Selasa, 2 September 2025

Virus Corona

Antisipasi Kebutuhan Oksigen untuk Pasien Covid-19, Menkes Arahkan Penggunaan Oxygen Concentrator

Tabung oksigen untuk medis sempat mengalami kelangkaan untuk kebutuhan pasien Covid-19.

Foto: Sekretariat Presiden
Bantu Situasi Kritis, Indonesia Kirimkan Hibah 200 Oxygen Concentrator ke India. FOTO DOKUMENTASI. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tabung oksigen untuk medis sempat mengalami kelangkaan untuk kebutuhan pasien Covid-19.

Guna mengantipasi tingginya kebutuhan oksigen untuk pasien Covid-19, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin akan menggunakan oxygen concentrator.

"Kita pakai alat yang namanya oxygen concentrator. Alat ini bisa dibeli, mungkin harganya USD 500-800. Dia mengkonversi, colokin langsung ke listrik, dia mengkonversi udara langsung menjadi oksigen medis dengan saturasi di atas 93 persen," ujar Budi dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (13/7/2021). 

Baca juga: Cerita Warga Jakarta Kesulitan Cari Tabung dan Isi Ulang Oksigen Jadi Sorotan Media Asing

Awalnya, Budi menjelaskan bahwa oksigen tabung yang selama ini digunakan di rumah sakit tergolong susah logistiknya.

Oleh karena itu, dia menekankan penggunaan oxygen concentrator

"Oksigen itu kita caranya ada dua, bisa pakai oksigen tabung. Ada tiga sebenarnya. Kalau sudah ada instalasi oksigennya, sudah built-in di ranjangnya, rumah sakit-rumah sakit besar umumnya begitu. Tapi kalau kita konversi tempat tidur menjadi tempat tidur Covid, biasanya jaringan oksigennya belum ada, sehingga kita pakai tabung. Tabung ini logistiknya susah, tapi kita lakukan," imbuhnya. 

Budi menegaskan penanganan pasien Covid-19 ke depannya akan lebih diarahkan untuk menggunakan oxygen concentrator

Penggunaan alat tersebut ternyata juga sempat diterapkan di India ketika mengalami lonjakan jumlah kasus Covid-19 beberapa waktu lalu. 

Bahkan ketika lonjakan terjadi di India, Budi mengatakan Indonesia menyumbang oxygen concentrator tersebut ke negara yang terkenal dengan Bollywood itu. 

"Ini adalah cara yang dipakai juga di India kemarin dan kita menyumbang juga ke India beberapa oxygen concentrator ini. Kita sudah mengidentifikasi kebutuhan tabung dan oxygen concentrator itu sekitar 60-70 ribu, tapi mungkin ke depannya kita mengarahkan ke oxygen concentrator," ungkapnya.

Menurut Budi, penggunaan oxygen concentrator tergolong lebih mudah daripada alat tampung oksigen lainnya.

Namun demikian, dia berharap listrik di rumah sakit tak mati ketika oxygen concentrator digunakan.

Sebab listrik adalah sumber utama satu-satunya agar oxygen concentrator bisa digunakan. 

"Karena secara logistik, membawa oksigen itu berat, susah, dan berbahaya. Sedang konsentrator, tinggal kita taruh di rumah sakit, colokin. Selama listriknya ada, oksigennya bisa mengalir. Mudah-mudahan listriknya jangan mati saja yang di rumah sakit-rumah sakit," tandasnya.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan