Kamis, 2 Oktober 2025

Penanganan Covid

Mengenal Vaksin Covid-19, Fungsi Hingga Apakah Vaksinasi akan Efektif

Vaksinasi akan membuat tubuh menghasilkan antibodi yang berfungsi mencegah apabila ada virus yang masuk sehingga tubuh menjadi tidak sakit

Editor: Eko Sutriyanto
Tribunnews/Herudin
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 ke tenaga medis RS Polri Sukanto, Jakarta Timur, Kamis (14/1/2021). Program vaksinasi Covid-19 tahap pertama yang diprioritaskan untuk tenaga kesehatan (nakes) mulai dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Tribunnews/Herudin 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hampir satu tahun kita hidup bersama ditengah pandemi, saat ini pemerintah tengah menyiapkan vaksin Covid-19 untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Sejak awal prosesnya, muncul banyak pertanyaan di benak sebagian besar orang mengenai tujuan, manfaat, hingga peranan vaksin Covid-19 dalam menangani pandemi.

Lalu bagaimanakah sebenarnya vaksin Covid-19 itu apa benar bisa efektif memutus penyebaran?

Dokter spesialis penyakit dalam Siloam Hospitals Lippo Village Dr dr Benyamin Lukito SpPD mengatakan, vaksinasi sebetulnya adalah cara untuk mencegah suatu penyakit menyerang tubuh seseorang.

Sebab, dengan vaksinasi akan membuat tubuh menghasilkan antibodi yang berfungsi mencegah apabila ada virus yang masuk sehingga tubuh menjadi tidak sakit.

Apabila vaksinasi dilaksanakan pada banyak orang, penyakit yang dimaksud tersebut diharapkan akan punah.

Baca juga: Jika Ada Indikasi Dampak Serius, Kepala BPOM Sebut Vaksinasi Bisa Dihentikan

Hal ini seperti yang terjadi di masa lalu, banyak contoh kasus penyakit yang telah punah karena hadirnya vaksin.

“Contohnya saja, penyakit cacar, bukan cacar air.

Penyakit ini sudah tidak dijumpai lagi saat ini dan hanya ada dalam textbook saja.

Untuk itu, kita berharap dengan cara demikian juga bisa mengatasi masalah yang tengah di hadapi seluruh dunia, yaitu Covid-19,” ungkapnya di sela sesi live instagram Siloam Hospitals Group yang dipandu oleh Patient Experience Group Head Siloam Hospitals Amelia Hendra, Rabu (13/1/2021).

Dokter Benyamin mengatakan orang membuat vaksin dengan berbagai macam cara, dan terdapat teknik yang baku dan sudah lama terjadi, yaitu dengan mematikan virus tersebut.

Ketika virus itu mati, kemudian partikel-partikel dari virus tersebut, terutama adalah dari protein-protein yang hancur.

Kemudian salah satu protein S atau Spike yang gambarnya ada tonjolan ini akan dimasukkan ke dalam dan membajak sel sel tubuh dengan memanfaatkan materi di dalam sel tersebut merusak ke seluruh tubuh.

Baca juga: Kemendagri Kerahkan Satpol PP untuk Dukung Program Vaksinasi

Dengan cara menyuntikan protein yang sudah mati virusnya itu, tubuh akan membentuk antibodi dengan sendirinya.

“Antobodi ini yang penting akan membuat tubuh kita kebal, kekebalan ini dibutuhkan untuk mengatasi jangan sampai ada virus yang hidup dan masuk dalam tubuh jika ada virus langsung diserang oleh antibodi, sehingga tidak jadi sakit dan tetap sehat,” paparnya.

Benyamin menyebutkan pada prinsipnya vaksinasi bisa diberikan pada semua orang.

Hanya ada satu kontra indikasi sehingga menyebabkan tidak boleh diberikan, yaitu apabila orang tersebut alergi pada bahan pembuatan vaksin.

Namun, pada saat ini memang tidak semua orang direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin.

Bahkan, kebijakan ini di setiap negara akan sangat berbeda-beda sangat tergantung negaranya baik pendekatan dan rekomendasinya.

Hal tersebut sangat tergantung pada jenis vaksin yang tersedia, serta penilaian dari penilaian dari para ahli di bidang masing-masing, seperti ahli penyakit dalam, anak, kebidanan ahli imunologi, dan lain sebagainya.

Lebih lanjut dr Benyamin menyebutkan bagi yang sudah terinfeksi Covid-19, orang tersebut tidak termasuk dalam penerima vaksin.

Ini karena jumlah vaksin yang masih belum mencukupi sehingga mereka tidak masuk dalam prioritas mendapatkan vaksin.

Vaksin tersebut lebih direkomendasikan pada orang yang belum terpapar sehingga akan mempunyai kekebalan tubuh terhadapa virus tersebut.

Sedangkan bagi yang sudah pernah terinfeksi diketahui tubuhnya sudah mempunyai antibodi terhadap virus tersebut.

Sedangkan soal batasan usia, ia memaparkan usia 18 tahun ke bawah dan 60 tahun keatas masih belum direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin.

“Mengingat penelitian dari vaksin yang tersedia saat ini, masih belum ada penelitian yang melibatkan dua kelompok usia tersebut,” katanya

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved