Kamis, 11 September 2025

Virus Corona

Faisal Basri Tawarkan Jurus Jitu Turunkan Covid-19 dan Naikkan Ekonomi

Sehingga sekalipun kasus aktif sudah menurun dan telah mencapai puncak kurva seperti di Iran, tak ada jaminan Covid-19 di Indonesia sudah terkendali.

Editor: Hasanudin Aco
ist
Ekonom UI Faisal Basri. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini Indonesia sedang merangkak dan menuju puncak kurva gelombang I Covid-19.

Dan saat ini, Covid-19 telah merambah ke semua provinsi dan 493 (96 persen) dari 514 kabupaten (416)/kota (98).

Kini, kasus baru harian dan jumlah kematian harian masih mengalami peningkatan.

Tambahan kasus baru setiap hari selalu lebih banyak dari jumlah pasien yang dinyatakan sembuh.

Akibatnya, kasus aktif terus naik.

Di saat yang sama fasilitas dan alat kesehatan yang terbatas serta tenaga kesehatan yang kian banyak meninggal dunia dan kelelahan mengancam kenaikan angka kematian.

Baca: Wiku Adisasmito Ajak Semua Warga Jadi Garda Terdepan Lawan Covid-19

Sehingga sekalipun kasus aktif sudah menurun dan telah mencapai puncak kurva seperti di Iran, tak ada jaminan Covid-19 di Indonesia sudah terkendali.

Demikian disampaikan ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri membuka pembicaraan dengan lugas saat menjadi narasumber dalam acara Webinar Nasional Kedua Kelompok Studi Demokrasi Indonesia (KSDI) bertemakan "Strategi Menurunkan Covid-19, Menaikkan Ekonomi" yang dihadiri ribuan partisipan, yang terdiri dari 500 orang melalui aplikasi zoom dan 1.300 peserta melalui live streaming Youtube, Minggu (20/9/2020).

Wibawa sedang membacakan kesimpulan.
Pengurus KSDI Egi Gunadhi Wibawa sedang membacakan kesimpulan.

Webinar ini dipandu langsung Ketua Dewan Pembina KSDI, Maruarar Sirait.

Sementara bertindak sebagai narasumber selain Faisal adalah Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Ketua Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Iwa Ariawan dan Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari.

Karena menarik, acara webinar ini berlangsung lima jam dengan tidak ada perubahan jumlah peserta yang signifikan dari awal hingga akhir.

Soal Faisal Basri, Maruarar mengatakan bahwa ia seorang intelektual yang senantiasa menyampaikan data-data dengan lugas dan jujur.

Faisal juga seorang intelektual yang bicara apa yang benar, dan buka apa yang enak didengar.

Kembali kepada penjelasan Faisal, ia mengatakan bahwa kasus aktif ini harus terus dikendalikan.

Sementara dari perkembangannya menunjukkan bahwa 50 ribu kasus pertama butuh penyebaran selama 115 hari, sementara kasus menjadi 250 ribu hanya butuh 14 hari.

"Kalau tak ditangani, bisa mencapai 1 juta kasus. Kasus naik, maka angka kematian juga naik. Ekonomi bisa pulih, namun nyawa manusia tak bisa dipulihkan," kata Faisal dengan lugas.

Faisal juga mengatakan bahwa ketika indikator dasar Civid-19 belum stabil atau membaik sedangkan PSBB tidak bisa terus-menerus diperpanjang, maka jalan tengahnya adalah menggencarkan testing-tracing-isolating yang mengidap virus dan yang bebas virus sampai tersedia vaksin. Namun sejauh ini ini testing di Indonesia sangat sedikit.

Selain itu harus menerapkan kewajiban menggunakan masker wajah di ruang publik, menjaga jarak

"Ingat, setiap langkah harus berdasarkan landasan ilmiah serta data yang akurat. Vaksin belum tersedia, dan tak dapat dipastikan kapan tersedia, serta bukan substitusi dari langkah-langkah di atas," jelas Faisal.

Faisal juga menilai bahwa Perppu 1/2020 bukan merupakan payung untuk mengatasi keadaan darurat pandemik coronavirus dengan cara-cara luar biasa, serta bukan juga untuk memperkokoh otoritas Gugus Tugas sehingga menyebabkan koordinasi penanganan lemah, pengelolaan data parah dan tidak menggunakan standar WHO, serta di saat yang sama kurang berbasis ssientific dan data akurat.

"Belum ada Perppu khusus menangani Covid, yang ada Perppu menangani APBN dan sektor keuangan," kata Faisal, sambil mengatakan bahwa virus ini sangat bahaya sekali sehingga butuh panglima perang yang harus full time dan bukan kerja sambilan.

Saat ditanya oleh moderator siapa kira-kira nama yang bisa menjadi panglima perang tersebut, Faisal menjawab salah satu contohnya adalah Kuntoro Magkusubroto, yang pernah menjadi Kepala Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh-Nias, atau siap saja dengan kualifikasi seperti Kuntoro.

"Mungkin bukan Pak Kuntoro-nya, tapi kualifikasi seperti dia yang full time, 24 jam kerja dan itu dipuji secara internasional karena berhasil menanganinya," kata Faisal.

Faisal melanjutkan bahwa Covid-19 merupakan sumber utama ketidakpastian.

Ketua HIPMI Jawa Barat Surya Batara Kartika sedang bertanya.
Ketua HIPMI Jawa Barat Surya Batara Kartika sedang bertanya kepada Faisal Basri. (ist)

Jika pemerintah mampu mengendalikan wabah dengan serangkaian tindakan dan langkah yang terukur serta “jujur” maka akan tumbuh confident masyarakat dan dunia usaha. Masyarakat juga tidak akan menunda belanja atau mengurangi alokasi dana untuk berjaga-jaga.

"Dunia usaha akan segera merealisasikan rencana investasi dan perluasan usaha. Investasi asing kembali mengalir dan turis mancanegara berangsur masuk ke Indonesia tanpa perlu promosi gencar.

Sebaliknya, jika confident kepada pemerintah dalam menangani wabah terkikis, pemulihan kian berlarut-larut sehingga daya tahan perekonomian melemah," jelas Faisal.

Faisal juga menyarankan agar mengarahkan investasi untuk menyongsong ekonomi baru. Misalnya dengan memacu R&D agar inovasi menjamur, meningkatkan produktivitas dan daya saing.

Investasi juga harus mendukung “langit biru” ramah lingkungan, serta harus berbasis budaya dan bahan baku lokal yang “melimpah” dengan ditopang oleh kebijakan fiskal yang tajir.

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan