Sabtu, 6 September 2025

Virus Corona

China Revisi Jumlah Kematian Akibat Corona di Wuhan, Meningkat hingga 50 Persen, Mengapa?

Kota Wuhan, Provinsi Hubei di China merevisi persentase kasus Covid-19 dan kematian yang terkonfirmasi.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
NOEL CELIS / AFP
Seorang wanita mengenakan masker menyesuaikan masker anaknya ketika mereka tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan untuk mengambil salah satu kereta pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah Cina awal pada 8 April 2020 

TRIBUNNEWS.COM - Kota Wuhan, Provinsi Hubei di China merevisi persentase kasus Covid-19 dan kematian yang terkonfirmasi.

Berdasarkan perhitungan ulang dan penyelidikan di seluruh kota, kini jumlah kematian Wuhan mencapai 50 persen.

Kabar ini muncul ditengah tuduhan bahwa China tidak transparan atas angka-angka dampak Covid-19 di sana.

Mengutip New York Times, otoritas menyimpulkan angka 3.869 sebagai jumlah kematian terbaru. 

Baca: PBB Ungkap Ekspor Minyak dan Batubara Korea Utara ke China Langgar Sanksi

Baca: Pelajar Asal China Diserang di Melbourne, Dipukul dan Diteriaki : Keluarlah dari Negara Kami!

Meningkat sebanyak 1.290 dari jumlah sebelumnya.

Jumlah infeksi yang dikonfirmasi secara kumulatif di kota itu juga direvisi, sehingga naik menjadi 50.333, meningkat 325.

Langkah ini disinyalir merupakan respon atas tudingan dan sejumlah pertanyaan yang mengarah pada angka sebenarnya China.

Seperti diketahui, virus SARS-CoV-2 ini dipahami berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China Tengah.

Pada awal kemunculannya, wabah ini dinamai pneumonia Wuhan lalu 2019-nCoV dan kini virusnya dikenal dengan sebutan SARS-CoV-2, penyebab sakit Covid-19.

Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung dan masker tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan, untuk naik salah satu kereta api pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah China awal 8 April 2020. Pihak berwenang Cina mencabut larangan lebih dari dua bulan pada perjalanan keluar dari kota di mana pandemi global pertama kali muncul.
Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung dan masker tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan, untuk naik salah satu kereta api pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah China awal 8 April 2020. Pihak berwenang Cina mencabut larangan lebih dari dua bulan pada perjalanan keluar dari kota di mana pandemi global pertama kali muncul. (Hector RETAMAL / AFP)

Tuduhan demi tuduhan berasal dari Amerika Serikat, terutama koalisi Presiden AS Donald Trump.

Mereka mempertanyakan keakuratan angka resmi China dan menyerukan agar negara ini bertanggung jawab ayas krisis kesehatan yang sudah merambah ke hampir seluruh dunia ini.

Hingga Sabtu (18/4/2020) ini, sudah ada 210 negara yang terjangkit pandemi ini.

Sejumlah 154.829 orang secara global telah meninggal karena sakit Covid-19 dan perekonomian dunia melambat.

China telah dikritik karena awalnya salah mengelola dan menyembunyikan tingkat epidemi, meskipun akhirnya terlihat berhasil menjinakkan virus.

Baca: Reaksi Donald Trump Tanggapi Dugaan Sumber Virus Corona Berasal dari Laboratorium Wuhan China

Baca: Fakta Baru! Virus Corona Ternyata Sudah Diprediksi akan Muncul di Wuhan 11 Bulan Lalu

Namun setelah banyak negara turut bergulat dengan wabah ini, para pejabat China semakin tertekan untuk menjelaskan bagaimana epidemi ini bisa terjadi di Wuhan.

"Mereka berada di posisi bertahan, jelas," kata Jean-Pierre Cabestan, seorang profesor ilmu politik di Hong Kong Baptist University dan seorang ahli politik China.

"Ini adalah perjuangan berat sekarang bagi Tiongkok untuk meningkatkan citranya," lanjutnya.

Seorang pejabat dari pusat komando epidemi Wuhan yang tidak disebutkan namanya menjelaskan bahwa revisi angka Wuhan itu dilakukan demi menjaga kredibilitas pemerintah.

Sekaligus menjaga rasa hormat untuk setiap kehidupan seseorang, ungkapnya dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Xinhua pada Jumat lalu.

Sementara itu otoritas setempat mengatakan bahwa revisi ini terjadi setelah penyelidikan secara rinci.

Termasuk angka kematian yang tidak dilaporkan rumah sakit saat hari-hari awal kemunculan wabah dan yang tidak dilaporkan dengan benar.

Kota Wuhan merayakan dibukanya kembali kota itu setelah penguncian selama dua bulan dengan pesta spektakuler.
Kota Wuhan merayakan dibukanya kembali kota itu setelah penguncian selama dua bulan dengan pesta spektakuler. (Sky News)

Setelah mencapai puncaknya pada Februari lalu, epidemi tampaknya bisa dikendalikan hingga saat ini di China.

Bahkan lockdown tiga bulan lamanya di Wuhan sudah dicabut.

Para ahli mengatakan revisi itu tidak biasa.

Biasanya negara melaporkan jumlah infeksi atau kematian tidak terdeteksi karena masalah tes dan keceatan virus yang membuat rumah sakit kewalahan.

Namun perubahan pada angka resmi cukup kecil.

Para peneliti di Universitas Hong Kong baru-baru ini memperkirakan ada sekitar 232.000 kasus yang dikonfirmasi di China pada akhir Februari.

Jumlah ini lebih dari empat kali jumlah kasus yang dilaporkan pada waktu itu.

Hingga Sabtu (18/4/2020) China telah melaporkan lebih dari 82.000 kasus.

Sementara jumlah kematiannya mencapai 4.632 dan angka kesembuhan 77.029.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan