Minggu, 24 Agustus 2025

Virus Corona

Tingkat Keparahan Varian Omicron Dibandingkan Mutasi Lain Masih Belum Diketahui, Tetap Jaga Prokes

Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro mengungkapkan tentang varian baru yaitu Omicron.

AFP
Awak pesawat Qantas tiba di Bandara Tullamarine Melbourne pada 29 November 2021 saat Australia mencatat kasus pertama varian Omicron dari Covid-19.Tingkat Keparahan Varian Omicron Dibandingkan Mutasi Lain Masih Belum Diketahui, Tetap Jaga Prokes 

Ia menyampaikan bahwa varian baru ini hampir bisa dipastikan memiliki sifat penularan yang lebih cepat dibandingkan varian sebelumnya, termasuk delta.

Ilustrasi Covid-19  Varian Delta
Ilustrasi Covid-19 Varian Delta (shutterstock)

Selain itu juga berpotensi kebal terhadap vaksin Covid-19 yang ada saat ini.

"Nah si omicron ini, dia sudah hampir pasti ya, kemungkinan besar dia transmisinya lebih cepat. Kemungkinan besar dia bisa mengelak dari imunitas vaksinasi yang ada sekarang," jelas Budi Gunadi.

Kendati demikian, terkait tingkat keparahannya, Budi Gunadi menyebut ada kemungkinan varian omicron ini hanya menimbulkan gejala yang lebih ringan dibandingkan varian delta.

"Nah cuma kemungkinan besar dia juga tidak lebih parah, atau (bersifat) lebih ringan dari delta," pungkas Budi Gunadi.

Tangkal Omicron, Perlukah Vaksin Booster Disegerakan?

Pemerintah belum akan pemberian vaksin booster Covid-19 di tengah kemunculan varian baru Omicron.

Hal itu disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi dalam kegiatan virtual KCPEN, Rabu (1/12/2021).

Ia mengatakan, fokus pemerintah kini menyelesaikan target vaksinasi Covid-19 dosis lengkap kepada 208,5 juta sasaran.

"Untuk vaksinasi booster itu sampai saat ini belum diperlukan, yang paling penting adalah seluruh sasaran vaksinasi itu mendapatkan vaksinasi dosis lengkap," ujar Nadia.

Petugas medis saat menyuntikkan vaksin Covid-19 ketiga atau vaksin booster kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Senin (9/8/2021). Penyuntikan dosis ketiga itu dimaksudkan untuk memberikan proteksi tambahan kepada petugas kesehatan, terutama bagi yang merawat pasien Covid-19.?Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan?booster? vaksin untuk tenaga kesehatan (nakes) ditargetkan selesai pada minggu kedua Agustus 2021 dengan jumlah nakes yang menjadi prioritas penerima vaksin sebanyak 1.468.764 orang. Tribunnews/Jeprima
Petugas medis saat menyuntikkan vaksin Covid-19 ketiga atau vaksin booster kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Senin (9/8/2021). Penyuntikan dosis ketiga itu dimaksudkan untuk memberikan proteksi tambahan kepada petugas kesehatan, terutama bagi yang merawat pasien Covid-19.?Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan?booster? vaksin untuk tenaga kesehatan (nakes) ditargetkan selesai pada minggu kedua Agustus 2021 dengan jumlah nakes yang menjadi prioritas penerima vaksin sebanyak 1.468.764 orang. Tribunnews/Jeprima (TRIBUNNEWS/Jeprima)

Berkaca dari negara-negara yang memiliki cakupan vaksinasi di atas 56 persen, gelombang ketiga bisa terjadi.

Pasalnya, masih menyisakan kelompok sasaran yang belum mendapatkan vaksinasim

"Itulah yang menjadi celah atau peluang daripada virus tadi menularkan dan berkembang di dalam masyarakat. Maka menjadi penting saat ini kita menyegerakan saudara-saudara kita yang belum mendapatkan vaksinasi. Supaya tidak ada celah lagi untuk virus tadi untuk berkembang dan kemudian malah menyesuaikan diri dan menghasilkan varian baru," jelas Nadia.

Hal senada juga diungkap Dokter Spesialis Penyakit Dalam / Vaksinolog dr. Dirga Sakti.

Menurut Dirga, pemberian vaksinasi booster berdasarkan panduan WHO memerlukan sejumlah pertimbangan

Halaman
123
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan