Jumat, 10 Oktober 2025

Virus Corona

Sultan Hamengku Buwono X Menilai Lonjakan Kasus Covid-19 di DIY Disebabkan oleh Banyaknya Wisatawan

Sultan Hamengkubuwono X pun menilai, jika lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi faktor utamanya disebabkan oleh wisatawan.

Editor: Daryono
Tribunjogja/Rendika Ferri Kurniawan
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menilai, jika lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi faktor utamanya disebabkan oleh wisatawan. 

TRIBUNNEWS.COM - Angka penularan kasus Covid-19 di Yogyakarta terus naik hingga menembus angka 600 kasus per hari.

Hal ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan masih sangat minim.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono X pun menilai, jika lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi faktor utamanya disebabkan oleh wisatawan.

Sultan mengatakan sebelumnya juga banyak orang-orang yang ingin masuk ke tempat wisata Parangtritis hingga menyebabkan antrean.

Baca juga: Puan Desak Pemerintah Tekan Tombol Bahaya Covid-19, Berlakukan PSBB atau Pengetatan PPKM Mikro

Akibatnya kondisi tersebut menyebabkan terjadinya banyak klaster penularan Covid-19.

"Pelonggaran naik tapi rate relatif kecil. Setelah Kamis wisata itu masih. Seminggu berikutnya, itu orang mau masuk Parangtritis antre."

"Itu yang naiknya besar, karena dengan kondisi itu ternyata terjadi banyak klaster," kata Sultan dikutip dari tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Senin (21/6/2021).

Lebih lanjut Sultan menuturkan, bahwa pihaknya hanya bisa membuat kebijakan.

Baca juga: Panduan Terbaru Cara Pakai Masker yang Benar untuk Cegah Penularan Covid-19 Varian Baru

Demi mengkonsolidasikan potensi penularan dan kesehatan masyarakat.

Namun jika masyarakat masih saja menganggap enteng soal Covid-19 ini, Sultan mengaku akan kesulitan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19.

"Kita bisanya hanya membuat kebijakan, berbuat sesuatu untuk mengkonsolidasikan potensi dan kesehatan masyarakatnya."

"Tapi kalau masyarakat sendiri menganggap enteng, kita akan kesulitan untuk mencegah terjadinya penularan," ungkapnya.

Baca juga: Pimpinan DPR Minta Pemerintah Alihfungsikan Sementara Asrama Haji Pondok Gede untuk Pasien Covid-19

Wakil Wali Kota Yogyakarta Minta Masyarakat Tak Panic Buying

Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, peningkatan kasus COVID-19 yang kian masif membuat Gubernur DIY mewacanakan lockdown.

Namun demikian, untuk penerapannya diperlukan peraturan yang menyeluruh agar semua pihak dapat memanfaatkan dan menaatinya.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menyatakan bahwa lockdown adalah warning atau peringatan jika imbauan protokol kesehatan tidak dilaksanakan dan kebijakan yang digunakan untuk meredakan sebaran COVID-19 sudah tidak efektif lagi.

Heroe menyatakan bahwa keputusan terkait lockdown atau tidak akan dilakukan dengan mengkaji potensi sebaran COVID-19 dan kecepatannya.

Baca juga: Tekan Lonjakan Kasus Covid-19, Satgas IDI Sarankan Pemerintah Lockdown 2 Minggu

Selain itu juga atas pertimbangan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien dan kapasitas BOR rumah sakit yang ada di Yogyakarta.

Dan yang lebih penting adalah bagaimana dukungan masyarakat yang lebih, dalam menekan peningkatan kasusnya.

"Warning Ngarsa Dalem adalah terkait upaya untuk menekan sebaran. Jadi masyarakat tidak perlu panik, apalagi terus berbondong membeli sembako dan sebagainya."

"Sebab yang diperlukan adalah kepatuhan menjalankan prokes COVID-19 dan menghindari kerumunan. Hal ihwal terkait lockdown akan dibahas secara mendalam," ujarnya Sabtu (19/6/2021).

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi (TribunJogya/Azka Ramadhan)

Baca juga: Akibat Lonjakan Kasus Covid-19, Semua RS Nyaris Penuh Pasien, Beberapa Kekurangan Tabung Oksigen

Karena jika terjadi panic buying, maka yang terjadi adalah kerumunan terutama di pasar-pasar atau pusat perbelanjaan yang akan berpotensi menambah angka penyebaran COVID-19.

Ia pun meminta agar masyarakat tidak panik tapi justru lebih mengupayakan untuk menjaga prokes di lingkungan masing-masing.

Di mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan sosial dan kantor.

Baca juga: Menteri Agama Minta Jajaran Kemenag Berlakukan WFH dan WFO Sesuai Kondisi Covid-19 di Daerah

Pemerintah tidak berhenti dan tidak bosan dalam mengimbau agar protokol kesehatan dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Sebab menurutnya, kebanyakan kasus muncul dari kerumunan di dalam keluarga, kantor atau lingkungan yang prokesnya tidak maksimal.

"Ya kami belum sampai bicara ke lockdown. Sebab kami masih mencoba menekan agar sebaran bisa turun dan kasus bisa dikendalikan," tambahnya.

(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Theresia Felisiani)

Baca berita lainnya terkait Penanganan Covid.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved