Virus Corona
Menkes: Deteksi, Vaksinasi, dan Perubahan Perilaku jadi Strategi Hadapi Pandemi Covid Jangka Panjang
Budi Gunadi Sadikin memaparkan deteksi, vaksinasi, dan perubahan perilaku menjadi strategi untuk menghadapi pandemi Covid-19 dalam jangka panjang.
Penulis:
Wahyu Gilang Putranto
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memaparkan deteksi, vaksinasi, dan perubahan perilaku menjadi strategi untuk menghadapi pandemi Covid-19 dalam jangka panjang dari sisi hulu.
Hal itu diungkapkan Budi saat keterangan pers pada Senin (30/8/2021) lalu.
"Kita harus lebih mempersiapkan di sisi hulunya, yaitu perubahan perilaku atau 3M, strategi deteksi yang baik atau 3T yang selama ini kita kenal, dan strategi vaksinasi," ujar Budi, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.
Strategi perubahan perilaku, Budi menyebut, pemerintah memanfaatkan teknologi digital melalui penggunaan aplikasi PeduliLindungi dalam implementasi protokol kesehatan.
Aplikasi ini memiliki tiga fungsi yaitu untuk screening, tracing, dan kontrol protokol kesehatan.
Baca juga: Tahap ke-46, 583.400 Dosis Vaksin Jadi Astrazeneca Tiba di Indonesia
Budi mengungkapkan, pemerintah akan melakukan uji coba penerapan protokol kesehatan dengan dukungan teknologi di enam aktivitas utama masyarakat.
Pertama untuk perdagangan baik di pasar/toko modern maupun tradisional.

Kedua, transportasi baik darat, laut, dan udara. Ketiga, pariwisata termasuk hotel, restoran, dan even atau pertunjukan.
Kemudian aktivitas bekerja di kantor atau pabrik baik sektor pemerintah, swasta, bank, pabrik besar, usaha mikro kecil dan menengah/industri rumah tangga.
Kelima, aktivitas pendidikan seperti di SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.
Terakhir, aktivitas keagamaan seperti di masjid, gereja, vihara, dan pura.
Baca juga: Ketua DPD RI Ajak Kepala BPOM Berjiwa Besar Dukung Vaksin Nusantara
Strategi Deteksi
Adapun untuk strategi deteksi, Budi menyebut dapat dilakukan melalui 3T.
Ia menyebut diperlukan peningkatan tes epidemiologi, peningkatan rasio pelacakan kontak erat, serta surveilans genomik di daerah-daerah berpotensi lonjakan kasus.
Budi menegaskan daerah yang masing memiliki tingkat positivity rate tinggi harus meningkatkan upaya pengetesan dan pelacakan.
"Di beberapa provinsi itu masih tinggi positivity rate-nya, mereka harus terus meningkatkan testing dan tracing-nya supaya kalau ketemu cepat dimasukin di isolasi terpusat," ujarnya.
Baca juga: WHO Pantau Varian Baru Covid-19 Bernama Mu, Ada Risiko Resistensi pada Vaksin
Terakhir, terkait dengan strategi vaksinasi, pemerintah terus mempercepat dan memperluas cakupan vaksinasi untuk segera mencapai kekebalan komunal atau herd immunity.
Menkes mengungkapan, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menargetkan 100 juta dosis vaksinasi hingga akhir Agustus ini.
"Bapak Presiden minta kalau bisa, bisa 100 juta (dosis) sampai bulan Agustus ini dan kalau bisa rata-ratanya bisa ditingkatkan ke 2,3 juta (dosis harian)," tandasnya.
Prokes Kunci Penanganan
Senada dengan Menkes, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Covid-19, Sonny Harry B Harmadi menuturkan, butuh kesadaran protokol kesehatan untuk melanjutkan tren positif penanganan Covid-19 di Indonesia.
Menurutnya, semua pihak harus meneruskan ikhtiar dan menjaga tren positif ini agar bisa terus ditingkatkan.
“Angka positivity rate, misalnya, sekarang sudah cukup rendah yakni 12,3 persen, tetapi masih harus diturunkan hingga di bawah 5 persen."
"Disiplin prokes oleh masyarakat sangatlah penting. Belajar dari negara-negara lain, seringkali terdapat lonjakan kasus ketika penerapannya dilonggarkan,” ucap Sonny, dalam keterangannya, Rabu (1/9/2021).
Baca juga: Kemenkes Sebut Vaksinasi Penduduk Jakarta Capai 120 Persen, Bali dan Riau Hampir 100 Persen
Ia menyampaikan, mutasi virus baru muncul ketika terjadi lonjakan kasus.
Varian baru virus ini berpotensi mengganggu efektifitas vaksin.
“Karena itu, kita harus berupaya agar lonjakan kasus tidak terjadi, dengan cara mempertahankan protokol kesehatan,” katanya.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto/Reynas Abdila)