Sabtu, 20 September 2025

Olimpiade 2021

30 Ribu Lebih Relawan Olimpiade 2020 di Tengah Anggapan Boondoggle Masyarakat Jepang

Sejak dibuka 27 September 2018 hingga Jumat (5/10/2018) pagi, jumlah pelamar untuk relawan game pada Olimpiade 2020 mencapai 61.826 orang.

Editor: Dewi Agustina
Fashion Snap
Seragam karya Tamaki Fujie untuk relawan Olimpiade Tokyo Jepang 2020 mulai digunakan. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sejak dibuka 27 September 2018 hingga Jumat (5/10/2018) pukul 10.00 pagi, jumlah pelamar untuk relawan game pada Olimpiade 2020 mencapai 61.826 orang.

Sebanyak 31.982 relawan telah menyelesaikan prosedur Olimpiade Tokyo 2020 dan Paralimpiade yang diperlukan.

Panitia berharap untuk mengamankan sekitar 80.000 relawan melalui rekrutmen online sampai dengan awal Desember 2018.

"Kami masih memiliki banyak waktu, sekitar dua bulan dari tenggat waktu. Saya akan mengatakan itu berjalan dengan baik sejauh ini," ungkap Toshiro Muto, direktur jenderal komite penyelenggara.

Dia mengatakan para pelamar hampir terbagi rata antara pria dan wanita di semua kelompok umur, termasuk individu di usia 70-an.

Selain pelamar tersebut, 3.426 telah diterapkan untuk disebut relawan kota yang direkrut oleh Pemerintah Metropolitan Tokyo.

Baca: Raffi Ahmad Sukses Jadi Host Pembuka Opening Ceremony Asian Para Games 2018, Ini Kata Iriana Jokowi

Baca: Update Ratna Sarumpaet: Belum Dijenguk Timses Prabowo, Ajukan Tahanan Kota, Rahasiakan Penyakit

Sebagai perbandingan, sekitar 240.000 relawan terdaftar untuk Olimpiade London 2012, menurut komite.

Ditanya tentang keluhan bahwa situs web pendaftaran tidak mudah digunakan, Muto mengatakan komite tidak memiliki rencana untuk memodifikasi sistem tetapi bekerja untuk meningkatkan secara manual untuk pengguna.

Baca: Edi Obama Dipecat dari Demokrat: Mungkin Ini Adalah Pengabdian Terakhir

Komite akan menangani keluhan tersebut melalui call center, yang menerima sekitar 100 panggilan telepon per hari.

Situs web tersebut dikembangkan terutama oleh perusahaan jasa IT Prancis Atos, salah satu mitra utama dari Tokyo Games dan menghabiskan jutaan yen anggaran itu.

Sementara relawan tidak dapat uang sama sekali.

Panitia Olimpiade dibully di dunia maya, di tengah bisnis raksasa Olimpiade, relawan tidak dapat uang apa pun.

Akhirnya panitia mengubah kebijakan memberikan kartu kereta api 1000 yen sehari bagi relawan.

Padahal relawan banyak tinggal jauh dari pusat kegiatan Olimpiade dan pergi pulang dari rumahnya sudah lebih dari 1000 yen.

Belum lagi udara panas bisa mencapai 40 derajat Celcius membutuhkan uang untuk beli minuman.

Proyek Olimpiade Tokyo banyak yang mengatakan sebagai boondoggle, atau proyek yang dianggap membuang-buang waktu dan uang, namun sering dilanjutkan karena kebijakan luar atau motivasi politik.

Olimpiade 2020 banyak yang menganggap sebagai upaya menunjukkan gengsi Jepang kepada dunia, mengulang nostalgia Jepang seperti yang dilaklukan pada Olimpiade 1964 serta proyek bagi-bagi banyak duit ke banyak pengusaha besar terutama agen iklan besar Jepang.

Diperkirakan para agen iklan mendapat miliaran yen keuntungan bersih dengan adanya Olimpiade dan Paralimpiade 2020 mendatang.

Sementara relawan dibiarkan hanya dapat kartu kereta api saja, di tengah cuaca sangat panas dan kerja keras harus dilakukan 10 hari sesuai ketentuan.

Bahkan lebih parah lagi penyelenggara lewat Kementerian Pendidikan (mendapat kritik keras dari banyak pihak) berharap untuk menarik sejumlah siswa dengan menawarkan kredit universitas sebagai pertukaran untuk melakukan tugas-tugas tertentu.

Banyak yang beranggapan cara kementerian pendidikan meminta anak kampus, pertukaran kredit sekolah mereka tidaklah benar.

Bahwa anak-anak kampus seharusnya tidak berada dalam posisi di mana mereka harus berurusan dengan ini.

Seorang dosen universitas Jepang juga ikut mengkritik panitia Olimpiade.

"Pihak pemerintah Jepang melalui Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Olahraga mulai mengimbau semua pelajar untuk mengikuti dan menjadi relawan Olimpiade, jelas itu melanggar jiwa Olimpiade," kata Munehiko Harada, Rabu (26/9/2018).

Banyak keluhan masyarakat tetapi Panitia khususnya Gubernur Tokyo Yuriko Koike sudah memastikan tidak akan melakukan perubahan apa pun yang telah diputuskan panitia selama ini.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan