Komentar Rektor Unair Saat RS Universitas Airlangga Disebut Kewalahan Hadapi Pasien Corona
Rektor Universitas Airlangga, Prof Moh Nasih menanggapi soal isu kewalahannya RS UNAIR menghadapi pasien virus corona yang terus bertambah.
Penulis:
Inza Maliana
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Rektor Universitas Airlangga, Prof Dr Mohammad Nasih angkat bicara terkait desas-desus kewalahannya Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) menghadapi pasien corona.
Meski tidak secara gamblang menjelaskan, ia membenarkan bila RSUA menutup sementara layanan bagi pasien Covid-19.
Alasannya untuk melakukan penataan ulang dan optimalisasi pelayanan di RS Universitas Airlangga.
Selain itu, keterbatasan fasilitas seperti tempat tidur menjadi satu di antara faktor ditutupnya layanan.
Lebih lanjut, Prof Nasih juga membeberkan perihal ditutupnya layanan bagi pihak luar untuk melakukan pengujian sampel Covid-19 di Lembaga Penyakit Tropis atau laboratorium Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga.
"Karena keterbatasan bed yang kami miliki, tentu kebijakan penutupan sementara kami ambil," ujar Prof Nasih pada Kamis (28/5/2020), mengutip dari Tribun Madura.

Baca: Penelitian Dosen Unair: Puncak Penularan Virus Corona Pertengahan Mei, Mereda di Awal Agustus
"Penutupan sementara RSUA dan ITD merupakan bagian dan upaya kami untuk melakukan perbaikan dan penataan internal," sambung dia.
Prof Nasih juga menegaskan tidak ingin memaksakan diri untuk menerima pasien sebab kapasitas tempat tidur yang ada sangat terbatas.
Menurutnya, bila dipaksakan menerima pasien lagi, dikhawatirkan akan menimbulkan masalah baru.
"Tidak mungkin, pasien akan dirawat seadanya atau bahkan kami taruh di IGD."
"Untuk itu, penutupan sementara ini merupakan ikhtiar kami bersama untuk melakukan penataan internal dan penambahan fasilitas yang masih kurang," tuturnya.

Baca: Peneliti Unair Surabaya Temukan Lima Jenis Senyawa yang Bakal Jadi Obat Virus Corona
Penutupan sementara ini, kata M Nasih, murni karena keterbatasan tempat tidur.
Kendati demikian, pihaknya mengatakan sedang dalam proses penambahan.
Namun, pihaknya menuturkan perlu waktu dan rancangan sehingga dalam waktu dekat sudah bisa menambah 100 tempat tidur.
Terkait desas-desus ditutupnya laboratorium ITD karena banyak petugas terinfeksi Covid-19, M Nasih juga tidak memberikan jawaban gamblang.
Namun, ia menjelaskan penutupan tersebut berkaitan dengan keterbatasan sumber daya manusianya (SDM).

Baca: Kuota Tenaga Relawan Perawat Covid-19 di Rumah Sakit PHC Surabaya Sudah Terpenuhi
"Perihal penutupan sementara di ITD, hal itu juga berkaitan erat dengan keterbatasan SDM yang kami miliki," ungkap dia.
"Sekali lagi, penutupan sementara ini juga bagian dari ikhtiar kami untuk menyiapkan SDM dan alat pengujian yang lebih baik lagi," tambahnya.
Ia pun berharap, ke depan, ITD tidak ingin adanya penumpukan sampel Covid-19 yang harus menunggu lama dalam proses pengujiannya.
Oleh karena itu, pihaknya telah merencanakan setelah penataan internal ini, sampel yang masuk pada hari itu bisa diproses dan hasilnya segera bisa diketahui.

Baca: Surabaya Dinilai Bisa Berakhir Jadi Wuhan karena Warga Tak Patuh Protokol Kesehatan Cegah Covid19
Sebelumnya diketahui, ITD sempat ramai diberbincangkan oleh warganet di jagat maya.
Pasalnya sebuah surat berlogo Universitas Airlangga yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tersebar ke publik.
Satu di antara akun yang mengunggah surat tersebut adalah @drpriono.
Ia mengunggah surat tersebut dalam akun Twitter pribadinya pada Selasa (26/5/2020) lalu.
Hingga Kamis (28/5/2020) cuitan itu mendapatkan 618 komentar, 589 retweet dan disukai 388 warganet di Twitter.
Dalam surat itu tertulis, sebagian tenaga medis di laboratorium ITD UNAIR terpapar virus corona.
Selain itu, kapasitas pemeriksaan sampel Covid-19 yang dimiliki ITD pun berkurang.
Untuk sementara ITD hanya akan menerima sampel baru Covid-19 dari Rumah Sakit UNAIR.
Sementara itu, UNAIR juga melakukan sejumlah protokol untuk menjamin keselamatan tenaga laboratorium dan kualitas pelayanannya.
Di antaranya seperti pelacakan kasus serta pengetesan secara masif terhadap staf untuk menekan mata rantai penyebaran virus corona.
(Tribunnews.com/Maliana, Tribunmadura.com/Sulfi Soviana)