Selasa, 26 Agustus 2025

Virus Corona

Lebih dari 150 Negara Gabung WHO Rencanakan Vaksin Covid-19 Global, China dan AS Enggan Terlibat

Lebih dari 150 negara bergabung dengan WHO dalam merencanakan vaksin Covid-19, China dan AS tidak ingin terlibat.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
Foto Nikkei
Ilustrasi Vaksin Covid-19 

TRIBUNNEWS.COM - Sekitar 156 negara bergabung dengan skema global untuk pendistribusian vaksin Covid-19 yang adil pada Senin (21/9/2020).

Aliansi ini dipimpin langsung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Tetapi, negara adidaya China dan Amerika Serikat (AS) enggan terlibat dalam skema global ini.

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump memiliki alasan tersendiri negaranya tidak ikut bergabung.

Pihaknya mengaku telah mengamankan pasokan vaksin di masa depan melalui kesepakatan bilateral.

Namun, keputusan tersebut memicu tuduhan perilaku egois yang merugikan negara-negara miskin.

Foto yang diambil pada 6 Agustus 2020 dan disediakan oleh Dana Investasi Langsung Rusia ini memperlihatkan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya.
Foto yang diambil pada 6 Agustus 2020 dan disediakan oleh Dana Investasi Langsung Rusia ini memperlihatkan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya. (HANDOUT / RUSSIAN DIRECT INVESTMENT FUND / AFP)

Baca: Indonesia Bergabung dengan Inisiatif Global Penyediaan 2 miliar Vaksin Virus Corona Baru, COVAX.

Sedangkan China, tempat dimana virus corona pertama kali dilaporkan ini juga tidak ada dalam daftar 64 negara kaya yang bergabung.

Rencananya, WHO akan memimpin dalam misi bernama Covax untuk mengiri 2 miliar dosis vaksin di seluruh dunia pada akhir 2021.

2 miliar vaksin tersebut akan diprioritaskan bagi para petugas kesehatan dan juga pasien yang rentan.

Meski belum berkomentar atas ketidaksertaannya, namun pejabat WHO mengatakan akan melakukan dialog dengan otoritas Beijing.

Menurut aliansi vaksin WHO dan GAVI, skema tersebut akan mencakup sekitar dua pertiga dari populasi dunia.

Seorang petugas kesehatan memvaksinasi seorang pria di dalam stasiun vaksinasi seluler di Moskow pada 7 September 2020
Seorang petugas kesehatan memvaksinasi seorang pria di dalam stasiun vaksinasi seluler di Moskow pada 7 September 2020 (Natalia KOLESNIKOVA / AFP)

Baca: Donald Trump Berharap Vaksin Covid-19 yang Tersedia untuk Setiap Warga AS Bisa Diproduksi April 2021

Setelah menerbitkan daftar penandatangan, batas waktu untuk komitmen yang mengikat dalam skema ini berakhir pada hari Jumat lalu.

Kini belasan vaksin sedang dalam pengujian untuk melawan virus corona yang telah menginfeksi sekitar 31 juta orang di seluruh dunia.

Virus corona juga telah membunuh hampir 1 juta penduduk dunia, dengan seperlimanya berada di Amerika Serikat.

"Covax akan memberikan kepada dunia portofolio kandidat vaksin terbesar dan paling beragam," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada briefing virtual, Senin kemarin.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menghadiri konferensi pers tentang COVID-19 di kantor pusat WHO di Jenewa, Rabu (11/3/2020). Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan, wabah virus corona dikategorikan sebagai pandemi.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menghadiri konferensi pers tentang COVID-19 di kantor pusat WHO di Jenewa, Rabu (11/3/2020). Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan, wabah virus corona dikategorikan sebagai pandemi. (AFP/Fabrice COFFRINI)

Baca: Direktur Jenderal WHO: Memilih Kesehatan atau Ekonomi dalam Tangani Covid-19 adalah Dikotomi Semu

"Ini bukan amal, ini untuk kepentingan terbaik setiap negara."

"Kami tenggelam atau berenang bersama. Ini bukan hanya hal yang benar untuk dilakukan, ini adalah hal yang cerdas untuk dilakukan," tegasnya, dikutip dari SCMP, Selasa (22/9/2020).

Dengan beberapa negara kaya yang enggan menggunakan Covax.

Rencana tersebut telah menyoroti tantangan untuk mendistribusikan vaksin secara adil di seluruh negara kaya dan miskin.

Aliansi vaksin berharap, 38 negara kaya lainnya bergabung dalam inisiatif ini dalam beberapa hari mendatang.

Kantor perusahaan farmasi dan biofarmasi Inggris-Swedia, AstraZeneca, di Macclesfield, Cheshire, Inggris, pada 21 Juli 2020. Perusahaan vaksin didorong untuk mempublikasikan protokol uji klinisnya.
Kantor perusahaan farmasi dan biofarmasi Inggris-Swedia, AstraZeneca, di Macclesfield, Cheshire, Inggris, pada 21 Juli 2020. Perusahaan vaksin didorong untuk mempublikasikan protokol uji klinisnya. (PAUL ELLIS / AFP)

Baca: Inggris Jadi Tuan Rumah Konferensi Vaksin Global Covid-19 Bersama PBB

Diketahui, aliansi ini telah menerima komitmen sebesar US $ 1,4 miliar (Rp 14.500 triliun) untuk penelitian dan pengembangan vaksin.

Tetapi pihaknya masih membutuhkan US $ 700 juta hingga US $ 800 juta.

Aliansi tersebut tidak mengatakan negara mana yang memberikan pendanaan namun tidak berencana mengambil pasokan vaksin dari skema tersebut.

Prancis dan Jerman mengatakan mereka akan mencari potensi vaksin hanya melalui skema pengadaan bersama Eropa.

Lebih dari 150 vaksin potensial sedang dikembangkan dan diuji secara global, dengan 38 diujicobakan pada manusia.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan