Virus Corona
Wanita Ini Meninggal Komplikasi Corona setelah 4 Kali Ditolak Tes di Rumah Sakit Tempatnya Bekerja
Seorang wanita di Amerika Serikat meninggal karena komplikasi Covid-19 setelah rumah sakit menolaknya ketika meminta tes swab.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita di Amerika Serikat meninggal karena komplikasi Covid-19 setelah rumah sakit menolaknya ketika meminta tes swab.
Wanita malang itu adalah Deborah Gatewood, yang bekerja menjadi phlebotomist di Rumah Sakit Beamount di Farmington Hills, Detroit, Michigan, AS.
Dia meninggal pada 17 April setelah mati-matian mencoba untuk melakukan tes Covid-19, dikutip dari Indy100.
Baca: Kedutaan Besar AS di Seoul Promosikan Sour Candy - Lady Gaga feat BLACKPINK
Baca: Awal Pekan, Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 15.385 per Dolar AS, Berikut Kurs 5 Bank Besar
Putrinya, Caila Corrothers, mengatakan sebelum meninggal, sang ibu empat kali ditolak tes swab oleh rumah sakit tempatnya bekerja.
Padahal ibunya yang berusia 63 tahun itu sudah mengalami gejala sakit sejak Maret silam dan pergi ke rumah sakit untuk mengajukan tes pertama kali pada 18 Maret.
Tetapi menurut Corrothers, ibunya ditolak karena gejalanya dianggap tidak terlalu parah.
"Mereka menyuruhnya pulang dan istirahat saja," kata Corrothers.
Sehari kemudian, Gatewood kembali ke rumah sakit setelah mengalami batuk terus-menerus.
Tetapi, bukannya dites dia justru diberi resep untuk obat batuk.
Selama beberapa hari berikutnya, Gatewood mengalami demam.
Pada 21 Maret, dia kembali ke tempat kerjanya untuk meminta tes dan mengatakan dia kemungkinan terjangkit Covid-19.
Dia melakukan perjalanan terakhirnya ke rumah sakit pada 23 Maret dan sekali lagi ditolak tes.
Pada 27 Maret, Corrothers pergi untuk memeriksa ibunya dan menemukannya dalam keadaan kritis di atas kasurnya.
"Aku dan suamiku menyiapkannya," kenang Corrothers.
"Butuh waktu lama baginya untuk mengatur napas, untuk mengambil langkah apapun," tambahnya.
"Matanya agak berputar ke belakang."
"Dia tidak responsif. Kami membawanya kembali ke tempat tidur dan membaringkannya," sambungnya.
Gatewood dibawa menggunakan ambulans ke Rumah Sakit Sinai-Grace dan dites virus corona.
Pekerja media ini didiagnosis menderita pneumonia bilateral.
Dua minggu terakhir kehidupan Gatewood dihabiskan dengan diintubasi sebelum gagal ginjal dan jantung hingga ia meninggal pada 20 April.
Alih-alih bisa melihat ibunya sejenak, Corrothers diharuskan menunggu di luar rumah sakit tempat ibunya dirawat.
Kematian ibunya terjadi hanya dua tahun sebelum dia berencana untuk pensiun dari Rumah Sakit Beaumont.
Sementara itu mengutip NBC News, pada pernyataannya, pihak rumah sakit tempat Gatewood bekerja berdalih melakukan triase.
Selain itu mereka juga mengucapkan belasungkawa.
"Ketika pasien datang ke Beaumont untuk perawatan selama pandemi ini, kami melakukan segala yang kami bisa untuk mengevaluasi, triase, dan perawatan untuk pasien berdasarkan informasi yang kami tahu pada saat itu," jelas pihak rumah sakit.
"Kami berduka atas kehilangan setiap pasien dengan Covid-19 atau penyakit lainnya," imbuhnya.
Gatewood menjadi phlebotomist di Rumah Sakit Beaumont selama lebih dari tiga dekade.
Namun, pengabdiannya itu tidak dibalas oleh kantornya, menurut sang putri.
"Fakta bahwa dia terinfeksi dengan melakukan pekerjaan yang dia lakukan selama 31 tahun dan dia tidak bisa dirawat oleh keluarganya sendiri, yang berarti Beaumont itu menyedihkan," kata Corrothers.
Baca: Penuhi Ventilator, Jokowi Diminta Jangan Hanya Bergantung ke AS
Baca: Kapal Perang AS kembali Berlayar di Selat Taiwan Setelah Ketegangan dengan China Meningkat
Data awal dari AS dan Inggris menunjukkan orang berkulit hitam memiliki tingkat kematian yang tidak proporsional karena corona dibandingkan dengan kelompok etnis lain.
Namun Corrothers berpesan agar pengalaman ibunya ini tidak menjadi alasan untuk takut pergi ke rumah sakit bila mengalami gejala corona.
"Jika orang merasakan gejalanya, pergilah ke dokter," katanya.
"Hanya kamu yang tahu bagaimana perasaanmu."
"Jika Anda tidak dapat dirawat di satu rumah sakit, pergi ke rumah sakit lain," tegasnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)