Senin, 8 September 2025

Mengapa Mandi Sabun di Jepang Tidak Boleh Bermain Seks Langsung dan Polos?

Pada tahun 1958 sempat dilarang pemerintah karena jadi tempat prostitusi di Jepang yang meluas secara cepat.

Editor: Johnson Simanjuntak
Richard Susilo
Salah satu tempat mandi sabun di Tokyo 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mandi sabun (soapland) berasal dari Turki dengan nama Turkish Bath.

Masuk ke Jepang dan jadi sangat populer sejak 1932, namun dikelola masih pribadi masing-masing oleh kalangan bangsawan.

Saat ini tak ada orang Jepang yang tak tahu kalau kita menyebut nama so-pu rando (soapland).

Di Jepang pertama kali dibuka komersial untuk umum di Tokyo Onsen daerah Higashi Ginza, Chuo-ku, Tokyo tanggal 1 April 1951 oleh Ujitoshi Konomi, dikenal sebagai pendobrak sejarah modern.

Sampai dengan 31 Maret 2016 tercatat sedikitnya ada 1219 toko mandi sabun di jepang dan terus semakin berkurang saat ini karena perekonomian Jepang yang kurang baik dan jumlah manusia yang menurun jumlahnya.

Pada tahun 1958 sempat dilarang pemerintah karena jadi tempat prostitusi di Jepang yang meluas secara cepat.

Itulah sebabnya UU Anti prostitusi diterapkan ketat saat itu khususnya ke tempat mandi sabun.

Praktek mandi sabun saat ini praktis pelayanan satu pasang lelaki dan wanita tanpa selembar benang pun dengan air sabun dan umumnya plastik atau karet gelembung untuk perosotan wanita ke tubuh lelaki, sama-sama telanjang.

Setelah ritual tersebut lalu bersama mandi di bath tube dan berarkhir di ranjang bagi yang pelayanan VIP.

Menjadi pertanyaan, UU Anti Prostitusi jelas melarang sebenarnya hal itu dengan ketentuan tdak boleh melakukan hubungan seks, bukan hanya ketentuan harus selalu pakai kondom, tetapi larangan hubungan seks dilarang dilakukan di dalam toko. Itulah batasan UU Anti Prostitusi.

"Nah, kalau sudah di kamar mandi sabun, sudah sama-sama telanjang, tentu sama-sama terangsang dan kemungkinan melakukan hubungan seks semakin besar bukan?" papar Atsuhiko Nakamura, pengarang buku terkenal Dunia Pelacuran Wanita Jepang.

Tapi mengapa toko mandi sabun tetap boleh dibuka, apakah tidak melanggar UU Anti Prostitusi?

Dari hukum yang ada ternyata sang wanita tidak bisa disalahkan apabila ketahuan polisi terjadi hubungan seks demikian.

Yang salah utama adalah pengelola atau manajer atau pemilik toko mandi sabun, yang mempekerjakan karyawan wanita itu.
Pengelola dianggap sudah tahu peraturan akan larangan hubungan seks tersebut dan tugasnya melarang karyawannya melakukannya.

Sedangkan wanita pekerja tersebut harus bisa membatasi diri agar tidak terjadi hubungan seks. Apabila ketahuan pemilik toko, maka wanita itu dengan mudah bisa di PHK.

Kenyataannya, wanita itu juga sebagai motor pencari uang. Dengan melakukan hubungan seks, biasanya tamu akan negosiasi langsung dengan sang wanita, menambahkan uang lagi khusus supaya bisa berhubungan seks.

Uang tambahan tersebut biasanya bagi-bagi dengan pemilik toko sehingga ada tambahan income (penghasilan) bagi toko yang sebenarnya terlarang.

Peralatan dan kelengkapan lain juga sebenarnya bisa dipertanyakan. Misalnya keberadaan kondom dan obat kumur. Mengapa ada kedua benda tersebut kalau dilarang berhubungan seks.

Pada kenyataan pasti tersedia dan menggunakannya. Kadang ada tamu yang tak mau pakai kondom, tergantung wanita yang melayani, kalau dia tak keberatan maka bisa berhubungan seks tanpa kondom, yang sebenarnya dilarang sesuai aturan pemerintah yang ada tersebut.

Larangan itu juga dimaksudkan untuk menghindari perluasan penyakit kelamin di Jepang.

Itu sebabnya dilakukan wanita yang melayani biasanya meminta pakai kondom agar penularan penyakit kelamin tak terjadi. Meskipun hal ini (hubungan seks pakai kondom) juga dilarang UU Anti prostitusi.

Pola dasar pemikiran aturan tersebut adalah, apabila diperkenankan hubungan seks di dalam toko mandi sabun, maka toko itu mempromosikan prostitusi. Berarti melanggar UU Anti Prostitusi.

Itulah sebabnya dan latar belakang mengapa hubungan seks di toko mandi sabun dilarang, meskipun pada kenyataan, bersembunyi, para tamu umumnya melakukan hubungan seks saat melakukan mandi sabun di Jepang.

Biaya ke sana pun sangat murah saat ini. Dulu sekitar 30 tahun lalu dapat mencapai 100.000 yen per jam. Namun saat ini hanya sekitar 15.000 yen per jam.

Mandi sabun inilah memang toko rajanya yang suka main seks di Jepang. Namun anehnya banyak bertebaran dibuka di mana-mana dan aman, tidak dilakukan penutupan. Penggerebegan oleh polisi memang ada, tetapi tampaknya hanya kepada toko yang tak punya ijin usaha yang benar.

Memang sejak awal setiap memasuki toko pun sudah ada peraturan dan tulisan Larangan untuk melakukan hubungan seks di dalam toko.

"Ah, hanya basa-basi saja itu sih saat ini. Kenyataan tetap saja terjadi sesuai alamiah manusia itu sendiri di dalam sana," papar Kumayama, seorang pengelola mandi sabun di Tokyo kepada Tribunnews.com baru-baru ini.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan