Minggu, 14 September 2025

Virus Corona

Trump Sebut Jokowi Telah Menelepon dan Meminta Ventilator ke AS

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta ventilator kepada dirnya.

Penulis: Daryono
Kolase Tribunnews.com (Twitter.com/realDonaldTrump dan Twitter.com/jokowi)
(Kanan) Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (Kiri) Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta ventilator kepada dirnya.

Menurut Trump, permintaan itu disampaikan Jokowi melalui sambungan telepon.

Trump mengungkapkan isi pembicaraan soal permintaan ventilator itu melalui postingan di akun twitternya pada Jumat (24//4/2020) malam.

"Baru saja berbicara dengan teman saya, Presiden Indonesia, Joko Widodo. Ia meminta ventilator, yang akan kami sediakan. Kerjasama yang hebat di antara kami," tulis Trump di akun twitternya, @realDonaldTrump. 

Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan berapa ventilator yang dipesan oleh Jokowi.

Pihak Istana Kepresidenan juga belum memberikan tanggapan terkait pernyataan Trump.

Masih dalam cuitannya, Trump menyebut tak hanya Indonesia yang meminta ventilator ke AS.

Baca: VIRAL Seorang Laki-laki Duduk di Trotoar Cari Pekerjaan Kena Dampak Corona: Bingung Harus ke Mana

Negara lain, Honduras juga memesan ventilator ke AS.

"Baru saja berbicara dengan Presiden Juan Orlando Hernandez dari Republik Honduras. Kami bekerja sama dengan erat di Perbatasan Selatan. Akan membantunya dengan permintaan Ventilator dan Pengujian.," tulis Trump.

Penjelasan soal Ventilator

Dikutip dari TribunTimur, ventilator adalah alat bantu pernafasan terakhir untuk pasien. 

"Ventilator itu merupakan alat bantu nafas terakhir yang melibatkan, memasukkan tabung ke tenggorokan pasien," ujar Dr. dr. Hisbullah, SpAn, via telepon, Senin (30/3/2020).

Ventilator mekanis dapat membantu seseorang yang tidak lagi bisa bernafas tanpa bantuan.

Apalagi pada umumnya penderita Virus Corona meninggal karena gagal pernafasan.

"Apabila tidak ada ventilator akan menjadi masalah besar. Kalaupun ada ventilator, tidak menjamin dia bisa diselamatkan," katanya.

Pekerja menyelesaikan prototipe ventilator sederhana hasil buatan UMKM Agusta Dryer di Cidodol, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (14/4/2020). UMKM ini berhasil membuat prototipe ventilator hasil belajar secara daring dari Forum OxyGEN2 #hope yang berpusat di Kota Barcelona, Spanyol, dan berharap lulus uji pemerintah agar dapat segera diproduksi massal untuk membantu penderita Covid-19. Tribunnews/Irwan Rismawan
Pekerja menyelesaikan prototipe ventilator sederhana hasil buatan UMKM Agusta Dryer di Cidodol, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (14/4/2020). UMKM ini berhasil membuat prototipe ventilator hasil belajar secara daring dari Forum OxyGEN2 #hope yang berpusat di Kota Barcelona, Spanyol, dan berharap lulus uji pemerintah agar dapat segera diproduksi massal untuk membantu penderita Covid-19. Tribunnews/Irwan Rismawan (Tribunnews/Irwan Rismawan)

Ventilator hanya berfungsi semburan saja, membantu dia bernafas, sambil menunggu penyakitnya itu sembuh.

Namun yang menjadi permasalahan, ventilator hanya ada di ICU dan tidak bisa disetting di tempat lain.

Baca: Di Tengah Pandemi Corona, Kakek Usia 99 Tahun Langsungkan Pernikahan di KUA Blora

Sementara pasien Covid-19 ini ditempatkan di ruang khusus atau isolasi.

"Tidak memungkinkan pada saat pasien Covid-19 ini gagal nafas dibawa ke ICU. Itukan akan mencemari pasien di ruang ICU itu," jelasnya.

Menurutnya, idealnya di ruang isolasi itu ada ventilator sendiri.

"Tapi itu agak susah disetting, karena perangkat untuk membangun ventilatot itu sangat mahal. 1 ventilator Rp 1 miliar," ujarnya.

Sampai saat ini, baru ruang infection Center di RSUP Wahidin Sudirihusodo yang memiliki ventilator sendiri.

"Di dalamnya kapasitasnya tidak banyak. Kalau tidak salah hanya ada tiga ventilator. Tidak tahu kalau dia buka lagi," ujarnya.

Sementara di RS lain seperti RS Plamonia atau yang lain memang tidak bisa.

"Karena tidak ada instalasi khususnya. Tapi saya tidak tahu di RS Sayang, apakah dibangun instalasi khusus lengkap dengan ventilatornya," katanya.

Berbeda dengan RSUD Daya Makassar, memang ada satu gedung yang difungsikan di sana.

"Ada sekitar 3 ventilator di sana. Jadi masalah instalasi ini tidak sembarang dia bisa ditolong. Ada perangkatnya yang rumit. Kalau dengan membangun gedung dan instalasi lengkap fasilitasnya lebih besar lagi biayanya," katanya.

Seperti wahidin infection center dipusatkan penyakit menular, seperti TBC, HIV. "Nah kalau gagal nafas adaji siap tapi itu untuk reguler," ujarnya.

Tiba-tiba ada wabah Covid-19, kapasitasnya tidak mencukupi.

"Kalau misalnya ada yang terventilator di dalam, lalu ada gagal nafas diluar. Itu yang biasaya meninggal," katanya.

Makanya, masyarakat harus tahu, bisa physical distancing agar tidak jadi PDP, atau positif corona.

"Makanya masyarakat harus mengerti keadaan. Tidak seimbang antara pasien dengan fasilitas dan medik yang ada," jelasnya.(*)

(Tribunnews.com/Daryono) (TribunTimur/Muhammad Fadhly Ali)

 
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan