Titiek Soeharto Berharap Banyak Pelajar Sekolah Nelayan Indonesia Magang ke Jepang
Titiek Soeharto (Siti Hediati Hariyadi Soeharto) berharap semakin banyak pelajar sekolah perikanan Indonesia magang ke Jepang.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Triunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Rombongan perikanan Indonesia dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama pimpinan dan anggota komisi IV DPR RI yang dipimpin oleh Titiek Soeharto (Siti Hediati Hariyadi Soeharto) berharap semakin banyak pelajar sekolah perikanan Indonesia magang ke Jepang.
"Memang sudah ada yang magang nelayan kita ke Jepang. Tetapi di masa depan kalau bisa lebih banyak lagi kerja sama dengan Jitco dan KKP itu tolong ditindaklanjuti," kata Titiek kepada Tribunnews.com, Sabtu (4/2/2017) pagi.
Rombongan ke Tokyo sejak 2 Februari lalu dan dalam rangka belajar industrialisasi perikanan di Jepang. Rombongan dijadwalkan akan kembali ke Indonesia Minggu (5/1/2017) besok.
"Kunjungan PM Jepang Shinzo Abe baru-baru ini ke Jakarta kan juga telah disepakati peningkatan perdagangan kedua negara, salah satunya tentu kita harapkan dapat meningkatkan (industri) perikanan Indonesia ke Jepang," kata Titiek.
Oleh karena itu Indonesia harus lebih banyak lagi belajar dari Jepang, salah satunya para nelayan supaya bisamendapat didikan lebih baik lagi dari Jepang, apakah nelayan Indonesia ke Jepang atau guru nelayan Jepang mengajar di Indonesia.
Hebatnya industri Jepang ini terlihat salah satunya dari pasar ikan Tsukiji di Tokyo yang ditinjau Titiek pagi ini jam 04.30 waktu Tokyo.
"Kita lihat di sana ada 40.000 orang dengan 20.000 kendaraan dan omset perputaran miliaran yen. Kita harus memulai jangan jadi penonton. Mudah-mudahan ke depan Indonesia bisa memiliki pelabuhan dan pasar ikan seperti Tsukiji," kata Titiek berharap.
Titiek melihat saat ini masih banyak ikan Indonesia dicuri o eh negara lain. Jika tiap pelabuhan ikan bisa mendata dengan baik tentu akan bisa mengontrol perikanan kita dengan baik.
"Anggaran pemerintah tahun 2017 ini kita sudah putuskan akan mengembangkan lima pelabuhan di Indonesia baik di Jakarta, di Bitung Sulawesi Utara, di Jayanti Jawa Barat, di Sendang Biro Malang Jawa Timur dan di Bali," kata Titiek.
Baca: Jokowi dan SBY Bertemu Usai Pilkada Serentak 15 Februari
Tidak seperti sekarang pelabuhan dan tempat ikan Indonesia masih kecil-kecil bahkan kadang tidak ada ikannya.
"Kita akan kembangkan industri perikanan ini lebih lanjut dan berharap semua pihak bisa ikut kerjasama dalam membesarkan industri perikanan Indonesia," ujarnya.
Pasar Tsukiji sudah ada sejak jaman Edo, tetapi hancur karena gempa bumi dahsyat di Kanto (Tokyo dan sekitarnya) September 1923.
Lalu Desember tahun yang sama dimulailah kembali pasar Tsukiji dengan tanah yang semula milik angkatan laut Jepang dan pengusaha setempat di sekitar sungai Sumida dan daerah Shiodome. Lalu pindah ke Tsukiji sampai sekarang sejak tahun 1935.
Kunjungannya ke Tokyo juga bertemu dengan Deputy Director General Kementerian Perikanan Jepang Masahiko Tanoi, pimpinan pengoperasi pasar Tsukiji serta Jitco (Japan International Training Cooperation) yang menangani pemagangan orang Indonesia ke Jepang, Asosiasi Koperasi Perikanan Jepang serta ke pelabuhan dan pergudangan Nissui di Tokyo.
Pasar Tsukiji memiliki luas tanah sekitar 23 hektar dengan 1000 pedagang di antaranya 7 pedagang besar perikanan. Omsetnya per tahun 2005 mencapai 916.866 ton atau sekitar 2167 ton produk ikan per hari, 1.170 ton buah-buahan dan
sayuran sehingga total omset perputaran uang di Tsukiji mencapai 565,7 miliar yen atau per hari dengan omset sekitar 1,77 miliar yen per hari untuk hasil laut dan sekitar 320 juta yen untuk sayur dan buah.