Rabu, 27 Agustus 2025

Virus Corona

Tak Dialami Pasien OTG, Kenali Gejala Happy Hypoxia, Jangan Tunggu Sesak Napas, Waspada Bibir Biru

Kurangnya kadar oksigen di dalam darah alias 'Happy Hypoxia' kini sedang menjangkiti pasien yang terjangkit covid-19.

Tribun Pontianak/Anesh Viduka
Warga yang mengalami sesak napas di Kantor Dinas Kesehatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (21/9/2019) siang. Tribun Pontianak/Anesh Viduka 

"Kondisinya oke-oke saja, tapi pas dicek saturasi, saturasinya rendah, kemudian di-foto ulang, ternyata pneumonia saya jadi lebih berat lagi," kata kata dokter Tri Maharani.

Dokter khusus penanganan medis darurat ini meyakini, sempat mengalami kondisi happy hypoxia.

"Memang di hari-hari awal itu saya tidak mengalami keluhan sama sekali. Saya baru mengalami keluhan itu lima hari. Setelah dirawat," katanya.

Istilah happy hypoxia baru-baru ini menjadi perbincangan publik. Sebuah gejala hening yang membuat orang yang terinfeksi Covid-19, tanpa sadar tubuhnya mengalami kekurangan oksigen, sehingga dapat menimbulkan hilang kesadaran, koma hingga kematian secara tiba-tiba.

Riset mengenai kondisi pasien Covid-19 dengan happy hypoxia sudah diteliti sejak beberapa bulan lalu.

Di Jawa Tengah, pejabat setempat menyebut rata-rata pasien Covid-19 di sana mengalami gejala Happy Hypoxia.

Namun, juru bicara Satgas Covid- 19 Jawa Tengah mengatakan, Happy Hypoxia bukan hanya di Jawa Tengah, tapi dapat terjadi terhadap seluruh pasien Covid-19 di seluruh dunia.

Gejala happy hypoxia diperkirakan sudah ditemukan sejak novel coronavirus menjadi wabah di Wuhan, China. Dalam satu artikel di Springer-Verlag GmbH Germany yang dipublikasi awal Maret 2020, dikatakan banyak pasien covid-19 yang berusia lanjut di Wuhan mengalami gagal napas, tapi tanpa disertai tanda-tanda adanya gangguan
pernapasan.

Saat itu, istilah yang digunakan adalah silent hypoxemia, yang kemudian berkembang menjadi happy hypoxia.

Disebut happy, karena pasien tidak mengalami napas tersenggal-senggal, sehingga tetap terus beraktivitas, tanpa mengetahui oksigen dalam darahnya kurang.

"Jadi artinya, pasien bergejala, batuk, atau demam, lemas, tidak enak badan, tapi dia tidak terlihat sesak, masih tetap melakukan aktivitas hari-harinya, masih makan, masih menelpon, masih tersenyum, masih bisa mandi, bisa berjalan, tapi sesungguhnya kondisinya berbahaya karena kadar oksigen itu akan terus (turun)," kata Erlina Burhan.

Kepala Divisi Infeksi Paru Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi RSSA, Yani Jane Sugiri menyebut seseorang yang mengalami kondisi happy hypoxia, pasti memiliki gejala, yang biasanya dialami tubuh seperti kelelahan dan sakit kepala.

"Bahkan napas pendek, atau mereka kadang-kadang, tidak suka makan. Tapi merasa masih bisa beraktivitas. Sebenarnya, tidak tanpa gejala sama sekali," kata Yani.

Dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini juga mengaku sering menangani pasien Covid-19 dengan kondisi happy hypoxia.

Kata dia, kecenderungannya pasien yang mengalami gejala ringan, enggan untuk dirawat.

Halaman
123
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan