Minggu, 28 September 2025

Lukman Hakim, Indonesia Butuh Ilmu Dengan Spesifikasi Yang Tinggi

Lukman berpesan kepada para pelajar untuk kembali segera ke Indonesia setelah lulus

Editor: Johnson Simanjuntak
Foto Ist
Para pelajar Indonesia di Osaka dan Nara seusai berseminar minggu lalu. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Prof. Lukman Hakim (Kepala LIPI 2010–2015) yang memberikan presentasi tentang perkembangan ilmu di Indonesia dan memotivasi pelajar Indonesia di Osaka dan Nara minggu lalu menekankan kebutuhan Indonesia untuk ilmu yang memiliki spesifikasi yang tinggi.

"Indonesia saat ini membutuhkan ilmu dengan spesifikasi yang tinggi, pendekatan ke multidisiplin, dan mengembangkan keilmuan dasar (basic science)," kata Lukman di acara Taiyo Indonesia Foundation (TIF) yang diselenggarakan oleh PPI Osaka Nara minggu lalu.

Lukman berpesan kepada para pelajar untuk kembali segera ke Indonesia setelah lulus nanti dan mengabdi untuk tanah air.

"Tetapi kita pun harus menjaga hubungan yang baik agar terjalin kerjasama dan dapat mengirimkan adik-adik di Indonesia untuk belajar di Jepang," ujarnya lagi.

TIF merupakan salah satu organisasi non-profit dibawah PPI Osaka Nara yang mengadakan acara bertajuk silaturahmi yaitu TIF Forum, digagas dengan tujuan untuk membantu pendidikan adik adik di Indonesia yang kurang beruntung secara finansial dan berada di daerah terpencil.

Dengan berbagai kesibukan menempuh studi di Osaka dan Nara, melalui TIF para mahasiswa ini mempunyai misi salah satunya membantu siswa sekolah dasar sampai sekolah menengah di Indonesia agar berkesempatan untuk memperoleh pendidikan yang layak.

“Meskipun usia TIF masih tergolong muda, tetapi selama tiga tahun ini aksi TIF sudah meluas ke berbagai daerah di pelosok Indonesia mulai dari Jawa, Sumatera, dan Kalimantan melalui program beasiswa. Program TIF selanjutnya akan menjangkau daerah Sulawesi dan Maluku yang akan mulai dijalankan tahun in,i” ungkap Widhi Dyah Sawitri, anggota TIF.

Ketua TIF periode pertama, Murni Handayani telah berhasil melaksanakan program penyerahan bantuan berupa tas dan sepatu kepada 83 adik adik di Indonesia.

Selain itu juga menggagas program beasiswa TIF selama 1 tahun untuk 26 adik adik yang tersebar di Pulau Sembilan, Padang, Palangkaraya dan Bawean.

Tidak hanya itu, melalui ketua TIF periode kedua, Gagus Ketut Sunnardianto, TIF juga berhasil menyerahkan bantuan tas dan sepatu kepada 51 adik adik di Indonesia, meneruskan program beasiswa TIF, mengadakan lomba resensi buku “Menghidupkan Mimpi ke Negeri Sakura” untuk pelajar di Indonesia, dalam tahap koordinasi mengadakan seminar motivasi pendidikan dan donasi buku di pulau Bone Tambung, serta mengadakan silaturahim ilmiah “TIF Forum”.

Kini estafet kepemimpinan diamanahkan kepada ketua TIF Periode ketiga, Dyaningtyas Dewi Putri.

Dalam acara TIF Forum yang diselengarakan pada hari Minggu kemarin di Toyokawa Community Center Osaka, dihadiri sekitar lebih dari 50 orang mahasiswa dari Osaka dan Nara. Tengku Munawar Chalil selaku koordinator acara TIF Forum ini menyuguhkan berbagai sesi dalam acara tersebut seperti presentasi dari salah satu tokoh penting di Indonesia, diskusi semacam talk show, dan permainan menjawab pertanyaan pelajaran sekolah dasar dan mengengah.

Tujuan diadakannya acara ini tidak lain adalah sebagai wadah silaturahmi antar mahasiswa Indonesia sekaligus mendapatkan ilmu-ilmu yang tidak didapatkan dari kampus.

Selain itu pada TIF Forum ini juga mengundang Bapak Wisnu Edi, Konsulat Jendral Republik Indonesia 2016 di Jepang, Cosmas Khrisna, Ketua PPI Osaka Nara 2016 dan Dr. Murni Handayani, peneliti LIPI sekaligus pengarang buku “Japan I’m Coming” sebagai narasumber dalam diskusi umum yang dimoderatori oleh Dwi Puspitosari dan Dr. Ibnu Susanto, duo moderator yang menggiring suasana diskusi berjalan dengan nuansa akademik yang kental namun santai.

Diskusi padat yang berlangsung selama kurang lebih satu jam tersebut mengangkat tema “Mengkonkritkan rasa syukur dengan memfokuskan kegiatan pada pendidikan”.

Salah satu bentuk konkrit untuk kegiatan pendidikan dalam pembahasan kali ini dapat dicontohkan seperti membantu adik-adik bangsa yang sedang menuntut ilmu.

Dalam diskusi tersebut, Prof. Lukman berkomentar pula bahwa ide membuat buku “Menghidupkan Mimpi ke Negeri Sakura” yang ditulis oleh para pelajar PPI Osaka Nara dan royaltinya disumbangkan untuk beasiswa TIF adalah salah satu bentuk kontribusi yang bagus untuk pendidikan Indonesia.

Buku ini berisi tentang kisah perjuangan pelajar Indonesia di Osaka dalam meraih beasiswa dan studi di Osaka yang diharapkan dapat memotivasi dan menginspirasi adik adik di Indonesia.

Prinsipnya adalah biar sedikit, tapi bermanfaat untuk orang lain. Bapak Wisnu Edi pun menambahkan bahwa sebagai mahasiswa jangan takut mendengungkan ide untuk membangun Indonesia, contohnya seperti ikut berorganisasi semacam TIF dan bersosialisasi tanpa harus meninggalkan kewajiban sebagai pelajar.

Murni Handayani salah seorang perintis TIF, menambahkan bahwa bersosialisasi dan melakukan amal seperti donasi untuk membantu pendidikan anak-anak Indonesia dapat meningkatkan rezeki.

Rezeki yang dimaksud ini bukan semata-mata hanya berupa materi, akan tetapi rezeki dapat berupa karir, kesehatan, dan kebahagiaan.

Cosmas Khrisna menyambungkan bahwa dengan bersosialisasi dan berkumpul secara psikologis dapat membuat hati senang dan tidak mudah stress.

Karena pada hakikatnya impian, harapan, dan doa didapatkan dari berkumpul bersama orang-orang yang berpikiran positif.

Di akhir diskusi, moderator menyimpulkan satu hal terpenting sebagai pelajar yang sedang menuntut ilmu di luar negeri (Jepang) untuk saling menyambung silaturrahmi sesama pelajar dan warga Indonesia lainnya, karena hal tersebut akan mengasah IQ dan EQ kita sebagai masyarakat intelektual yang nantinya akan membangun Indonesia dimasa datang.

Seperti yang pernah disampaikan oleh salah satu tokoh terkenal Bill Gates, “The charity will bring positive energy and remove negative energy.” TIF adalah salah satu bentuk kongkrit dari bentuk rasa bersyukur yang akan menghasilkan energi positif untuk lingkungan sekitar.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan