Jumat, 14 November 2025

Sawat Lenso, tarian Maluku yang menjadi simbol persahabatan Muslim dan Kristen

Anggota kelompok tari yang dibentuk saat Ambon dilanda konflik berdarah bertahun-tahun bercerita bagaimana seni bisa tetap menyatukan mereka

Untuk membantu penerangan, sering kali mereka menarik seutas kabel dari rumah tetangga yang digantungkan dengan bohlam 40 watt. Kalau listrik padam mereka akan memakai penerangan seadanya dari satu atau beberapa batang lilin yang dinyalakan.

Komunitas tari ini secara rutin berlatih. Mereka tak mempedulikan atmosfir Kota Ambon yang sementara didera kebencian dan nafsu untuk membunuh. Kobaran api, desingan peluru, teriakan-teriakan penuh amarah dari kota yang sedang terbakar konflik tak mereka pedulikan.

Persahabatan mereka menyumbang asupan energi dan keberanian yang jauh lebih besar dari ketakutan akan teror konflik. Rasa percaya antarsesama teman telah terbentuk di antara mereka, jauh sebelum pecahnya konflik kemanusiaan 1999 yang meluluh-lantakan hubungan kemanusiaan di provinsi yang dikenal dengan frasa 'Orang Basudara' itu.

Menyeberangi batas demarkasi saat konflik tentu bertarung nyali bagi siapa pun di Ambon saat itu. Bagi komunitas tari ini, demarkasi harus ditembusi dengan segala siasat.

Daerah Soya Kecil berada di wilayah komunitas Kristen. Untuk mencapai daerah itu, para penari Kristen menjemput teman-temannya yang Muslim di wilayah perbatasan. Sambil menyaru mereka menembusi batas wilayah di daerah Mardika.

Di dalam gedung itu mereka terlindung dari amatan masyarakat secara umum. Di luar gedung, beberapa sahabat dan keluarga penari Kristen menunggu dan berjaga-jaga sehingga para penari aman di dalam.

Tifa, rebana, dan berbagai jenis alat musik tradisional bersahutan dalam rampak yang harmoni mengiringi latihan mereka. Komposisi tari dibentuk bagian demi bagian yang memungkinkan mereka bersentuhan, berpelukan atau saling menopang secara fisik.

Hal ini terlihat kontras dengan bara konflik yang saling memisahkan orang basudara dalam tarian perang yang brutal. Setiap saat, ketika mengawali atau pun mengakhiri sesi latihan, mereka wajib berdoa secara bergilir berdasarkan agamanya masing-masing.

Berdoa bergantian

Pendeta Jacky Manuputty
BBC
Pendeta Jacky Manuputty bersama sejumlah pemuka agama aktif terlibat dalam mengupayakan perdamaian di Ambon.

Jika penari Muslim berdoa di awal sesi latihan, penari Kristen akan menyampaikan doanya pada bagian penutup latihan. Awalnya mereka menawarkan untuk berdoa masing-masing saja di dalam hati. Namun akhirnya mereka terima ketika disarankan untuk menyampaikan doa dengan suara yang terdengar. Mendengar doa secara langsung akan menumbuhkan apresiasi satu terhadap lainnya.

Tak jarang komunitas tari ini diminta berangkat ke luar Ambon untuk mengikuti festival. Segregasi wilayah akibat konflik membuat mereka berangkat dalam kelompok yang terpisah menuju bandara.

Di kota tujuan mereka menari dan memperlihatkan persekutuan lintasagama antarsesama anak Maluku, sekalipun pedih hati mereka mengingat prahara yang sedang melanda Maluku. Tekad mereka kuat untuk memelihara modal sosial melalui tari, sekalipun hati mereka terluka.

Menjelang berakhirnya konflik, mereka mulai berani mengkreasi tarian yang menggabungkan unsur gerak dan musik Islami, dengan musik dan tarian yang umumnya dimainkan di wilayah Kristen. Kolaborasi Tari Lenso dan Tari Sawat adalah produk yang mereka hasilkan untuk mengirim pesan perdamaian lewat seni tari.

Tari Lentera mereka ciptakan sebagai penghargaan kepada Gerakan Perempuan Peduli di Maluku yang bergerak sejak awal konflik untuk mengkampanyekan perdamaian. Mereka terus menari di dalam keyakinan bahwa melalui tari mereka bisa mengkampanyekan perdamaian untuk masyarakat mereka yang terluka.

Konflik telah lama berakhir. Tepat 20 tahun hari ini ketika konflik kemanusiaan berawal pada 19 Januari 1999. Komunitas tari ini semakin teguh menabuh perkusi perdamaian dan persaudaraan melalui tarian.

Ini sesuai dengan nama komunitas mereka. "Tifa Siwalima" dua frasa yang memaknakan perkusi dan persekutuan; dan persahabatan di antara mereka telah mengalir menembusi sekat-sekat ruang latihan.

Sumber: BBC Indonesia
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved