Selasa, 26 Agustus 2025

Donald Trump Pecat Pejabat yang Dukung Pemakzulannya, Balas Dendam?

Akhir-akhir ini, suasana hati Presiden Amerika Serikat, Donald Trump terlihat antara 'sangat bersemangat' dan 'kesal'

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Sri Juliati
Twitter White House Photos @photowhitehouse
Foto Presiden Donald Trump Kembali ke Gedung Putih Langsung Menjadi Bahan Meme 

TRIBUNNEWS.COM - Akhir-akhir ini, suasana hati Presiden Amerika Serikat, Donald Trump terlihat antara 'sangat bersemangat' dan 'kesal' pada beberapa kali pertemuan di Gedung Putih.

Dilansir dari Time.com, dia senang, karena berhasil selamat dari persidangan pemakzulannya dan investigasi oleh Robert Mueller.

Pihak Gedung Putih menambahkan, Trump juga merasa kesal karena harus melewati itu semua selama tiga tahun ini.

Namun, dia merasa sedikit lega, seakan ada angin segar.

Orang yang menjabat presiden pada umumnya, akan menyampingkan urusan pemakzulannya itu dan konsentrasi bekerja di sisa masa jabatannya yakni 11 bulan.

Berbanding terbalik dengan Trump yang justru mengalihkan pikirannya ke beberapa hal yang tidak berkaitan dengan tugasnya sebagai pelayan rakyat.

Antara lain, Trump memikirkan Partai Demokrat di Iowa, kampanyenya untuk pemilihan yang akan datang, dan menyelesaikan sejumlah masalahnya.

"Dia fokus pada berbagai hal yang merisaukannya," kata pejabat dari Gedung Putih.

Today, House Democrats’ sham impeachment ended with the full vindication and exoneration of President 
@realDonaldTrump
Today, House Democrats’ sham impeachment ended with the full vindication and exoneration of President @realDonaldTrump (Twitter White House)

Trump jujur, merasa dikhianati pejabat-pejabat Gedung Putih yang tidak mendukungnya.

Diketahui, sejumlah pejabat parlemen Gedung Putih keberatan atas keinginan Trump meminta Ukraina menyelidiki seorang calon saingannya dalam pilpres tahun ini, mantan Wakil Presiden, Joe Biden.

Presiden yang fenomenal ini, percaya, pemerintah federal dan mereka yang ada di luar Gedung Putih tidak loyal padanya.

Trump menilai, orang-orang ini secara pribadi tidak menyukainya.

"Keringkan Rawa-rawa Itu!" cuit Trump pada Kamis (13/2/2020).

Dia mengulangi kembali janji kampanyenya saat 2016.

"Kami ingin orang jahat keluar dari pemerintahan kami!" ujarnya.

Baca: Usai Minta Trump Mundur, Mahathir Mohammad Juga Diminta Mundur Oleh Netizen

Baca: Facebook dan Twitter Menolak Permintaan Nancy Pelosi untuk Menghapus Video Donald Trump yang Diedit

Presiden AS ke-45 ini, meluncurkan serangan balas dendam, pada pihak-pihak yang menetangnya selama pemakzulan dan investigasi Mueller berlangsung.

Serentetan tindakan, dilakukan Trump menyusul pembebasannya dari pemakzulan.

Selama 48 jam setelah dia dibebaskan dari pemakzulan, Trump melakukan upaya ofensif.

Pada Jumat, (7/2/2020) dia memberhentikan lebih awal Kolonel Alexander Vindman dari Staf Dewan Keamanan Nasional.

Tindakan ini dinilai publik sebagai upaya balas dendam Trump pada kesaksian Vindman saat sidang pemakzulannya.

Masih di hari yang sama, Trump juga memecat Gordon Sondland, Duta Besar AS untuk Uni Eropa.

Padahal, sebelumnya Gordon mendonasikan 1 juta dolar AS saat Trump dilantik.

Selain itu, seorang pejabat Partai Republik yang menaungi Trump juga ia berhentikan.

Tak lain Senator Partai Republik Mitt Romney, yang dia serang karena mendukung pemakzulannya.

"Saya tidak suka orang-orang yang menggunakan kepercayaan agama mereka sebagai pembenaran."

"Kendati tahu apa yang mereka lakukan itu salah," kata Trump.

Baca: Ivanka Trump Pakai Tagar BTS, ARMY Minta Anak Donald Trump Hapus Cuitan

Baca: Rocky Gerung Bandingkan Penghinaan Wali Kota Surabaya Risma dengan Presiden AS Donald Trump

Romney, membeberkan pada DPR tentang 'bahwa semua orang tahu' Trump menekan Ukraina untuk memulai penyelidikan.

Ia juga menyerang Ketua DPR, Nancy Pelosi dari Partai Demokrat yang memimpin usaha pemakzulannya.

Trump mengatakan, Pelosi telah mendoakan presiden walaupun ia sedang diselidiki.

"Saya juga tidak suka pada orang yang mengatakan 'saya berdoa untukmu', walaupun sebenarnya bukan itu yang mereka maksudkan," kata Trump.

Para pejabat intelijen, dijadwalkan untuk memberikan penjelasan kepada Kongres pada Rabu.

Hal ini, terkait dengan ancaman keamanan yang dialami Ukraina.

Namun, pemerintahan Trump justru menunda pemeriksaan itu tanpa alasan yang jelas.

Trump protes pada sebuah cuitannya di Twitter, saat jaksa merekomendasikan hukuman penjara tujuh sampai sembilan tahun, untuk Roger Stone.

Diketahui, Roger Stone adalah teman lama dan penasihat politik Trump.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan