Selasa, 2 September 2025

Virus Corona

Kematian Covid-19 Tembus 10.000, Ini Daftar Daerah Kematian Tertinggi hingga Terendah

Penyakit yang menjadi pandemi di seluruh dunia ini terus menjalar ke berbagai daerah Nusantara.

Penulis: Hendra Gunawan
Satgas Covid-19 Nasional
Tabel Update Covid-19 di Indonesia per Jumat (25/9/2020), angka positiif terus meningkat dengan kematian yang dianggap cukup tinggi 

TRIBUNNEWS.COM -- Covid-19 semakin menjadi momok bagi masyarakat Indonesia dan pemerintah.

Penyakit yang menjadi pandemi di seluruh dunia ini terus menjalar ke berbagai daerah Nusantara.

Pertumbuhannya pun sangat menakutkan, dalam beberapa hari ini pertumbuhan sudah mencapai bilangan 4.000 lebih setiap harinya.

Hingga Jumat (25/9/2020), total kasus positif di Indonesia telah mencapai 266.845 setelah hari ini ada penambahan sebanyak 4.823 orang terpapar corona.

Angka tambahan ini seperti diketahui meningkat ketimbang pada hari Kamis kemarin yang mencapai 4.634 kasus.

Ini juga menjadi rekor tertinggi angka harian positif, memecahkan angka positif sehari sebelumnya.

Baca: Update Corona 25 September: Rekor Tertinggi di Indonesia, Bertambah 4.823 Kasus Positif Covid-19

Data tersebut juga menunjukkan penambahan kasus sembuh mencapai 4.343 pasien.

Adapun total kasus sembuh sebanyak 196.196 orang.

Sementara jumlah yang meninggal dunia menjadi 10.218 orang setelah ada penambahan kasus meninggal hari ini sebanyak 113 orang.

Adapun total pasien meninggal dunia sejumlah 10.105 orang.

Baca: Menteri PPPA Ingatkan Penyebaran Covid-19 Kluster Keluarga

Dilihat dari sisi kematian, Provinsi Jawa Timur masih menduduki posisi paling banyak yaitu 3.084 orang di susul dengan DKI Jakarta sebanyak 1.661 kasus kematian, disusul Jawa Tengah sebesar 1.372 orang.

Sementara korban meninggal paling sedikit saat ini terjadi di Bangka Belitung dan Kalimantan Utara yang hanya sebanyak 4 orang dan Nusa Tenggara Timur sebanyak 6 orang.

Jumlah Suspek yang dipantau per hari ini tercatat sebanyak 112.082 orang.

Seperti diketahui, pada Kamis (24/9/2020) kemarin, kasus positif Covid-19 total sebanyak 262.022 kasus.

Peserta seleksi kompetisi bidang (SKB) bagi CPNS Pemkot Surabaya dengan hasil rapid tes reaktif menjalani tes usap (swab) usai mengikuti tes di GOR Pancasila, Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa (22/9/2020). Seleksi itu menerapkan protokol kesehatan Covid-19 secara ketat, mulai dari mengenakan masker, pelindung wajah, dan sarung tangan serta jarak antar peserta tes, termasuk memisahkan peserta dengan hasil rapid tes reaktif dalam bilik khusus. Sebanyak 1.142 orang mengikuti SKB CPNS Pemkot Surabaya selama 3 hari di mana dalam satu hari terdapat 3 sesi dengan peserta sebanyak 140 orang. Surya/Ahmad Zaimul Haq
Ilustrasi: Peserta seleksi kompetisi bidang (SKB) bagi CPNS Pemkot Surabaya dengan hasil rapid tes reaktif menjalani tes usap (swab) usai mengikuti tes di GOR Pancasila, Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa (22/9/2020). Seleksi itu menerapkan protokol kesehatan Covid-19 secara ketat, mulai dari mengenakan masker, pelindung wajah, dan sarung tangan serta jarak antar peserta tes, termasuk memisahkan peserta dengan hasil rapid tes reaktif dalam bilik khusus. Sebanyak 1.142 orang mengikuti SKB CPNS Pemkot Surabaya selama 3 hari di mana dalam satu hari terdapat 3 sesi dengan peserta sebanyak 140 orang. Surya/Ahmad Zaimul Haq (Surya/Ahmad Zaimul Haq)

Sementara, jumlah pasien sudah sembuh menjadi 191.853 orang.

Adapun total pasien meninggal dunia sejumlah 10.105 orang.

Kematian Tembus 10.000, Ini Daftar Daerah Kematian Tertinggi hingga Terendah"

Angka tambahan ini seperti diketahui meningkat ketimbang pada hari Kamis kemarin yang mencapai 4.634 kasus.

Ini juga menjadi rekor tertinggi angka harian positif, memecahkan angka positif sehari sebelumnya.

Data tersebut juga menunjukkan penambahan kasus sembuh mencapai 4.343 pasien.

Adapun total kasus sembuh sebanyak 196.196 orang.

Sementara jumlah yang meninggal dunia menjadi 10.218 orang setelah ada penambahan kasus meninggal hari ini sebanyak 113 orang.

