Senin, 11 Agustus 2025

Virus Corona

Indikator Kematian Covid-19 Dihapus, Guru Besar FKUI: Jika Data Tak Baik Segera Perbaiki

Tjandra Yoga Aditama mengatakan, indikator angka kematian diperlukan dalam penilaian situasi epidemiologi.

Editor: Adi Suhendi
HO/TRIBUNNEWS
Prof Tjandra Yoga Aditama 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Eks Direktur Badan Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengatakan, indikator angka kematian diperlukan dalam penilaian situasi epidemiologi.

"Kalau data yang tersedia dianggap tidak baik maka datanya yang harus diperbaiki," ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (11/8/2021).

Ia menuturkan, angka kematian menjadi amat penting.

Di negara lain dan untuk berbagai penyakit, data kematian merupakan indikator epidemiologik utama.

"Apabila angka kematian kita (Indonesia) adalah tinggi," imbuhnya.

Misalnya saja pada waktu India sedang tinggi-tingginya kasus, jumlah kematian paling tinggi sekitar 5 ribu sehari.

Baca juga: Luhut Hapus Angka Kematian Covid-19, Epidemiolog Sebut Berbahaya: Bisa Salah Strategi dan Ekspektasi

Penduduk India 4 kali Indonesia.

"Jadi kalau jumlah kematian pada 10 Agustus adalah 2 ribu orang maka kalau dikali 4 angkanya menjadi 8 ribu," ungkap guru besar FKUI ini.

Kemudian, pada waktu awal PPKM Darurat tanggal 3 Juli jumlah yang meninggal sehari adalah 491 orang, dan angka 10 Agustus adalah 4 kali angka dari hari pertama awal PPKM darurat.

Baca juga: Tuai Kritikan, Pemerintah Beberkan Alasan Hapus Angka Kematian dari Indikator Penanganan Covid-19

"Indikator angka kematian per 100 ribu penduduk per minggu merupakan salah satu variabel dalam penentuan level 4, 3, dan seterusnya yang sekarang dipakai, sesuai SK Menkes," jelas Prof Tjandra.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan