Protes Hong Kong: Fakta-fakta tentang pemilihan lokal yang 'diharapkan akan kirim sinyal' ke pemerintah China,
Warga Hong Kong berbondong-bondong menggunakan hak suara dalam pemilihan daerah yang oleh kelompok-kelompok prodemokrasi diharapkan akan mengirimkan

Jumlah pemilih Hong Kong yang menggunakan hak suara pada Minggu (24/11) tinggi dalam pemilihan tingkat distrik yang oleh kelompok-kelompok prodemokrasi diharapkan akan mengirimkan sinyal kepada pemerintah China di Beijing.
Beberapa jam setelah tempat-tempat pemungutan suara dibuka, lebih dari 2,1 juta orang telah mencoblos atau sekitar 52,14% dari total warga yang memiliki hak suara.
Kelompok-kelompok prodemokrasi berharap para anggota dewan distrik terpilih adalah mereka yang mencerminkan kepentingan suara pemrotes, meskipun sejatinya anggota dewan distrik hanya mempunyai kewenangan terbatas. Mereka juga menyerukan kepada warga untuk tidak mengganggu jalannya pemilihan.
- Demonstran Hong Kong ditangkap, setelah melawan polisi dengan panah dan bom molotov
- Suasana di dalam kampus Hong Kong jelang berakhirnya pengepungan aparat
- Hong Kong: Demonstran berusaha kabur melalui selokan bawah tanah, 'Gelap, banyak ular dan kecoak, bau sekali'
Sementara itu, calon-calon propemerintah China menyerukan kepada para pemegang hak suara untuk menyalurkan suara kepada mereka sebagai bentuk ekspresi atas kefrustasian terhadap gelombang demonstrasi yang diwarnai kekerasan selama ini.
Hong Kong adalah bagian dari wilayah China tetapi warganya memiliki otonomi lebih besar.

Sejak pagi warga berbondong-bondong dan mengantre di tempat-tempat pemungutan suara (TPS) meskipun sempat muncul kekhawatiran pemungutan bisa dihentikan jika sampai terjadi kekerasan.
"Menghadapi situasi yang sangat menantang, dengan gembira saya mengatakan... situasinya relatif tenang dan damai (selama pemilihan) hari ini," kata Carrie Lam setelah memberikan suara.
Apa yang terjadi?
Hingga waktu makan siang lebih dari 2,1 juta orang telah menyalurkan suara atau sekitar 52,14% dari total warga yang memiliki hak suara. Berdasarkan data pemerintah, jika menggunakan rentang waktu yang sama, jumlah ini lebih besar dibandingkan pemilihan tahun 2015. Kala itu baru 754.705 atau 24,18% dari total pemilih yang menggunakan suara mereka hingga waktu makan siang.

Pada tahun itu pula, sebanyak 1,467 juta orang menggunakan hak suara dari total 3,1 juta pemilih terdaftar.
Kini tercatat 4,1 juta warga Hong Kong memiliki hak suara dari total penduduk 7,4 juta jiwa. Lebih dari 1.000 orang mencalonkan diri untuk memperebutkan 452 kursi dewan distrik. Di samping itu, terdapat 27 kursi yang dialokasikan untuk distrik-distrik pedesaan.
Partai-partai pro-Beijing pada saat ini menguasai mayoritas kursi dewan distrik.
Mengapa pemilihan ini penting?
Anggota dewan kota sebenarnya hanya mempunyai kekuasaan terbatas. Biasanya pemilihan seperti ini hanya dipandang sebagai kegiatan lokal saja, tetapi pemilihan kali ini berbeda.
Pemilihan ini merupakan yang pertama sejak gerakan protes menentang pemerintah bergulir pada Juni 2019 sehingga acara itu dianggap sebagai tes lakmus tentang seberapa besar dukungan yang diberikan kepada pemerintahan Hong Kong saat ini.
"Rakyat Hong Kong mulai memandang pemilihan ini sebagai cara tambahan untuk menyuarakan dan mengekspresikan pandangan mereka terkait kondisi Hong Kong pada umumnya dan terkait pemerintahan pimpinan Carrie Lam," jelas Kenneth Chan, profesor muda di Hong Kong Baptist University, sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Selain itu, pemilihan dewan distrik juga berpengaruh pada siapa yang duduk sebagai pemimpin eksekutif Hong Kong.
Berdasarkan sistem pemilihan di wilayah otonom itu, sebanyak 117 anggota dewan distrik juga akan duduk di komite yang beranggotan 1.200 orang. Mereka itulah yang berwenang memilih pemimpin eksekutif, yang kini dipegang oleh Carrie Lam.
Artinya, jika suatu distrik dimenangkan oleh calon prodemokrasi maka kemenangan itu dapat menyumbang suara dalam pemilihan pemimpin eksekutif periode berikutnya.
Siapa saja yang mencalonkan diri?
Terdapat sejumlah sosok terkenal yang mencalonkan diri, termasuk politikus dan pengacara yang pro-Beijing, Junius Ho.
Ho ditikam awal bulan ini dalam aksi demonstrasi ketika berpura-pura menjadi pendukung.
Ia secara terbuka mendukung tindakan kepolisian dalam berbagai kesempatan. Pada bulan Juli, Ho tertangkap kamera sedang berjabat tangan dengan sekelompok orang yang dicurigai sebagai anggota geng triad. Sekelompok pria itu kemudian menyerang pemrotes prodemokrasi.

Aktivis politik, Jimmy Sham, yang belakangan namanya melejit sebagai pemimpin Civil Human Rights Front, mencalonkan diri untuk kali pertama. Kelompok yang dipimpinnya turut mengorganisir aksi-aksi protes.
Sham juga diserang dua kali, di antaranya menggunakan palu. Foto-foto menunjukkan ia tergeletak di jalan dan berlumuran darah.
Sementara itu, aktivis prodemokrasi Joshua Wong dilarang terjun dalam pemilihan, suatu keputusan yang ia anggap sebagai " penyaringan politik".