Selasa, 26 Agustus 2025

Virus Corona

Kasus Baru Corona Tembus 1.000 dalam 2 Hari Terakhir, Kata Jubir Achmad Yurianto hingga Para Ahli

Berikut Tribunnews sajikan penyebab lonjakan kasus corona yang terjadi pada 2 hari terakhir dari berbagai versi, mulai Jubir Yurianto hingga ahli.

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Daryono
Tangkap layar https://covid19.go.id/peta-sebaran
Penyebab Lonjakan Kasus Corona 2 Hari Terakhir Berbagai Versi, Mulai Yurianto hingga Para Ahli 

Orang tersebut akan mendapat prioritas untuk dilakukan tes swab.

"Sudah barang tentu kita akan menginginkan untuk melakukan isolasi dengan sebaik-baiknya secara mandiri agar tak menjadi sumber penularan bagi orang lain," ujara Yuri.

Hingga Rabu (10/6/2020) sebanyak 446.918 spesimen yang telah diperiksa pemerintah. 

Angka tersebut naik, setelah pemerintah menyelesaikan pemeriksaan terhadap 17.757 spesimen dalam 24 jam terakhir ini.

"Sampai hari ini kita sudah memeriksa total keseluruhan spesimen sebanyak 446.918 spesimen," kata Yuri.

Pemeriksaan spesimen ini dilakukan dengan dua metode.

Metode pertama yakni real time polymerase chain reaction (PCR) dan metode kedua yakni tes cepat molekuler (TCM).

Angka tersebut seperti diketahui semakin mendekati angka target yang dikemukakan Presiden Joko Widodo, yakni 20 ribu spesimen per hari.

"Kita akan terus meningkatkan upaya kita melaksanakan pemeriksaan lebih masif lagi, sehingga kita bisa mendapatkan hasil yang jauh lebih optimal. Target 20 ribu per hari harus kita laksanakan," kata Yurianto.

Baca: Masyarakat Salah Artikan Makna New Normal Sebabkan Lonjakan Kasus Corona? Ini Penjelasannya

Kata Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi, DR Dr Hariadi Wibisono
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi, DR Dr Hariadi Wibisono (Tangkap layar channel YouTube tvOne)

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi, DR Dr Hariadi Wibisono memberikan pandangannya terkait kenaikan kasus corona di Indonesia.

Hariadi menilai, satu faktor penyebab kenaikan kasus ini bisa jadi disebabkan masyarakat salah mengartikan makna new normal itu sendiri.

"Pemahaman masyarakat umum terhadap new normal masih dianggap normal, padahal sama sekali tidak demikian."

"Normal kondisinya berbeda dengan new normal," ucapnya dikutip dari channel YouTube tvOne, Kamis (11/6/2020).

Hariadi melanjutkan, dalam kondisi normal masyarakat boleh keluar rumah tanpa mengindahkan protokol kesehatan.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan