kepala bernama ivermectin mungkin bisa menjadi obat untuk virus Corona. 

TRIBUNNEWS.COM - Para ilmuwan masih mengeksplorsi cara-cara baru untuk memerangi virus corona yang sedang mewabah di dunia.

Satu cara di antaranya adalah mencari obat penawar virus.

Baru-baru ini, temuan terbaru memberikan kejutan baru bagi para peneliti.

Pasalnya, obat antiparasit bernama ivermectin disebut berpotensi menjadi obat Covid-19.

Biasanya, ivermectin digunakan untuk mengobati kutu kepala.

Baca: China Batalkan Uji Klinis Obat Virus corona karena Kurang Kandidat yang Cocok

Baca: Sembuh dari corona, Rita Wilson Istri Tom Hanks Ungkap Efek Samping Ekstrem Obat Klorokuin

Penelitian tentang kelayakan ivermectin dalam mengobati Covid-19 masih dalam tahap awal.

Namun, dua studi terdahulu mengenai potensi obat tersebut memberikan hasil yang menjanjikan.

Dilansir ABC News, tim ilmuwan Australia telah mempelajari ivermectin in vitro sehubungan dengan virus corona pada awal April 2020.

"Kami menemukan, bahkan dosis tunggal dapat menghilangkan semua muatan virus selama 48 jam dan bahkan 24 jam."

"Ada pengurangan yang sangat signifikan," ujar Dr. Kylie Wagstaff, pemimpin tim dari Biomedicine Discovery Institute Melbourne Monash.

Meskipun virus corona bukan parasit, para ahli berpendapat bahwa ivermectin dapat menghalangi RNA virus, asam ribonukleat, yang menyerang sel-sel sehat.

Ivermectin juga diyakini dapat memberi sistem kekebalan lebih lama untuk melawan penyakit.

"Langkah selanjutnya adalah menentukan dosis yang tepat untuk manusia, memastikan dosis yang efektif untuk mengobati virus secara in vitro dan aman bagi manusia," ujar peneliti.

Foto Angkatan Darat AS pada 8 Maret 2020 menunjukkan seorang karyawan USAMRIID (Institut Penelitian Medis Angkatan Darat Amerika Serikat) sedang melakukan penelitian terhadap virus coronavirus baru, COVID-19
Foto Angkatan Darat AS pada 8 Maret 2020 menunjukkan seorang karyawan USAMRIID (Institut Penelitian Medis Angkatan Darat Amerika Serikat) sedang melakukan penelitian terhadap virus coronavirus baru, COVID-19 (IN BOLLING / US ARMY / AFP)

Sementara itu, dalam studi yang dilakukan para peneliti di University of Utah, pasien kritis pada paru-paru yang memerlukan ventilator mendapat manfaat dari pemberian ivermectin.

"Kami mencatat angka kematian yang lebih rendah dan penurunan penggunaan sumber daya perawatan kesehatan pada mereka yang diobati dengan ivermectin," tulis penulis utama studi, Dr. Amit Patel.

Patel juga mengungkapkan, efek samping ivermectin pada pasien dengan gangguan hati dan riwayat kesehatan lainnya tidak seburuk penggunaan hydroxychloroquine dan azithromycin.

Melihat hasil kedua studi tersebut, para ahli pun optimis terhadap ivermectin, meskipun belum dapat mengumumkannya di depan publik.

"Jika ivermectin terbukti efektif dengan evaluasi yang ketat, maka terapi yang aman dan terjangkau telah ditemukan, dan berpotensi untuk menyelamatkan banyak nyawa," kata Dr. Nirav Shah, seorang ahli penyakit menular di NorthShore University HealthSystem, kepada ABC News.

Baca: 70 Vaksin Covid-19 Tengah Dikembangkan, WHO Sebut 3 di Antaranya Sedang Diuji Coba

Perlu Penelitian Lebih Lanjut

Namun, temuan mereka masih memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Shah mengatakan, ada banyak contoh obat dengan aktivitas in vitro yang tidak terbukti efektif pada manusia.

"Oleh karena itu, mengingat tidak ada terapi yang terbukti efektif mengobati Covid-19, obat-obat in vitro seperti ivermectin harus dievaluasi secara ketat untuk memahami keamanan dan efektivitasnya," jelas Shah.

Dr. Christopher DeSimone, seorang spesialis penyakit menular di Mayo Clinic, juga berpendapat sama.

"Saya berpikir, di antara kedua penelitian, ada beberapa optimisme di sana. Namun, perlu tetap berhati-hati untuk memastikannya," kata DeSimone.

Bentuk virus Corona di mikroskop
Bentuk virus Corona di mikroskop. (Sumber: NIAID-RML via Bloomberg)

Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS, mengeluarkan pernyataan pada Jumat (10/4/2020) lalu terkait penggunaan ivermectin untuk Covid-19.

Pihaknya mengaku prihatin tentang penggunaan obat kutu kepala tersebut tanpa menunggu penelitian lebih lanjut.

"Kami prihatin dengan kesehatan konsumen yang mungkin menggunakan ivermectin yang ditujukan untuk hewan, berpikir bahwa ivermectin ditujukan untuk manusia," agensi menyatakan.

Para ahli menyatakan, masyarakat dilarang untuk mengkonsumsi ivermectin sendiri di rumah.

Baca: Cerita Andrea Dian yang Tak Cocok Obat Klorokuin untuk Atasi corona: Tangan Aku Tremor

Baca: Sempat Disebut Efektif Obati corona, Uji Coba Klorokuin Dihentikan, Hasilkan Kelainan Ritme Jantung

Sebab, ada konsekuensi berbahaya dari obat tersebut, seperti pembengkakan pada tubuh, gangguan hati, dan kerusakan neurologis yang serius.

"Perlu dilakukan uji tambahan untuk menentukan apakah ivermectin mungkin aman atau efektif untuk mencegah atau mengobati virus corona," agensi menyimpulkan.

Diketahui, perkembangan ivermectin sebagai pengobatan antiparasit bermula sejak 1970-an dan 1980-an.

Obat itu pertama kali digunakan untuk mengobati nematoda, cacing gelang kecil, pada sapi.

Penggunaan ivermectin pun berlanjut untuk mengobati penyakit Robles pada manusia.

Baru-baru ini, ivermectin dikenal untuk menghilangkan kutu kepala.

Penggunaannya dalam mengobati kutu kepala dan parasit lainnya telah membuat ivermectin termasuk dalam daftar obat-obatan esensial WHO.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan