Virus Corona
Minta Masyarakat Taat, Doni Monardo: Belum Ada Satu pun Ahli yang Memprediksi Kapan Wabah Berakhir
Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo menjelaskan belum ada ahli yang memprediksi kapan pandemi berakhir, oleh karenanya masyarakat diminta taat.
Penulis:
Inza Maliana
Editor:
Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo menuturkan, hingga kini belum ada ahli maupun pakar yang dapat memprediksi kapan pandemi Covid-19 berakhir.
Hal tersebut ia sampaikan dalam acara Doa Perawat Untuk Negeri yang ditayangkan dalam kanal YouTube BNPB, Selasa (15/9/2020).
Untuk itu, ia mengingatkan agar masyarakat mempersiapkan diri menghadapi pandemi dalam waktu yang.
"Karena belum ada satu pun ahli dan pakar yang bisa menentukan kapan wabah ini berakhir," kata Doni.

Baca: Ketua Satgas Covid-19: Khusus RS Wisma Atlet, Tower 6 dan 7 Masih Kosong
Ia juga mengimbau agar semua pihak tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Seperti menggunakan masker, menjaga jarak sosial, hingga rajin mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.
Lebih lanjut, Doni menegaskan, masyarakat harus menjadi garda terdepan dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Dengan begitu, tidak ada lagi tenaga kesehatan yang kelelahan hingga meninggal dunia karena merawat pasien Covid-19.
Doni pun turut mengucapkan duka cita mendalam atas gugurnya para perawat dan tenaga kesehatan lainnya selama pandemi.

Baca: Jubir Satgas Covid-19: Kasus Aktif di Berbagai Daerah Mengalami Penurunan
"Mari kita jadikan perawat dan dokter dan rumah sakit sebagai benteng terakhir bangsa kita," kata Doni.
"Mudah-mudahan kita semua dapat melanjutkan pengabdian dan perjuangan para perawat."
"Termasuk tenaga kesehatan lainnya, para dokter, dan unsur pendukung di rumah sakit," imbuhnya.
Sementara itu, Doni menjelaskan, hingga kini pemerintah terus bekerja keras untuk mengembangkan vaksin dan obat Covid-19.
"Bangsa Indonesia seperti bangsa-bangsa lainnya di dunia yang sedang menghadapi wabah Covid-19 ini."

Baca: Doni Monardo: Kita Jadikan Perawat, Dokter, dan umah Sakit Sebagai Benteng Terakhir Bangsa
"Kita juga sedang berusaha untuk bisa mendapatkan vaksin dalam jumlah yang cukup bagi masyarakat semua," ujar Ketua BNPB Indonesia ini.
"Termasuk juga upaya-upaya untuk mendapatkan obat yang lebih mujarab dalam menghadapi Covid-19," tambahnya.
Namun, ia mengingatkan setelah ditemukannya vaksin Covid-19, tidak serta merta menjamin pandemi akan selesai.
"Walau nanti ditemukan vaksin, walau nanti ditemukan obat, belum tentu pandemi ini akan berakhir," tegasnya.
Agresifkan mencari vaksin Covid-19
Sementara itu, di lain kesempatan, Erick Thohir juga mengatakan upaya Indonesia mencari vaksin Covid-19.
Menurutnya, Indonesia saat ini merupakan negara di Asia Tenggara yang paling agresif untuk mencari vaksin Covid-19.
"Kita, saya rasa negara di Asia Tenggara yang sangat agresif (soal vaksin Covid-19)."
"Dan kalau dengan dunia juga kita masuk kategori negara yang sudah bisa men-secure vaksin dari beberapa partner," ujar Erick, masih dikutip dari Kompas.com.
Ia menambahkan, Indonesia memang tak boleh ketinggalan dalam mendapatkan vaksin Covid-19.
Sebab, Inggris saja yang memiliki jumlah populasinya sekitar 60 juta jiwa sudah mengamankan 200 juta vaksin Covid-19.

Baca: Erick Thohir Disambangi Sandi Uno, Keduanya Bahas Soal Vaksin Covid-19
"Tentu kita tidak boleh tertinggal, karena itu kita agresif," tegas Erick.
Oleh sebab itu saat ini, lanjut dia, Indonesia telah bekerja sama dengan dua perusahaan farmasi asal China dan Uni Emirat Arab (UAE) terkait pengembangan vaksin Covid-19.
Setidaknya, pada akhir tahun 2020 Indonesia telah memiliki komitmen dengan dua perusahaan farmasi di China dan UAE untuk 30 juta dosis vaksin Covid-19.
"Lalu juga kita harapkan 280 juta tambahan sampai 310 juta, karena di perjanjian ada tambahan 10 persen untuk kita."
"Ini kita harapkan bisa menstabilkan dari menjaga kesehatan masyarakat sampai kita bisa memproduksi vaksin merah putih yang akan dikembangkan di awal tahun 2022," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana, Kompas.com/Akhdi Martin Pratama)