Minggu, 17 Agustus 2025

Virus Corona

Pasien Positif Covid-19 di Kalimantan Selatan Naik 109 Kasus, Yurianto: Ada Kontak Erat di 2 Pasar

Jumlah kasus positif corona (Covid-19) di Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan yang signifikan pada Kamis (4/6/2020).

Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
BNPB
Jumlah kasus positif corona (Covid-19) di Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan yang signifikan pada Kamis (4/6/2020). 

TRIBUNNEWS.COM - Jumlah kasus positif corona (Covid-19) di Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan yang signifikan.

Hal itu disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube BNPB, Kamis (4/6/2020) sore.

Yuri menyebutkan, jumlah pasien positif Covid-19 di Kalimantan Selatan bertambah 109 pasien.

Dari hasil tracing, Yuri menambahkan, peningkatan kasus positif Covid-19 terjadi karena adanya kontak dekat yang terjadi di dua pasar dalam seminggu terakhir.

"Ada beberapa tempat atau provinsi yang hari ini mengalami peningkatan cukup signifikan."

"Yang pertama adalah Kalimantan Selatan, hari ini kita dapatkan (penambahan) 109 orang," kata Yuri, Kamis sore.

"Dari penyelidikan epidemiologi, dari tracing yang dilakukan, ini adalah kontak erat di dua pasar yang terjadi dalam seminggu yang lalu," sambungnya.

Baca: Jelang Kembali Aktifkan Layanan Publik, KPK Gelar Rapid Test Covid-19

Yuri mengatakan, penambahan pasien positif Covid-19 di Kalimantan Selatan terbilang cukup banyak dari biasanya.

"Jumlah ini cukup banyak dan hari ini tidak ada yang dilaporkan sembuh," ujarnya.

Dilansir data yang dipublikasikan melalui akun Twitter resmi BNPB, total kasus positif Covid-19 di Kalimantan Selatan kini berjumlah 1.142.

Sementara itu, tidak ada pasien sembuh yang dilaporkan hari ini sehingga total msaih sama, yaitu berjumlah 101 orang.

Sebanyak 3 pasien positif Covid-19 di Kalimantan Selatan dilaporkan meninggal dunia.

Sehingga, total pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19 di Kalimantan Selatan kini berjumlah 93 pasien.

Juru Bicara (Jubir) Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona (Covid-19), Achmad Yurianto
Juru Bicara (Jubir) Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona (Covid-19), Achmad Yurianto (Tangkap layar channel YouTube BNPB)

Sementara itu, Yuri menyampaikan, kasus positif Covid-19 di Indonesia kini berjumlah 28.818 kasus.

Total tersebut meningkat 585 kasus per Kamis 4 Juni 2020, pukul 12.00 WIB.

Baca: Jokowi Apresiasi Target Uji Spesimen Covid-19 10.000 Per Hari Terlampaui

Baca: PSBB di Jakarta Diperpanjang, Mulai Besok Rumah Ibadah Diperbolehkan Lakukan Ibadah Rutin

Yuri menambahkan, dari total kasus positif tersebut, terdapat tambahan 23 pasien positif Corona yang meninggal dunia.

Total kasus kematian akibat Covid-19 kini telah mencapai 1.721 pasien.

Kabar baiknya, terdapat 486 pasien dinyatakan sembuh.

Sehingga, total pasien sembuh bertambah menjadi 8.892 orang.

Sebelumnya, total kasus positif Covid-19 di Indonesia berjumlah 28.233 per 3 Juni 2020.

Sementara itu, total terdapat 8.406 pasien yang dinyatakan sembuh dan 1.698 pasien meninggal dunia.

Pemerintah Imbau agar New Normal Tidak Diekspresikan sebagai Kebebasan

Sebelumnya, Yuri mengatakan sebentar lagi sejumlah daerah akan mulai mengimplementasikan kebiasaan baru atau new normal.

Menurut Yuri, penerapan new normal tersebut ke depannya akan dilakukan oleh banyak daerah, sejalan dengan aktifnya kembali aktivitas produktif masyarakat untuk mempertahankan kinerja keseluruhan.

Kendati demikian, Yuri menegaskan, hal itu bukanlah euforia yang kemudian diekspresikan masyarakat dengan merasa bebas melakukan apapun dan mengabaikan protokol kesehatan.

Baca: New Normal, DPRD DKI Sarankan Anies Atur Jam Masuk dan Keluar Kantor, Bikin 3 Gelombang

"Beberapa saat yang akan datang, banyak daerah secara bertahap akan mulai mengimplementasikan kebiasaan baru ini sejalan dengan mulai dijalankannya kembali aktivitas-aktivitas produktif dalam rangka mempertahankan kinerja keseluruhan kita."

"Oleh karena itu, ini bukan sebuah euforia yang kemudian diekspresikan dengan merasa bebas untuk melakukan apapun, bertindak apapun, bebas untuk siapapun dengan mengabaikan protokol kesehatan, mengabaikan kebiasaan-kebiasaan baru yang harus dibentuk," tegas Yuri dalam konferensi pers yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube BNPB, Selasa (2/6/2020).

Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto dalam keterangan resmi di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Senin (1/6/2020).
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto dalam keterangan resmi di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Senin (1/6/2020). (BNPB)

Yuri pun mengimbau pada setiap keluarga agar betul-betul melindungi seluruh keluarganya dari ancaman Covid-19.

Ia pun berpesan supaya masyarakat tidak berbondong-bondong memenuhi pusat perbelanjaan ketika sudah kembali dibuka.

Terlebih, Yuri menambahkan, apabila membawa orang-orang yang sangat rentan terserang Covid-19.

Baca: Sambut New Normal, DPRD DKI Beri Saran Kepada Anies Untuk Atur Jam Masuk dan Keluar Kantor

"Apabila kemudian ada beberapa pusat perbelanjaan yang mulai dibuka, bukan berarti kemudian kita memiliki kebebasan dengan membawa orang tua kita, membawa orang-orang yang memiliki komorbid, hipertensi, sakit ginjal, kencing manis, untuk kemudian berbondong-bondong ke pusat perbelanjaan," kata Yuri.

"Ataupun membawa anak-anak kita, balita kita ke tempat-tempat itu. Risiko ini akan menjadi semakin besar," sambungnya.

Oleh karena itu, Yuri menambahkan, kebiasaan baru yang mengedepankan protokol kesehatan harus mulai ditanamkan pada keluarga mulai saat ini.

Adaptasi Kebiasaan Baru Mutlak Harus Dijalankan

Yuri juga menyampaikan adaptasi kebiasaan baru merupakan hal yang mutlak untuk dijalankan.

"Adaptasi kebiasaan baru ini mutlak harus kita jalankan," ujarnya.

Menurut Yuri, basis perubahan ini terletak pada edukasi terus-menerus di dalam keluarga.

Oleh karena itu, pemerintah pun berharap keluarga dapat mengambil peran dalam perubahan adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi Covid-19 ini.

"Basis perubahan ini tentunya ada pada edukasi terus-menurus oleh keluarga."

"Oleh karena itu, kita sangat berharap peran keluarga dalam perubahan adaptasi kebiasaan baru ini menjadi sesuatu yang harus dilaksanakan bersama-sama," kata Yuri.

Baca: Achmad Yurianto: Pandemi Covid-19 Belum Selesai, Kita Harus Mulai Menata Kembali Kehidupan Kita

Yuri juga mengingatkan, anak-anak dalam keluarga kita rentan dengan penyakit ini.

Meskipun anak selalu berada di rumah, Yuri menambahkan, anak tersebut bisa berisiko tertular dari orang-orang dewasa di sekitarnya yang banyak berkegiatan di luar rumah.

"Kita tahu anak-anak kita termasuk rentan dengan penyakit ini."

"Mungkin dia seharian di rumah tapi orang tuanya atau saudara yang lain, dewasa yang aktif berada di luar, bisa saja tidak menyadari membawa penyakit ini ke rumah.

Yuri menyampaikan, sejumlah orang yang terinfeksi virus corona dengan gejala ringan ataupun tanpa gejala mungkin saja berada di sekitar kita.

Baca: The New Normal Akan Jadi Bencana Tanpa Upaya Goyong-royong Bersama

Apabila orang-orang tersebut tidak melakukan karantina diri secara ketat maka bisa menjadi sumber penularan di tengah masyarakat.

Manakala adaptasi kebiasaan baru tidak dilakukan, Yuri mengatakan, akan besar kemungkinan menularkan ataupun tertular.

"Apabila kemudian bertemu dengan orang yang rentan, entah itu orang dewasa muda dengan imunitas bagus, orang tua dengan penyakit komorbid, atau mungkin dengan anak-anak atau balita, manakala tidak terlindungi dengan adaptasi kebiasaan baru tadi maka sangat besar kemungkinannya untuk menular atau tertular," ungkap Yuri.

(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)

 
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan