Rabu, 10 September 2025

Virus Corona

Cerita Doni Monardo Ditelepon Khofifah di Malam Takbiran Bicara Soal Anggaran Penanganan Covid-19

Doni Monardo mengungkap dirinya pernah mendapat telepon pada saat malam takbiran Idul Fitri dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Adi Suhendi
ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN
Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo (kanan), Menko Polhukam Mahfud MD (kiri) dan Menteri LHK Siti Nurbaya menyampaikan konferensi pers seusai rapat terbatas di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Pemerintah telah mengantisipasi potensi ledakan kebakaran hutan dan lahan yang biasa terjadi pada Agustus sampai September dan akan melakukan rekayasa hujan melalui teknologi modifikasi cuaca. TRIBUNNEWS/ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/POOL 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penangangan Covid-19 Doni Monardo mengungkap dirinya pernah mendapat telepon pada saat malam takbiran Idul Fitri dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Dalam sambungan teleponnya, menurut Doni, Khofifah menyebut anggaran operasional rumah sakit darurat Corona sudah habis.

Hal itu diungkapkan Doni dalam rapat kerja dengan Komisi VIII DPR, Selasa (23/6/2020).

Awalnya, kepada Komisi VIII DPR, Doni Monardo menjelaskan penggunaan dana siap pakai penanganan Covid-19.

Baca: 10 Pasien di Provinsi Babel Sembuh dari Covid-19, Sisa 29 Orang Masih Dirawat

"Ada beberapa provinsi yang mengalami peningkatan (kasus Corona) seperti Jawa Timur, ini tidak mungkin tidak kita bantu. Jadi kalau sudah resmi pemerintah daerah mengajukan usulan, dan kita tidak bisa memberikan bantuan, ini pasti akan kewalahan," ungkap Doni Monardo.

"Ini contoh kasus, Pak. Gubernur Jawa Timur menghubungi saya itu pada tanggal (23 Mei) bertepatan dengan malam takbiran, jam 23.30 WIB. Ibu Khofifah, dia mengatakan anggaran pemerintah provinsi untuk operasional rumah sakit darurat sudah tidak ada lagi. Bagaimana kita tidak mendukung, Pak?" imbuhnya.

Doni menjelaskan BNPB mendapat tambahan dana siap pakai untuk penanganan Covid-19 sebesar Rp 3,2 triliun.

Baca: Sandiaga Sebut Keluarga dan UMKM Harus Jadi Prioritas Utama Untuk Benahi Ekonomi Akibat Covid-19

Dana sebesar Rp 10 miliar diberikan kepada Gugus Tugas Provinsi Jawa Timur untuk operasional rumah sakit lapangan.

Doni menceritakan pada malam itu juga dirinya langsung meminta Sestama dan Deputi Tanggap Darurat BNPB segera menghubungi BPBD Jawa Timur.

"Lebaran pertama, dana Rp 10 M cair, Pak. Rasanya agak sulit dipercaya ya, ketika bank bisa mentransfer dana Rp 10 M pada hari Lebaran, hari pertama, Pak. Di sinilah bagaimana BNPB harus bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan daerah," kata Doni.

Baca: Menaker Kampanyekan Gerakan Pekerja Sehat Cegah Penyebaran Pandemi Covid-19

Doni menambahkan, pemerintah tidak ingin ada daerah yang kesulitan menangani pandemi Corona.

Ia mengakui ada sejumlah daerah yang kewalahan menghadapi wabah ini.

"Jadi kita tidak menginginkan ada kesulitan daerah lantas kita mengatakan 'ini kan harusnya bisa dipenuhi daerah'. Kami tahu persis bagaimana kondisi daerah-daerah tertentu yang memang kewalahan menghadapi kasus yang mengalami peningkatan," kata Doni Monardo.

Ingatkan Masyarakat Untuk Taat Protokol Kesehatan Adalah Ibadah

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menyampaikan penanganan Covid-19 dalam rapat kerja bersama Komisi VIII DPR RI, Selasa (23/6/2020).

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 ini menekankan pentingnya kampanye protokol kesehatan penanganan Covid-19.

Menurutnya, hal itu tidak cukup dilakukan pemerintah pusat dan tidak cukup hanya menggunakan istilah asing.

Baca: Bertambah 1.051 Kasus Baru, Berikut Sebaran Pasien Positif Covid-19 di 34 Provinsi Indonesia

"Kami mengajak seluruh komponen masyarakat di seluruh daerah untuk bisa menjelaskan tentanf Covid-19 ini dengan menggunakan bahasa lokal dan bahasa daerah, (karena) rakyat kita tidak tahu itu apa itu physical distancing, apa itu sosial distancing bahkan sekarang apa itu New Normal," ucap Doni.

Doni mengingatkan saat ini memasuki era New Normal.

Ia mengingatkan makna new normal bukan berarti normal seperti sebelum adanya pandemi karena pandemi Covid-19 saat ini belum selesai.

Baca: Pemeriksaan Spesimen Terkait Covid-19 Per 23 Juni Sudah 17.906

Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk saling mengingatkan penerapan protokol kesehatan.

"Beberapa di antara mereka mengatakan, menganggap ini sudah normal lagi, sehingga mereka merasa Covid-19 ini sudah selesai, dan bahwa sampai hari ini Covid-19 belum berakhir," ujarnya.

"Ini yang senantiasa harus kita kampanyekan setiap detik, menyampaikan pesan kepada masyarakat untuk taat pada protokol Kesehatan adalah ibadah karena kalau ini bisa disampaikan dan rakyat mau menuruti, maka bisa menghindari risiko," tambahnya.

Protokol Jaga Jarak Dapat Turunkan Risiko Penularan Covid-19 Hingga 85 Persen

Tim Komunikasi Publik, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan jurnal ilmiah Lancet protokol jaga jarak atau physical distancing dapat menurunkan risiko penularan Covid-19 hingga 85 persen.

Dalam jurnal tersebut menurut dokter Reisa disebutkan bahwa jarak yang aman adalah 1 meter dari satu orang dengan orang lain.

"Ini merupakan langkah pencegahan terbaik bisa menurunkan risiko sampai dengan 85 persen," kata Dokter Reisa di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/6/2020).

Baca: Viral Penjual Gorengan Cantik, Bantu Orangtua hingga Isi Waktu Luang setelah Di-PHK Akibat Corona

Menurutnya, protokol jaga jarak sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 paling efektif menurunkan transmission rate atau angka penularan.

Terutama, ketika berada di ruang publik, seperti transportasi umum.

Sebagaimana diketahui virus SARS-CoV-2 menular atau ditularkan melalui droplet atau percikan air liur.

Maka dalam hal ini, dokter Reisa juga menyarankan agar masyarakat tetap menggunakan masker saat harus keluar rumah, terutama apabila menggunakan layanan transportasi publik.

Baca: Kisah Inspiratif Chris John: Berawal dari Wushu hingga Happy Ending sebagai Petinju Profesional

"Virus corona jenis baru penyebab Covid-19 menular melalui droplet atau percikkan air liur, maka wajib semua orang menggunakan masker, terutama ketika menggunakan transportasi," jelasnya.

Selanjutnya apabila terpaksa menggunakan transportasi umum, dokter Reisa mengimbau masyarakat agar menghindari memegang gagang pintu, tombol lift, pegangan tangga, atau barang-barang yang disentuh orang banyak.

Kalau terpaksa, maka harus langsung cuci tangan.

"Apabila tidak memungkinkan, menggunakan air dan sabun, maka dapat menggunakan hand rub dengan kadar alkohol minimal 70 persen," katanya.

Baca: Kronologi Perempuan di Solo Gagal Menikah, Mempelai Pria Kabur di Hari Pernikahan

Kemudian, dia juga mengingatkan agar masyarakat tidak meletakkan barang-barang bawaan atau tas di kursi atau lantai transportasi umum.

Selain itu, mengkonsumsi makanan atau minuman di transportasi umum juga sebaiknya tidak dilakukan, sebab dapat terkontaminasi.

"Hindari menggunakan telepon genggam di tempat umum, terutama apabila berdesakan dengan orang lain, sehingga tidak bisa menjaga jarak aman," jelasnya.

"Hindari makan dan minum, ketika berada di dalam transportasi umum. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi, apalagi kalau menggunakan tangan yang tidak bersih," tambah dokter Reisa.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan