Kisah Yoshihide Matsumura Berburu Uang Palsu
Upayanya pelan-pelan agar tak dicurigai dunia hitam di sana, terutama di Thai. Sering bawa minuman keras yang enak dari Jepang dan sebagainya.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com di Tokyo, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM,TOKYO - Mendapatkan uang palsu ternyata tidak mudah. Kalau sudah memiliki pun juga bahaya, apalagi yang 100 dolar AS kalau ketahuan disimpan, bisa disangka pihak otoritas keuangan kita sebagai pelaku kejahatan, maka kita bisa didenda serta dipenjara maksimal 15 tahun di Amerika Serikat.
Namun biar bagaimana pun bagi Yoshihide Matsumura, CEO Matsumura Engineering Co.Ltd yang khusus bergerak di bidang pembuatan detektor uang palsu, hal ini justru tantangan sangat besar baginya untuk bisa memperoleh uang palsu, agar bisa mengetahui mana yang asli mana yang palsu, mendapatkan datanya, memasukkan data dan memprogram ke alat detektornya sehingga dapat bekerja dengan baik mendeteksi uang palsu dari uang asli.
"Sekitar tahun 1989 saya ke berbagai negara di Asia Tenggara, mulai Thai, Vietnam, Kamboja dan Myanmar. Di Thai terutama berkenalan dengan masyarakat kejahatan yang akhirnya dapat diperkenalkan kepada bos kelompok kejahatan di sana setelah enam bulan lebih bergaul dengan bawahannya. Saat ketemu bos itu dia curiga dan bertanya, mau apa kenalan dengan kami? Langsung saja terus terang saya katakan mau memperoleh uang palsu. Lalu diberikannya 4 lembar uang 100 dolar AS yang palsu dan saya membayar 20.000 yen," cerita Matsumura khusus kepada Tribunnews.com, Rabu (6/8/2014) di kantornya.
Diakuinya, tahun-tahun itu setelah dia ke luar dari perusahaan lama tahun 1987 sebenarnya membuat robot lalu atas permintaan seorang pengusaha dagang Jepang yang banyak berdagang dengan pihak Korea, agar dibuatkan pendeteksi uang palsu, maka dia mendirikan perusahaan sendiri September tahun 1988 dan mulai menyelidiki uang palsu agar mendapatkan data uang palsu.
"Semua kami selidiki sendiri, kami kembangkan sendiri karena kami memiliki laboratorium sendiri, lalu saya ke Asia Tenggara pakai uang sendiri untuk mendapatkan uang palsu tersebut," cerita Matsumura.
Upayanya pelan-pelan agar tak dicurigai dunia hitam di sana, terutama di Thai. Sering bawa minuman keras yang enak dari Jepang dan sebagainya.
"Akhirnya saya bisa kenal dan berkawan dekat dengan mereka bahkan dikenalkan ke kepala gengster nya," katanya.
Selain dapat uang palsu, bahkan juga uang palsu 100 dolar AS terbaru akhirnya juga bisa diperoleh dari para anggota sindikat kejahatan di Asia Tenggara tersebut.
"Karena di negara-negara itu banyak uang dolar palsu, maka saya yakin terbawa pula ke Indonesia. Jadi di Indonesia pasti banyak uang palsu 100 dolar," ungkapnya dengan yakin.
Upayanya dulu sempat mau bangkrut bahkan 80 persen penjualannya turun, tetapi gaji karyawan jalan terus tak ada yang di PHK, sampai dia pun menjaminkan rumahnya untuk operasi perusahaannya.
Namun kini dengan penemuan detektor uang palsu terbaru dan tercanggih di dunia ini, kehidupannya maju lagi, perusahaannya banyak menguntungkan kembali dan pesanan datang dari banyak negara.
"Di Jepaang mungkin 80 persen pasar detektor uang palsu semuanya menggunakan alat buatan perusahaan kami ini," tekannya lagi. Termasuk pihak bank sentral Jepang pun menggunakan detektor uang palsu buatan perusahaannya.
Matsumura juga diangkat sebagai Penasehat Amerika Serikat dan beberapa negara lain untuk soal uang palsu. Bahkan September mendatang dia diundang untuk berceramah di Amerika Serikat dan Eropa.