Wisata Jepang
Pulau Aogashima Berpenduduk 167 Jiwa, Warganya Tak Tahu Cara Gunakan ATM
Masyarakat Aogashima yang hanya ada 167 orang penduduk pulau tersebut, banyak yang masih belum tahu apa arti ATM, termasuk pula cara penggunaannya.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Boleh percaya boleh tidak, ternyata di Jepang (masih masuk wilayah Tokyo), yaitu di Pulau Aogashima, ternyata hanya ada satu mesin ATM (Automatic Teller Machine) untuk ke luar masuk dan transfer uang lewat bank. Mesin ATM tersebut milik Bank Pos Jepang yang ada di dalam Kantor Pos Aogashima.
Selain satu-satunya ATM, masyarakat Aogashima yang hanya ada 167 orang penduduk pulau tersebut, banyak yang masih belum tahu apa arti ATM, termasuk pula tak tahu cara penggunaan ATM.
Dua orang tua yang sedang bertani ketika sedang bekerja dihampiri penyiar televisi Fuji.
"Apakah tahu ATM?"
Dijawabnya, "Apa itu ATM tolong jelaskan dong!".
Petani lain ketika ditanya ATM menjawab, "Apa itu ATM, apa itu ATM saya tak tahu tak mengerti ah bikin pusing saja," jawabnya sambil kembali melanjutkan bekerja lagi di tanah pertaniannya.
Lalu ke mana simpan uang masyarakat setempat? Kebanyakan memang di dalam rumahnya sendiri. Ada pula yang menaruhnya di dalam mobil, laci mobil, di kotak peralatannya dalam mobil dan berbagai tempat. Tidak dimasukkan ke Bank Pos yang ada di kantor pos tersebut.
Pulau ini tampak masih perawan, indah dengan pemandangannya dari ketinggian dan masyarakatnya masih lugu seperti jawaban dua petani tadi. Padahal pulau ini masih masuk pemerintahan Tokyo.
Aogashima yang hanya 5,97 kilometer persegi luasnya, di atas ketinggian 423 meter di atas laut itu, berada 358 kilometer di sebelah selatan Tokyo.
Sejarah
Pada sekitar 3000 tahun yang lalu, skala besar ledakan magma uap terjadi, gelombang piroklastik menutupi seluruh pulau. Kemudian muncullah kawah untuk mengisi depresi dengan scoria penurunan yang berada di bagian tenggara. Demikian pula letusan sejumlah besar scoria jatuh di timur dan utara bagian dari pulau tersebut. Semua berdekatan dan menyatu akhirnya terciptalah sebuah pulau yang dinamakan Aogashima.
Di masa lalu sekitar abad ke-15 ada saatnya ketika pria dan wanita percaya bahwa ada kutukan Tuhan dan hidup di pulau tersebut. Wanita banyak percaya bahwa itu adalah pulau yang terlarang. Sebagian besar orang mencatat adanya kecelakaan maritim di dekat pulau tersebut, menunjukkan bahwa pulau itu adalah tempat yang berbahaya sejak zaman kuno.
Letusan gunung yang masih aktif di sana dulu membuat banyak penduduknya meninggal dunia. Itulah sebabnya kini jumlah penduduk hanya 167 jiwa.
Ada kuil menarik di bagian timur yang terletak di selatan desa, merupakan tempat suci untuk menyembah Dewa-dewa.
Ada pula lereng curam yang menarik seperti panorama di Jimbaran Bali. Menarik nongkrong di sana dan dipandang apalagi saat matahari terbenam.
Satu kuil lagi, Tokai Jinja, di bagian utara pulau itu, tempatnya bernama Shoshi, tempat berdoa bagi korban ledakan gunung meletus Tenmei, dan ada pula heliport desa, untuk darurat.
Kemudian satu-satunya candi di pulau itu ke arah selatan-barat dari desa. Milik Sekte Jodo, dan telah menjadi kuil cabang Hachijojima Okago dari Zong Fukutera, hanya bangunan Kuil Muju.
Pulau yang sangat terpencil dan jarang sekali dikunjungi masyarakat memang benar-benar cantik dengan pemandangan alamnya. Menjadi masalah adalah tempat penginapan.
Tidak ada hotel seperti yang kita bayangkan. Kalau tak mau merepotkan orang lain baiknya membawa tenda sendiri dan tidur di dalam tenda kita sendiri.
Numpang tidur di perumahan rakyat setempat mungkin akan ditolak masuk apalagi kita orang asing. Wajarlah seperti pepatah, "Tak Kenal Maka Tak Sayang".