23 November 2019 Paus Fransiskus Dijadwalkan Berkunjung ke Jepang
Paus Fransiskus dijadwalkan akan berkunjung ke Tokyo, Hiroshima dan Nagasaki antara tanggal 23 hingga 26 November 2019 mendatang.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Paus Fransiskus dijadwalkan akan berkunjung ke Tokyo, Hiroshima dan Nagasaki antara tanggal 23 hingga 26 November 2019 mendatang.
Kedutaan Vatikan di Tokyo kini tengah sibuk berkoordinasi dengan para Romo (pastor) di Jepang .
"Banyak sekali umat akan ikut perayaan misa 25 November 2019 di Tokyo Dome mulai jam 15.30, tetapi semua diharapkan mendaftar lewat gereja masing-masing karena kapasitas kursi sangat terbatas di sana," ungkap sumber Tribunnews.com, Kamis (3/10/2019).
Kunjungan Paus juga akan bertemu dan mengucapkan selamat kepada kaisar baru Jepang, Kaisar Naruhito beserta permaisuri.
Misa bagi umat katolik juga akan dilakukan di Nagasaki tanggal 24 November jam 13.30 di Nagasaki Baseball Stadium.
Baca: Jadi Youtuber Kondang, Atta Halilintar Ternyata Sempat Jajal Profesi Lain, Ini Perjalanan Karirnya
Tokyo Dome yang bisa menampung 50.000 orang akan dijaga sangat ketat dengan polisi anti terorisme.
Oleh karena itu pemeriksaan akan sangat ketat saat diadakan misa bersama di tempat itu.
Apakah semua pastor di Jepang akan datang dan diundang semua?
"Belum tahu mengenai hal tersebut, masih dalam pengaturan pihak Vatikan lebih lanjut," ujar sumber itu.
Dia mengatakan tema yaang akan diambil adalah 'Perdamaian dengan Perlindungan Bagi Semua Umat Manusia'.

Di banyak paroki di Tokyo, diumumkan kehadiran untuk misa Paus nantinya sekitar 6 orang saja yang diterima pendaftaran karena kursi yang terbatas di Tokyo Dome.
Namun tentu akan lebih banyak lagi umat yang berkeinginan hadir di misa tersebut. Namun hingga kini belum diketahui pengaturan lebih lanjut.
Kunjungan Paus ke Jepang adalah yang kedua kali sejak 38 tahun yang lalu. Sebelumnya adalah Paus John Paul II di tahun 1981.
Penasaran dengan membeludaknya umat yang akan hadir di Tokyo Dome, berikut latar belakang umat katolik yang ada di Jepang.
Baca: Kristalina Georgieva dan Puan Maharani, Dua Perempuan di Kursi Panas
Kekristenan di Jepang
Kekristenan (Katolik) pertama kali diperkenalkan ke Jepang pada tahun 1549 oleh misionaris Yesuit Francisco Xavier, dan umat Kristen serta daimyo Kristen meningkat.
Kemudian, itu dilarang pada periode Edo dan ditekan.
Bahkan 26 pastor (martir) tahun 1597 dibunuh di Nagasaki.
Dengan dihapuskannya larangan terhadap agama kristen di zaman pemerintah Meiji, kekristenan dimulai lagi.
Setiap musim panas, total per Desember tahun sebelumnya dikompilasi dan diumumkan oleh Dewan Pusat Katolik tercatat pada Desember 2017, jumlah pengikut di Gereja Katolik di Jepang adalah 448.332.

Dibandingkan populasi Jepang adalah sekitar 0,345 persen, yang merupakan minoritas sosial, tetapi di Perfektur Nagasaki (Keuskupan Agung Nagasaki), ada latar belakang sejarah bahwa ada banyak keturunan orang Kristen yang tersembunyi, yang menonjol sebanyak 4,397 persen dari populasi.
Tersembunyi karena trauma di masa lalu banyak pastor katolik yang dibunuh di sana.
Meskipun jumlah absolut pengikut berada dalam tren menurun, penurunan populasi di Jepang lebih besar dari itu.
Ada 969 gereja Katolik dan 765 biara di Jepang, yang mengoperasikan 42 fasilitas medis, 635 fasilitas kesejahteraan sosial, dan 835 fasilitas pendidikan (sekolah misi, sekolah dukungan khusus, dll) per Desember 2017.
Baca: Angelo Wake Kako Tampil Sederhana di Pelantikan Anggota DPD RI, Ternyata Bukan Orang Sembarangan
Menurut buku tahunan Agensi Budaya Urusan Kebudayaan tahun 2017, jumlah orang percaya di Gereja Katolik di Jepang adalah 441.107 (ini konsisten dengan angka 2016.
Tampaknya menjadi kekuatan terbesar dari semua agama Kristen, termasuk semua agama. Dan pelajaran lain selain agama baru berasal dari Jepang.
Ada 16 keuskupan (keuskupan) di Jepang, dan masing-masing uskup melayani sebagai gembala bagi umatnya.
Dari jumlah tersebut, Tokyo, Osaka, dan Nagasaki adalah keuskupan agung di mana para uskup agung melayani keuskupan.

Di Gereja Katolik, setiap keuskupan memiliki status hukum agama berdasarkan Undang-Undang Organisasi Agama, dan setiap gereja tidak memiliki status hukum.
Gereja tempat uskup itu berada disebut "Katedral", dan nama kota tempat ia menjadi pastor paroki.