Virus Corona
Mungkin Butuh Waktu Hampir 5 Tahun Untuk Capai Herd Immunity Global
Perkiraan terbaru ini menunjukkan bahwa 70 hingga 90 persen populasi dunia harus diinokulasi sebelum mendekati herd immunity.
Penulis:
Fitri Wulandari
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Tiga bulan setelah seorang wanita berusia 91 tahun di Inggris menjadi orang pertama yang menerima vaksinasi virus corona (Covid-19), lebih dari 236 juta dosis telah diberikan di seluruh dunia.
Laju kegiatan vaksinasi terbesar dalam sejarah pun meningkat secara eksponensial.
Namun pada tingkat yang dicapai saat ini, kemungkinan masih butuh waktu hampir lima tahun sebelum sebagian besar dunia mendapatkan vaksin.
Menurut data yang dikumpulkan Bloomberg pada Minggu, (28/2/2021), diperlukan waktu sekitar 4,6 tahun untuk bisa mencakup 75 persen populasi dunia dengan dua dosis vaksin.
Perkiraan terbaru ini menunjukkan bahwa 70 hingga 90 persen populasi dunia harus diinokulasi sebelum mendekati herd immunity.
Baca juga: Menteri Luhut Yakin, Herd Immunity di Indonesia Tak Sampai 10 Tahun
Baca juga: Sekjen Kemenkes : Target Herd Immunity Tercapai Dalam Satu Tahun
Dengan semakin banyaknya orang yang divaksinasi, para ahli tentunya akan segera memiliki ide yang lebih baik tentang bagaimana vaksin dapat mengurangi atau mencegah infeksi serta penularan pada saat ini.
Informasi seperti berapa lama kekebalan dari vaksinasi ini akan bertahan dan seberapa efektifnya vaksin ini dalam menahan penyebaran virus, akan membentuk sistem bagaimana negara-negara dapat membuka kembali ekonomi dan menyelamatkan mata pencaharian mereka.
Saat ini, hanya ada data awal tentang tingkat efektivitas vaksin Covid-19 untuk melindungi tubuh dari penularan, namun prediksi terkait apa yang bisa dilakukan selanjutnya, kemungkinan akan bisa ditentukan satu atau dua bulan ke depan.
Seperti yang disampaikan Dekan Universitas Nasional Singapura Saw Swee Hock School of Public Health, Profesor Teo Yik Ying.
"Saat data ini muncul dan secara konsisten divalidasi di sejumlah negara dengan vaksinasi populasi skala besar, saya berharap Singapura akan meninjau langkah-langkah kami yang ada, termasuk pembatasan kontrol perbatasan, sehingga mereka yang telah divaksinasi akan memiliki lebih sedikit pembatasan dalam hal gerakan dan aktivitas," kata Teo.
Dikutip dari laman The Straits Times, Selasa (2/3/2021), di Singapura, dengan tercatat hampir 60.000 orang terinfeksi dan terjadi 29 kematian hingga saat ini, lebih dari 250.000 orang telah menerima dosis pertama.
Program vaksinasi ini pun dipercepat dari hari ke hari.
Pada akhir bulan depan, 40 pusat vaksinasi ditargetkan akan beroperasi di negara itu, dengan kapasitas masing-masing diperkirakan mencapai 2.000 suntikan setiap harinya.
Sementara di Amerika Serikat (AS), negara yang paling terpukul di dunia dengan sekitar 29 juta warganya terinfeksi, 72,8 juta dosis telah diberikan.
Lalu Israel menjadi yang tercepat dalam melakukan vaksinasi terhadap rakyatnya sejak Desember 2020, dengan lebih dari separuh total penduduknya yang berjumlah 9,3 juta orang telah menerima setidaknya satu suntikan vaksin.
Laporan awal menunjukkan bahwa kasus Covid-19 di sana telah turun secara signifikan diantara mereka yang divaksinasi.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan vaksinasi pada tiga dari empat populasi dunia ini diprediksi akan berkurang, seiring peningkatan kecepatan lebih banyak kandidat vaksin yang disetujui.
Akhir pekan lalu, misalnya, vaksin Covid-19 dosis tunggal Johnson & Johnson disetujui untuk penggunaan daruratnya di AS bagi orang yang berusia 18 tahun ke atas.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 18 Februari lalu, setidaknya tujuh vaksin berbeda dari tiga platform telah diluncurkan di berbagai negara.
Pada saat yang sama, lebih dari 200 kandidat vaksin tambahan sedang dikembangkan, di mana lebih dari 60 diantaranya sedang dalam tahap pengembangan klinis.
Perlu diketahui, negara-negara di dunia berusaha untuk meyakinkan rakyat mereka agar mau melakukan vaksinasi.
Sementara pada saat yang sama, varian baru Covid-19 terus bermunculan dan tingkat kekebalan yang diberikan oleh berbagai vaksin pun masih belum bisa dipastikan.
Terlepas dari upaya terbaik ini, para ahli mengingatkan bahwa kehidupan secara global tidak akan kembali normal pada tahun ini.
Namun tindakan seperti terus memakai masker dan peningkatan kebersihan harus tetap dijaga.
Negara-negara ekonomi maju kemungkinan besar dapat memperoleh stok vaksin yang cukup untuk memvaksinasi sebagian besar rakyatnya pada akhir tahun ini.
Ini berbanding terbalik dengan negara-negara lain di dunia yang diprediksi tidak akan mampu menginokulasi populasi yang cukup untuk mencapai herd immunity, terutama karena kekurangan pasokan vaksin.
Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan dalam sebuah pengarahan pada bulan Januari lalu bahwa herd immunity tidak akan terjadi pada 2021.
"Bahkan saat vaksin mulai melindungi mereka yang paling rentan, kami tidak akan mencapai tingkat kekebalan populasi atau kekebalan kawanan pada tahun 2021," kata Swaminathan.