Jumlah Suspek yang dipantau per hari ini tercatat sebanyak 112.082 orang.

Seperti diketahui, pada Kamis (24/9/2020) kemarin, kasus positif Covid-19 total sebanyak 262.022 kasus.

Sementara, jumlah pasien sudah sembuh menjadi 191.853 orang.

Kenyataan Bisa Tiga Kali

Menurut pakar epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, angka kematian pasien Covid-19 dari Indonesia adalah yang tertinggi di ASEAN.

Kemudian untuk di Asia, kematian Covid-19 di Tanah Air berada di tiga teratas.

Angka kematian merupakan indikator valid untuk melihat performa program pengendalian suatu negara atau wilayah. Angka kematian ini tidak bisa diabaikan, apalagi disepelekan.

Dirinya melihat, angka kasus kematian yang sebenarnya mungkin mencapai tiga kali lipat.

"Definisi kematian Covid-19 dari WHO harus menjadi rujukan dan harus diterapkan di Indonesia. Rujukan inilah yang akan menguntungkan kita," kata Dicky kepada Kompas.com, Jumat (25/9/2020).

Adapun definisi kematian menurut WHO, seperti diberitakan Kompas.com Kamis (24/9/2020), ditentukan dalam rangka surveilans.

Kelompok yang masuk ke dalam kategori kematian Covid-19 adalah kematian termasuk kasus probable maupun terkonfirmasi Covid-19. Kecuali ada penyebab lain yang jelas dari kematian, yang tidak dapat dihubungkan dengan penyakit Covid-19.

Jadi, orang-orang yang meninggal bergejala klinis dan diduga Covid-19 harus dimasukkan sebagai korban pandemi corona.

Sementara jika ada penyebab lain yang tidak terkait Covid-19, seperti misalnya meninggal karena benturan, itu bisa dikategorikan meninggal bukan karena Covid-19.

Kematian karena Covid-19 tidak diatribusikan dengan penyakit lainnya dan dihitung secara independen dari kondisi atau riwayat sebelumnya yang diduga memicu gejala yang lebih parah dari infeksi Covid-19.

Dicky menyampaikan, lebih dari 10.000 kematian akibat Covid-19 merupakan yang terdokumentasikan secara resmi dan diketahui.

"Sementara yang probable atau suspek (dugaan Covid-19) tidak dihitung. Kalau itu dihitung, jumlah kematian (akibat corona) kita itu bisa tiga kali lipatnya," ungkap Dicky.

Dia menjelaskan, ketika kasus suspek dan probable dihitung maka jumlah kematian diprediksi bisa mencapai 30 ribu kasus.

Namun perlu dicatat, ini belum angka sebenarnya. Dicky menyebut, angka 30 ribu itu baru sekitar 80 persen dari angka sesungguhnya di lapangan.

"Itu pun, menurut saya paling bagus baru 80 persen dari total sesungguhnya," ujar Dicky.

Diberitakan Kompas.com 14 Juli 2020, orang yang tergolong kasus suspek minimal memenuhi satu dari tiga kriteria berikut:

- Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara atau wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal.

- Orang dengan salah satu gejala atau tanda ISPA dan selama 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable Covid-19.

- Orang dengan ISPA berat atau pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

Sebagai catatan, istilah Pasien dalam Pengawasan (PDP) diperkenalkan dengan istilah kasus suspek.

Sementara Kasus probable merupakan kasus suspek dengan ISPA berat atau meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan Covid-19 dan belum ada hasil pemeriksaan RT-PCR.

Dicky menyampaikan, angka kematian merupakan indikator valid untuk melihat performa program pengendalian suatu negara atau wilayah.

"Ini artinya, situasi kita sudah sangat serius, Jawa khususnya. Data ini tidak boleh hanya dilihat sebagai angka kematian yang meningkat," ucapnya.

"Angka kematian yang meningkat (dan sudah lebih dari 10.000 kasus) sekali lagi menunjukkan suatu negara, wilayah, atau pemerintah daerah salah dalam menerapkan strateginya. Atau kita tidak memadai dalam menerapkan strategi," imbuh Dicky.

Apa yang harus dilakukan?

Dicky mendesak agar kita harus segera mengevaluasi strategi dalam penanganan Covid-19.

Strategi yang dimaksud bukan hanya meningkatkan testing, tapi harus komperehensif mulai dari manajemen pengendalian Covid-19 di nasional maupun daerah.

Pasalnya menurut Dicky, manajemen pengendalian Covid-19 inilah yang sangat berdampak bagi kesehatan masyarakat secara menyeluruh.

"Kalau saya sarankan, evaluasi harus kembali pada jalur yang benar. Jalur yang benar yakni menempatkan sektor kesehatan sebagai mana fungsinya dan Menteri Kesehatan sebagai komandannya," ujar Dicky.

"Dengan itu, nanti perbaikan dari strategi sektor lain akan mengikuti," tutupnya. (Tribunnews.com/Kompas.com)

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan