Sabtu, 6 September 2025

Virus Corona

Terobosan Baru Singapura Tangani Covid-19, Tes Swab Tak Perlu Pakai APD

Dengan alat ini tenaga medis tak perlu pakai APD, bahkan alat ini memiliki kelebihan yakni memangkas waktu tes swab hingga setengahnya.

Editor: Daryono
Kolase SGH/Facebook/Fatimah Lateef
Kolase alat penunjang tes swab, tenaga medis tanpa APD 

TRIBUNNEWS.COM - Singapura terus berinovasi untuk mencegah penyebaran Covid-19 atau virus corona yang melanda dunia.

Termasuk cara penanganan dan uji kesehatan seperti tes swab Covid-19.

Rumah sakit di Singapura, Singapore General Hospital (SGH) belakangan ini menciptakan alat penunjang tes swab.

Tenaga medis tak perlu takut tertular Covid-19 saat melakukan tes swab.

Bahkan alat ini memiliki kelebihan yakni memangkas waktu tes swab hingga setengahnya.

Adalah  SG SAFE, singkatan dari "Swab Assurance For Everyone".

Alat penunjang tes swab baru dari Singapore General Hospital
Alat penunjang tes swab baru dari Singapore General Hospital

Dikutip dari mothership.sg, alat penunjang tes swab itu berupa stan portabel.

Adanya alat tersebut merupakan bentuk inovasi dari sistem perawatan kesehatan Singapura dengan cepat beradaptasi mengikuti perkembangan pandemi.

Baca: Kronologi Kegiatan Kim Jong Un sebelum Menghilang dan Dikabarkan Kritis hingga Mati Otak

Satu dari antara implementasi terbaru adalah sistem stan yang digunakan untuk melakukan penyeka Covid-19.

Dalam rilis pada 16 April, Singapore General Hospital (SGH) mengungkapkan bahwa perangkat SG SAFE menghemat waktu untuk melakukan tes swab.

Pemangkasan waktu tes swab bisa terpotong hingga setengahnya, dari lima menit menjadi dua setengah menit, termasuk desinfeksi stan.

Sementara alasan utama penggunaan alat tersebut adalah petugas kesehatan tidak perlu memakai Alat Pelindung Diri penuh (APD) saat berada di stan.

Mereka tidak perlu mengganti sarung tangan dan gaun sekali pakai setelah setiap pasien, dan membersihkan tangan mereka di antara setiap praktik, seperti yang biasanya mereka lakukan.

Semula petugas medis dalam tes swab harus mengenakan set APD Penuh terdiri dari jas sekali pakai, masker N95, kacamata pelindung, pelindung wajah, dan sarung tangan dalam urutan yang benar.

Dengan SG SAFE, petugas kesehatan dapat melakukan tes swab Covid-19 dengan hanya mengenakan masker N95.

Fatimah Lateef, seorang dokter dari SGH, menguji stan dengan seorang rekan, dan kemudian mengunggah pengalamannya ke Facebook pada 20 April lalu.

Ia menuliskan bahwa mereka (petugas medis) biasanya akan mengenakan penutup kepala, pelindung wajah, gaun tahan, dan sarung tangan sebelum memasukkan tangan mereka ke dalam sarung tangan hitam panjang yang membentang di luar stan.

Menurut dia, stan ditempatkan di sudut di luar gawat darurat, yang membawa risiko lebih rendah daripada melakukan tes di dalam ruangan.

Baca: Kasus Covid-19 Singapura Tembus Angka 10.141, Lampaui Indonesia, Terbanyak Se-ASEAN

Ide penciptaan SG SAFE timbul saat ahli anestesi SGH beristirahat di ruang teh unit perawatan bedah intensif.

Tim kemudian bermitra dengan The Biofactory, inkubator biomedis lokal, dan prototipe terwujud dalam waktu sepekan di bulan Maret 2020.

Alat tersebut memiliki berat 25kg dan berukuran 1m x 1m x 2m, lalu stan portabel ini dapat digunakan  oleh dua orang dalam waktu 10 menit.

Saat ini, sistem SG SAFE sedang digunakan di departemen darurat SGH dan fasilitas tambahan untuk memeriksa pasien Covid-19.

SG SAFE, alat penunjang tes swab dari Singapore General Hospital
SG SAFE, alat penunjang tes swab dari Singapore General Hospital

Kasus Singapura Melonjak

Singapura terus mengalami tambahan kasus Covid-19 atau virus corona per Rabu, 22 April 2020 hari ini.

Bahkan kasus yang melonjak di Negeri Singa kini melewati angka 10 ribu kasus.

Tepatnya total kasus mencapai 10.141.

Pekerja imigran masih menjadi penyumbang kasus Covid-19, meski ada tambahan belasan warga asli Singapura yang terinfeksi.

The Star, melaporkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengkonfirmasi 1.016 kasus Covid-19 baru pada siang hari pada hari Rabu (22/4/2020).

Di antara kasus-kasus baru, 15 adalah warga Singapura dan penduduk tetap, sementara pekerja asing yang tinggal di asrama terus menambah data terinfeksi Covid-19.

Baca: Covid-19: Circuit Breaker Singapura Diperpanjang hingga 1 Juni, Peraturan Semakin Tegas

Ini membuat jumlah total kasus virus corona di Singapura menjadi 10.141.

Kementerian mengatakan masih mengerjakan rincian dari kasus-kasus baru dan akan memberikan pembaruan lebih lanjut pada Rabu malam ini.

Lonjakan Terbaru

Singapura mengalami lonjakan kasus baru-baru ini.

Terutama didorong oleh wabah di antara pekerja asing yang tinggal di asrama.

Departemen Kesehatan mengatakan pada hari Selasa bahwa jumlah kasus baru di masyarakat telah turun menjadi rata-rata 28 per hari dalam sepekan terakhir.

Sepekan sebelumnya rata-rata 39 kasus per hari.

Sementara jumlah kasus Covid-19 di komunitas telah menurun dalam beberapa hari terakhir.

Circuit Breaker Diperpanjang Sampai 1 Juni

Perdana Menteri (PM) Singapura, Lee Hsien Loong, menegaskan bahwa pencegahan Covid-19 di Singapura melalui circuit breaker akan diperpanjang.

Langkah untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 tersebut diperpanjang hingga 1 Juni 2020 meski sejatinya akan berakhir 4 Mei 2020, mendatang.

PM Lee menyebut bahwa perpanjangan masa circuit breaker untuk memberikan langkah yang cukup dalam penanganan terhadap COvid-19.

Seperti dikutip dari mothership.sg, pengumuman tersebut diungkap PM Lee dalam pidato kelimanya di tenah pandemi corona.

Menurut PM Lee, langkah-langkah circuit breaker mulai berpengaruh.

Terbukti dari jumlah kasus di tengah masyarakat telah menurun dalam beberapa hari terakhir.

PM Lee juga menekankan pentingnya mengurangi jumlah kasus yang tidak terhubung, mencatat bahwa jumlahnya belum turun.

"Ini menunjukkan bahwa ada reservoir yang lebih besar dan tersembunyi dari kasus Covid-19 di masyarakat, dan reservoir ini adalah sumber dari kasus-kasus yang tidak terkait, yang belum kami deteksi," kata PM Lee.

Oleh karena itu, pihaknya akan berfokus menurunkan jumlah kasus yang bersumber dari komunitas.

Juga untuk mencegah kebocoran kasus dari asrama ke komunitas yang lebih luas, PM Lee mengatakan bahwa negara harus melanjutkan langkah-langkah circuit breaker yang ketat.

Dia meminta warga Singapura untuk tinggal di rumah.

Lalu menegaskan agar warga hanya keluar untuk keperluan memenuhi kebutuhan pokok, seperti membeli makanan atau bahan makanan.

PM Lee juga mengatakan bahwa jika keluar diperlukan, anggota masyarakat harus pergi sendiri.

Bukan sebagai kelompok atau sekeluarga.

Adapun circuit breaker pertama kali diumumkan pada 3 April, awalnya dijadwalkan berakhir 4 Mei.

Langkah-langkah pemutus sirkuit di antaranya  sebagian besar tempat kerja ditutup atau diamanatkan untuk telekomunikasi, terkecuali terkait dengan layanan penting.

Sekolah dan institut pendidikan tinggi (IHL) juga pindah ke pembelajaran berbasis rumahan.

PM Lee saat itu menyarankan warga Singapura untuk tinggal di rumah dan mengatakan pertemuan harus dibatasi pada anggota rumah tangga yang sama.

Dia juga mengatakan orang harus pergi keluar untuk melakukan hal-hal penting, seperti pergi membeli makanan, atau bekerja di layanan penting.

(Tribunnews.com/ Chrysnha)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan