Selasa, 30 September 2025

Virus Corona

Banyak Warga Masih Ngeyel, Jawa Tengah Harus Latihan Dulu Sebelum Memasuki New Normal

Di tengah PSBB ataupun Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) yang masih efektif berlaku, warga Jawa Tengah masih ngeyel.

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Dewi Agustina
Lusius Genik/Trbunnews.com
Ganjar Pranowo saat seminar daring Indonesian Public Institute (IPI) bertajuk "Era New Normal: Indonesia Optimistis Versus Indonesia Terserah", Kamis (4/6/2020) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berpendapat, masyarakat Jawa Tengah perlu latihan terlebih dahulu sebelum memasuki era new normal atau kenormalan baru.

Latihan diperlukan sebagai upaya pembiasaan masyarakat Jawa Tengah dengan pola hidup baru di era new normal.

Ganjar bercerita, di tengah PSBB ataupun Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) yang masih efektif berlaku, warga Jawa Tengah masih ngeyel.

Tingkat kengeyelan warga Jawa Tengah, menurut Ganjar yang paling tinggi dibanding wilayah lainnya. Banyak dari mereka melanggar beragam peraturan yang ada dalam PSBB ataupun PKM.

"Tingkat kengeyelannya masyarakat masih tinggi, Jawa Tengah harus latihan dulu sebelum memasuki new normal. Kemarin ketika kita meminta mereka salat di rumah, faktanya tidak. Tiap hari, ribuan di Jateng yang masih salat. Itu informasi intelejen. Maka apa? Kita press lagi pelan-pelan," ungkap Ganjar dalam diskusi Indonesia Optimis vs Indonesia Terserah UPI di aplikasi Zoom, Jumat (4/6/2020).

Ganjar menjelaskan, proses pembiasaan dengan new normal akan memakan waktu panjang. Sekalipun mudah dimengerti bahwa normal baru berarti ada pakaian baru.

"Normal baru ada pakaian baru, namanya masker. Berjarak, ada yang harus kamu miliki pada diri sendiri. Sehat, jaga diri sendiri. Kelompok rentan geser dulu, jaring pengaman sosial," ujar Ganjar.

Baca: KPK Didesak Kenakan Pasal TPPU dan Sita Aset Nurhadi

Kemarin, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan memperpanjang PSBB namun tanpa batasan tanggal. PSBB kali ini dinamakan sebagai fase transisi, yang dibarengi dengan pelonggaran pembatasan secara bertahap dan beriringan.

"Menetapkan status di DKI Jakarta diperpanjang, dan menetapkan memulai transisi. Statusnya tidak berubah, tetap PSBB tapi menuju transisi aman, sehat dan produktif," kata Anies saat konferensi pers kemarin.

Keputusan itu menyusul angka reproduksi penularan virus (Rt) di DKI Jakarta selama tiga hari sejak tanggal 1 - 3 Juni, sudah berada di bawah angka 1, tepatnya 0,99. Artinya kata dia, wabah Covid-19 sudah mulai terkendali.

"Sampai dengan hari kemarin angka Rt 0,99. Kalau angka 4, artinya satu orang menularkan 4 orang. Tapi kalau bila di bawah 1, maka tidak menularkan. Ketika Rt di bawah 1 maka wabah ini terkendali dan sudah menurun," ujar dia.

Baca: Jawaban Soal TVRI SMP Belajar dari Rumah, Jumat 5 Juni 2020: Menjaga Hutan Indonesia

Meski angka Rt di bawah 1, Pemprov DKI tidak mau berpatokan pada satu data penelitian saja.

Pemprov DKI juga memakai Indikator Pelonggaran Pembatasan Sosial yang disusun Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia dengan memperhatikan satu per satu variabel data milik Pemprov DKI.

Skor indikator untuk bisa memulai melakukan pelonggaran harus berada di atas 70.

Kemudian dari penelitian itu, didapatkan hasil epidemologi dengan skor 75, kesehatan publik 70, fasilitas kesehatan 100, dengan total skor 76.

Artinya pembatasan sosial sudah dapat mulai dilonggarkan secara bertahap.

"Total skor 76. Artinya pembatasan sosial dapat mulai dilonggarkan secara bertahap. Jadi kalau kita melihat ini maka Jakarta sudah bisa bergerak menuju fase pelonggaran," ungkap dia.

Baca: Tak Pikirkan Raihan Pribadi, Kiper Atletico Madrid Fokus Gelar Liga Champions

Pelonggaran ada pada bidang kegiatan sosial ekonomi budaya, kegiatan olahraga, bidang tempat kerja dan tempat usaha, hingga tempat atau kegiatan peribadatan di rumah ibadah.

Seluruhnya diterapkan dengan tetap mengedepankan prinsip protokol kesehatan dan punya kapasitas 50 persen dari jumlah maksimum.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyebut setiap daerah atau wilayah berusaha untuk mentransformasikan zona terkait penyebaran Covid-19.

"Kalau zona merah tentunya akan berusaha menjadi zona oranye. Zona oranye diusahakan menjadi zona kuning. Zona kuning menjadi zona hijau," kata Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito.

Sebagai informasi, Wiku menjelaskan zona hijau berarti belum ada kasus positif Covid-19.

Sementara itu, Zona kuning sudah ditemukan kasus, kemudian perlu ditelusuri dari kasus positif, dan risiko kenaikan kasusnya relatif rendah.

Baca: Dikenal Garang, Nikita Mirzani Pernah Takut saat Dilaporkan Sosok Ini, Melaney Kaget Dengar Namanya

"Zona oranye juga ditemukan kasus positif dan risiko kenaikan kasusnya sedang. Terakhir, zona merah berarti daerah-daerah ini memiliki risiko paling tinggi dari jumlah kenaikan kasusnya," kata Wiku.

Wiku menyebut setiap daerah dengan zonanya memiliki tingkat risikonya masing-masing.

Bahkan yang zona hijau pun, dikatakan Wiku, masih berisiko.

"Harus menerapkan protokol kesehatan agar perubahan zona tersebut makin lama makin baik," ujarnya.

Maka itu, Wiku mengatakan tugas ini bukan hanya tugas dan kerja salah satu pihak, melainkan tugas semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.

"Apabila mengetahui kondisinya, kita harus berlomba-lomba untuk tertib terhadap protokol kesehatan. Pemerintah juga terus melakukan testing yang masif, tracingmya juga agresif, isolasinya pun ketat, tata laksananya juga di fasilitas kesehatan dilakukan dengan baik," ujarnya.

"Harapannya adalah semua daerah semakin lama semakin meningkat, sehingga aktivitas sosial ekonominya bisa berjalan dengan baik," lanjutnya. (tribun network/nang/den/nik)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved