Rabu, 27 Agustus 2025

Virus Corona

LaporCovid19: Rumah Sakit Kolaps dan ICU Penuh, Layanan Pencarian RS Ditutup

Kasus positif virus corona atau Covid-19 mengalami lonjakan signifikan dan membuat fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) kolaps.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Tribun Jateng/Hermawan Handaka
Ilustrasi: Sejumlah tenaga medis sedang menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang penuh hingga sebagian pasien harus dirawat di selasar depan IGD RSUP Dr Kariadi, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (15/6/2021). Kondisi tersebut juga terjadi pada sejumlah rumah sakit di Kota Semarang bersamaan dengan meningkatnya kasus Covid-19. Tribun Jateng/Hermawan Handaka 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota LaporCovid19 Amanda Tan mengatakan kasus positif virus corona atau Covid-19 mengalami lonjakan signifikan dan membuat fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) kolaps.

"Sudah kolaps," ujar Amanda, dalam pesan singkatnya kepada Tribunnews, Minggu (4/7/2021) siang.

Ia pun menjelaskan layanan pencarian rumah sakit dalam laman web laporcovid19.org pun telah ditutup, karena ruang isolasi atau ICU telah terisi penuh.

Para pasien yang telah dibawa ke rumah sakit dan tidak mendapatkan ruangan ICU pun untuk sementara ditampung di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Mirisnya, ruang IGD pun saat ini juga telah terisi penuh.

"Kami menutup layanan pencarian RS kami, karena pencarian kami menunjukkan bahwa pasien tidak bisa dapat ruangan isolasi atau ICU, mereka semua harus di IGD, bahkan IGD juga full," kata Amanda.

Baca juga: 63 Pasien Covid di RSUP Dr Sardjito Meninggal dalam Sehari! 33 di Antaranya karena Oksigen Habis

Dikutip dari laman laporcovid19.org, Minggu (4/7/2021), tim LaporCovid19 sebelumnya mengaku telah melakukan penelusuran melalui sejumlah sumber, mulai dari media sosial Twitter, media online, maupun laporan langsung dari warga.

Dari laporan yang dihimpun tersebut, tim menemukan sedikitnya 265 kasus kematian akibat positif Covid-19 dengan beberapa kondisi.

Mulai dari sedang melakukan isolasi mandiri di rumah, saat berupaya mencari fasilitas kesehatan, hingga sedang menunggu antrean di IGD rumah sakit.

Tim LaporCovid19 mencatat laporan kematian ini terjadi selama periode Juni hingga 2 Juli 2021.

Baca juga: Gas Oksigennya Dipakai Merawat Pasien Covid, Omset Pedagang Ikan di Cianjur Anjlok Hingga 50 Persen

Menurut laman tersebut, 265 kasus kematian tersebut tersebar pada 47 kota dan kabupaten yang ada di 10 provinsi meliputi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung, Kepulauan Riau, Riau, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sementara itu, provinsi yang tercatat cukup banyak mengalami kasus kematian di luar rumah sakit adalah Jawa Barat, sebanyak 97 kematian dari 11 kota/kabupaten.

Sedangkan temuan provinsi yang menunjukkan sebaran terbanyak ada di Jawa Tengah yang mencatat kejadian pada 12 kota/kabupaten.

Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan puncak peningkatan kasus virus corona atau Covid-19 akan terjadi menjelang akhir Juli 2021.

Terlebih saat ini fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) sudah tidak mampu menampung lonjakan kasus positif.

Baca juga: Bupati Semarang Ajak Pelaku Usaha dan Industri Gotong-Royong Tangani Covid-19

Sehingga banyak diantara pasien yang memiliki gejala beragam ini terpaksa mengisolasi secara mandiri di rumah.

"Situasi ini masih akan berlanjut sampai mendekati akhir bulan ini sebagai puncaknya. Apalagi kita ini di tengah situasi di mana semakin banyak pasien yang tidak tertangani ya," kata Dicky, kepada Tribunnews, Minggu (4/7/2021) siang.

Saat ini, angka laporan kasus memang mengalami peningkatan, kata dia, namun belum terlalu tinggi lantaran testing yang dianggap kurang optimal.

Ia pun berharap penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat hingga 20 Juli mendatang, dapat memaksimalkan upaya testing ini hingga mencapai angka 500.000.

"Karena memang sudah sangat banyak ini laporan kasus, (tapi) kita belum menunjukkan peningkatan yang berarti karena memang testingnya juga 'segitu', belum meningkat, kita harapkan dari ppkm darurat itu bisa 500.000," jelas Dicky.

Sehingga nantinya bisa menemukan banyak kasus infeksi baru, kemudian segera ditindaklanjuti melalui upaya isolasi, baik mandiri maupun yang difasilitasi oleh pemerintah.

"Dan langsung isolasi karantina, mau mandiri, mau difasilitasi," kata Dicky.

Dicky pun menekankan bahwa keterbatasan fasyankes akibat lonjakan pasien Covid-19 seharusnya menjadi momen yang tepat bagi pemerintah untuk serius mengedukasi masyarakat terkait bagaimana cara mengisolasi diri di rumah.

"Tapi yang jelas, bahwa saat ini sudah waktunya memberikan edukasi pada publik bagaimana dan apa yang harus dilakukan kalau isoman (isolasi mandiri), yang jelas tidak ada hal hal yang aneh ya sebetulnya," ucap Dicky.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan