Hati-hati, Nampa dan Scout Berbeda, Bisa Kena Delik Pidana di Jepang
Namun Yamada tidak pernah melakukan dan Nampa yang dilakukan hanya sekedar hobi saja.
Editor:
Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Nampa adalah salah satu budaya Jepang, yang saat ini mulai terbuka, lelaki mudanya mulai berani menegur wanita untuk merayu menggoda dan akhirnya memang untuk ngeseks, pada awalnya.
Namun Nampa berbeda dengan Scout yaitu Nampa yang kemudian diperkenalkan ke agen artis tertentu, biasanya untuk dijadikan artis bintang film porno dengan bayaran sejumlah uang puluhan bahkan ratusan ribu yen sekali main.
"Saya tidak pernah melakukan Scout. Memang komisinya besar juga, dapat uang banyak, tapi resikonya besar karena bisa kena delik pidana dan itu dilarang sebenarnya," papar Yamada (nama samaran) pemilik sekolah Nampa Tokyo, khusus kepada Tribunnews.com sore ini, Selasa (15/5/2018).
Orang yang banyak melakukan Nampa di Tokyo biasanya sekitar stasiun Shibuya, Shinjuku dan Ikebukuro. Sedangkan di Osaka sekitar daerah Shinsaibashi "Hikkakebashi".
Setelah menjadi orang profesional Nampa, cari uang besar memang menjadi Scout-man, orang yang mencarikan wanita cantik untuk main biasanya menjadi artis film porno dan bayarannya cukup besar bisa puluhan ribu yen per orang.
Namun Yamada tidak pernah melakukan dan Nampa yang dilakukan hanya sekedar hobi saja.
"Sudah sekitar 10 tahun saya melakukan nampa dan mengajar kepada skeitar 100 lelaki Jepang. Saya saya tidak bisa bahasa Inggris, mau sih nampa ke orang asing yang berbahasa Inggris, tapi tak mungkinlah karena tidak bisa komunikasi bahasa Inggris."
Hal terpenting dalam nampa menurutnya adalah kepercayaan diri. Lalu komunikasi harus pintar dan penampilan harus baik.
"Tentus aja sebaiknya pakai bahasa yang halus sehingga wanita gampang terpikat. Nanti kalau sudah mulai kenal ya pakai bahasa biasa lagi."
Kalaupun ada yang menolak meskipun sudah pakai bahasa halus, pasti menolak secara halus pula sang wanita karena kita menegurnya juga pakai bahasa sopan dan halus.
Tetapi kalau sudah bisa "masuk" maka mudah melakukan komunikasi dnegan bahasa sederhana biasa juga tak apa.
Yamada mengaku sudah mulai bosan dan rencana untuk menikah dengan pacarnya yang dikenal baru sekitar 6 bulan.
"Yang mungkin tahun depanlah saya menikah dengan dia," tekannya yang mengaku juga telah ditanyakan oleh ibunya, "Kapan kamu menikah?"
Sementara orangtua pacarnya belum dikenalnya, "Nanti kalau sudah diperkenalkan ke orangtuanya ya barulah mulai serius kita pikirkan pernikahan," tambah Yamada yang masih berusia 30 tahun dan memang ganteng berkacamata.
Kehidupannya memang sudah mapan dianggapnya tetapi sudah mulai bosan berpetuangan dengan wanita, ingin lebih mantap berkenalan dengan satu wanita yang akan dinikahinya nanti, sehingga kehidupannya bisa stabil.
"Kalau nampa itu kan sepotong saja, jangka pendek saja, kalau sudah ngeseks ya selesai, lalu cari yang baru dan seterusnya."
Sedangkan motif wanita pun mau digoda dirayu lelaki Jepang bermacam-macam.
Ada yang memang mau ngeseks, selesai, ada yang ingin punya pacar lelaki, ada yang ingin jadikan lelaki tempat curhatnya dan sebagainya.
Tetapi diakui yamada kalau hasil Nampa biasanya Hubungan lelaki-wanita jangka waktu pendek saja lalu putus.
Dalam mengajarkan 100 muridnya selama 5 tahun terakhir ini, ada pula yang kecewa karena tidak bisa menjadi pe- Nampa yang pintar.
"Ada beberapa yang kesal tidak bisa-bisa melakukan nampa, dipikir mudah kali. Sementara mereka pun tak punya kepercayaan diri untuk menggoda merayu wanita. Mereka kecewa ya langsung saja ke luar dari pelajaran."
Tapi banyak yang melanjutkan sekolahnya dan akhirnya bisa menjadi pe Nampa yang berhasil berkat pendidikannya.
Salah satu kondisi tentu harus menggunakan baju pakaian yang rapi sehingga tampak keren sebagai lelaki, barulah wanita bisa tertarik.
Lalu komunikasi yang pintar bicara, bahasa halus dan pintar mengikuti irama pikiran dan gerakan keinginan sang wanita sehingga wanita merasa nyaman bersama lelaki tersebut.
Banyak hal dan tidak mudah melakukan nampa terhadap wanita Jepang di Jepang.
"Kalau wanita Jepang di luar Jepang mudah didekati karena mereka merasa bebas tak ada hambatan psikologis bukan di negaranya dan saya pun melakukannya saat jalan-jalan ke luar negeri."
Yamada pernah ke Guam, Hawaii, India, Korea, HongKong, Macau dan Thailand, tapi belum pernah ke Indonesia.
"Mungkin nanti ya saat menikah dan bulan madu kita ke Bali Indonesia. Orangtua saya saat bulan madu mereka ke Bali dan senang sekali," ceritanya lagi.
Yamada pasti ke Bali, tekannya dan cuma soal waktu saja, belum bisa ditentukannya bersama kekasihnya yang memang sangat dicintainya saat ini ingin dinikahinya tahun depan setelah berkelana ke banyak wanita muda Jepang.