Virus Corona
Badan Intelijen AS Dilaporkan Meretas Server Cloud Terkait Sampel Virus Laboratorium Wuhan
Amerika Serikat (AS) dan China kini terperosok dalam perang informasi berisiko tinggi terkait penyelidikan asal usul virus corona atau Covid-19.
Penulis:
Fitri Wulandari
Editor:
Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) dan China kini terperosok dalam perang informasi berisiko tinggi terkait penyelidikan asal usul virus corona atau Covid-19.
Pejabat AS bahkan menuduh virus tersebut kemungkinan telah dibuat dan dibocorkan biolab China.
Sedangkan China mengarahkan pertanyaan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang alasan di balik penutupan misterius laboratorium militer AS di Maryland.
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (6/8/2021), Badan-badan intelijen AS telah mendapatkan data blueprint genetik dari sampel virus yang sedang dipelajari di Institut Virologi Wuhan.
Lembaga penting AS ini kini sedang mempelajari informasi tersebut untuk melihat apakah data itu dapat membantu mereka mengungkap asal usul Covid-19.
Kendati tidak ada informasi terkait bagaimana mereka bisa memperoleh informasi sensitif itu.
Namun, sumber yang mengetahui penyelidikan ini mengatakan data mungkin telah diretas dari komputer yang terhubung ke server berbasis cloud eksternal yang terlibat dalam pembuatan dan pemrosesan data.
Mereka yang berada di balik aksi peretasan ini disebut telah memanfaatkan Laboratorium Nasional Departemen Energi AS dan 'superkomputer' mereka untuk membantu memproses informasi sesuai dengan permintaan Presiden AS Joe Biden pada Mei lalu.
Perlu diketahui, Biden meminta agar intelijen menempatkan laporan tentang kemungkinan asal virus corona ini di atas mejanya pada akhir Agustus mendatang.
Baca juga: 11 Juta Penduduk Wuhan Dites Covid, Temukan 3 Kasus Infeksi Bergejala dan 5 Tanpa Gejala
Biden menyampaikan permintaan itu setelah pemerintahannya menolak asumsi sebelumnya yang menyatakan bahwa virus itu tampaknya berasal dari alam.
Asumsi yang memang selama ini diyakini China dan WHO.
Namun, dalam prosesnya, lembaga-lembaga intelijen ini dilaporkan menghadapi beberapa kendala saat berupaya menafsirkan informasi yang diperoleh.
Termasuk kebutuhan untuk merekrut ilmuwan pemerintah dengan izin keamanan yang sesuai dan menguasai bahasa Mandarin.
"Jelas kami memilili ilmuwan, tapi yang benar-benar bisa berbahasa Mandarin? Itu kemungkinan yang sangat kecil. Dan bukan sembarang ilmuwan yang kami butuhkan, namun mereka yang memiliki spesialisasi dalam bidang kesehatan. Jadi anda bisa melihat bagaimana ini menjadi sulit," kata seorang sumber yang enggan menyebutkan identitasnya.
Baca juga: Covid Varian Delta Muncul, Otoritas Wuhan Lakukan Test Massal Untuk Semua Penduduk
Setelah WHO menetapkan wabah virus corona menjadi pandemi global pada 2020, AS pun menuduh China menghapus data genetik dari sekitar 22.000 sampel virus yang dipelajari di laboratorium Wuhan dari internet.
AS juga menuduh China menolak memberikan informasi tersebut ke pihak AS atau pihak berwenang, dalam hal ini WHO.
Namun, kabar yang muncul pada awal musim panas ini menemukan bahwa Institut Kesehatan Nasional AS pun secara misterius telah menghapus lebih dari selusin sequence gen dari basis datanya pada Juni 2020.
Ini diduga atas permintaan dari seorang Peneliti China.
Dua ilmuwan yang memiliki spesialisasi dalam studi virus corona mengatakan bahwa mereka 'skeptis' apakah data yang sedang dipelajari oleh intelijen AS, atau basis data lainnya dapat menawarkan informasi baru kepada para peneliti.
Seperti yang disampaikan Ahli Virologi Fakultas Kedokteran Universitas Tulane, Dr Robert Garry.
Baca juga: Covid Varian Delta Muncul, Otoritas Wuhan Lakukan Test Massal Untuk Semua Penduduk
"Pada dasarnya, dalam makalah penelitian tahun 2020 yang diterbitkan di Nature, Institut Virologi Wuhan, berbicara tentang semua urutan yang mereka miliki hingga titik waktu tertentu itulah yang diyakini sebagian besar ilmuwan atau Ahli Virologi, itulah yang mereka miliki," kata Dr Garry.
Sumber-sumber jaringan menunjukkan bahwa menemukan bukti potensial dalam kumpulan data yang dapat memberatkan, tidak akan cukup untuk menunjukkan virus itu berasal dari lab Wuhan.
Menurut sumber tersebut, para ilmuwan masih perlu memeriksa petunjuk kontekstual untuk menentukan apa yang terjadi.
Selain itu, beberapa sumber menyatakan keraguan bahwa mereka akan sulit menemukan 'senjata api' dalam data genetik tanpa informasi baru yang mengejutkan.
"Bahkan riwayat urutan lengkap pun sulit diperoleh dan tidak akan benar-benar memberikan informasi apapun kepada kami tentang asal mula pandemi itu sendiri," tegas seorang sumber.