Selasa, 26 Agustus 2025

Virus Corona

Hasil Riset: 62 Persen Nakes Indonesia Sulit Pertahankan Ibu Menyusui untuk Beri ASI Eksklusif

Satu diantaranya adalah terkait upaya nakes dalam mempertahankan agar ibu menyusui dapat terus memberikan ASI eksklusif bagi bayinya.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
Foto:capture zoom meeting
Peneliti Utama serta Founder & Chairman dari Health Collaborative Center (HCC), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, dalam paparan webinar bertajuk 'Kesiapan Tenaga Kesehatan Indonesia mensukseskan ASI Selama Pandemi', Rabu (4/8/2021). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Begitu banyak tantangan yang dihadapi para tenaga kesehatan (nakes) Indonesia selama masa pandemi virus corona (Covid-19) yang telah berlangsung lebih dari satu tahun ini.

Satu diantaranya adalah terkait upaya nakes dalam mempertahankan agar ibu menyusui dapat terus memberikan ASI eksklusif bagi bayinya.

Peneliti Utama serta Founder & Chairman dari Health Collaborative Center (HCC), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, pun melakukan penelitian cross-sectional secara daring.

Hasilnya, ia menemukan fakta bahwa 62 persen tenaga kesehatan yang bertugas di layanan primer Indonesia, kesulitan mempertahankan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama masa pandemi ini.

Ini mengindikasikan bahwa pandemi mempengaruhi kesiapan para nakes dalam melakukan tugasnya.

Mirisnya, kata dia, temuan penelitian ini ternyata 'antiklimaks' dengan momentum 'Pekan ASI Sedunia' yang berlangsung di tengah pandemi, padahal temanya adalah 'Lindungi ASI Tanggungjawab Bersama'.

Tingginya persentase nakes Indonesia yang mengalami kesulitan dalam mempertahankan agar para ibu tetap memberikan ASI eksklusif ini pun didorong sejumlah faktor.

Satu diantaranya yakni tidak tersedianya layanan pemantauan kehamilan dan menyusui (antenatal care) secara daring selama masa pandemi ini.

Baca juga: SYARAT Vaksin Covid-19 bagi Ibu Hamil, Pemberian Vaksinasi Ke-1 pada Trimester Kedua Kehamilan

"Penelitian kami menemukan data bahwa ternyata selama pandemi Covid-19, para tenaga kesehatan terutama di layanan primer mengakui kesulitan mempertahankan ibu untuk menyusui karena tidak tersedianya layanan antenatal care atau pemantauan kehamilan dan menyusui secara daring," ujar Dr. Ray, dalam paparan webinar bertajuk 'Kesiapan Tenaga Kesehatan Indonesia mensukseskan ASI Selama Pandemi', Rabu (4/8/2021).

Sementara hampir 50 persen pasien ibu hamil dan menyusui, memutuskan untuk mengurangi jumlah kunjungan mereka ke fssilitas layanan kesehatan (fasyankes).

Begitu pula Posyandu dan Puskesmas yang mengurangi pelayanan bagi ibu hamil dan menyusui.

"Akibatnya, kesempatan konseling laktasi menjadi terganggu, ini bisa mengakibatkan ibu menyusui gagal ASI eksklusif. Karena penelitian membuktikan peran tenaga kesehatan sangat kritikal dalam keberhasilan menyusui," tegas Dr. Ray.

Dokter yang meraih gelar 'Doktor Ilmu Kedokteran' dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dengan disertasi di bidang laktasi ini pun menyebutkan sejumlah temuan dan analisis statistik penting dari penelitian ini.

Yang pertama adalah 57 persen fasilitas kesehatan layanan primer tidak memiliki pelayanan antenatal care daring atau telemedicine selama pandemi Covid-19.

Sehingga berisiko 1,4 kali lebih besar mengganggu pelayanan laktasi dan kesehatan ibu anak.

Halaman
12
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan