Rabu, 8 Oktober 2025

Virus Corona

Pemerintah Diharapkan Respons Kebutuhan Kaum Difabel yang Terdampak Pandemi Covid-19

Yayasan Plan International Indonesia (YPII) menyebut bantuan sosial kepada kaum difabel belum sampai.

Penulis: Reza Deni
Editor: Adi Suhendi
Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
Virus Corona 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yayasan Plan International Indonesia (YPII) menyebut bantuan sosial kepada kaum difabel belum sampai.

Penyandang difabilitas pun didampingi dan difasilitasi YPII untuk bicara langsung kepada pemerintah terkait bantuan kepada mereka.

"Sehingga harapannya responsnya ini memikirkan kebutuhan mereka, mendengarkan suara mereka," kata Executive Director Yayasan Plan International Indonesia Dini Widiastuti, dalam siaran BNPB, Minggu (17/5/2020).

Baca: Polisi Inggris Tangkap 19 Pengunjuk Rasa Tolak Social Distancing di London

YPII sendiri bekerja di bagian Indonesia Timur, khususnya NTT dan NTB.

Di sana, Dini menyebut banyak kaum difabel yang kehilangan pekerjaannya di sektor informal.

"Jadi yang misalnya memijat, buka service sol sepatu, atau buka warung kecil-kecilan, terdampak secara ekonomi," katanya.

Baca: ICW Desak Pemerintah dan DPR Hentikan Pembahasan RUU Pemasyarakatan di Tengah Pandemi Covid-19

Meski begitu, YPII melatih mereka untuk bertahan hidup dengan bekerja di bidang yang tengah dibutuhkan, seperti menjahit masker.

Alasannya, kaum difabel tak mungkin terus menunggu bantuan dari pemerintah tanpa melakukan apa-apa.

Baca: Jokowi dan DPR Ditantang Jelaskan Kekebalan Hukum dalam Perppu Corona di Sidang MK

"Sekarang (bantuan) kabarnya baru pendataan, mereka belum dapat. Jadi mereka juga harus berdaya untuk bisa bangkit sendiri," katanya.

Masyarakat Wajib Menggunakan Masker Kain Saat Keluar Rumah

Pemerintah mewajibkan seluruh masyarakat untuk menggunakan masker kain saat berada di luar rumah.

Baca: Update Corona di Seluruh Dunia 9 April 2020: Indonesia Masuk 20 Besar Korban Meninggal Terbanyak

Anjuran ini merujuk pada rekomendasi WHO terkait pencegahan penularan virus corona.

"Mulai hari ini, sesuai dengan rekomendasi WHO, kita jalankan masker untuk semua."

"Semua harus menggunakan masker," kata Achmad Yurianto dalam konferensi pers yang diunggah kanal Youtube BNPB, Minggu (5/3/2020).

Yuri menegaskan, masker yang dianjurkan untuk dipakai oleh masyarakat umum adalah jenis masker kain.

Sementara masker bedah dan masker N95 hanya digunakan oleh petugas medis.

"Masker bedah, masker N95, hanya untuk petugas medis."

"Gunakan masker kain, ini menjadi penting karena kita tidak pernah tahu di luar, orang tanpa gejala banyak sekali didapatkan di luar, kita tidak tahu, mereka adalah sumber penyebaran penyakit," tuturnya.

Oleh karena itu, Yuri  pun mengimbau masyarakat untuk dapat melindungi diri sendiri dengan menggunakan masker kain saat keluar rumah.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, menunjukkan masker kain 3 lapis yang direkomendasikan agar digunakan masyarakat untuk menangkal virus corona.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, menunjukkan masker kain 3 lapis yang direkomendasikan agar digunakan masyarakat untuk menangkal virus corona. (Youtube BNPB/via kompas.com)

Yuri menyampaikan, masker kain hanya boleh digunakan maksimal selama empat jam.

Masker tersebut kemudian harus dicuci dengan merendamnya terlebih dahulu di dalam air sabun.

"Masker kain bisa dicuci. Kami menyarankan, penggunaan masker kain tidak lebih dari empat jam kemudian dicuci dengan cara direndam di air sabun kemudian dicuci," terangnya.

"Ini upaya untuk mencegah terjadinya penularan, karena kita tidak pernah tahu di luar banyak sekali kasus yang memiliki potensi menularkan ke kita.

"Di samping mencuci tangan menggunakan sabun selama minimal 20 detik, ini (penggunaan masker) menjadi kunci bagi kita untuk kemudian mengendalikan penyakit ini," tambah Yuri.

Baca: Cara Mencegah Virus Corona saat Berada di Luar hingga Kembali ke Rumah

Lebih lanjut, Yuri mengungkapkan keprihatinan pemerintah atas adanya sejumlah tenaga medis yang tertular Covid-19.

Bahkan, sejumlah tenaga medis pun gugur dalam menjalankan tugasnya.

"Oleh karena itu, komitmen pemerintah sangat kuat untuk melindungi mereka dengan secara terus-menerus mendistribusikan APD (Alat Pelindung Diri) agar mereka bisa bekerja dengan profesional, nyaman, dan tidak ada kekhawatiran terpapar infeksi," kata Yuri.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved