Virus Corona
Uji Coba Vaksin Corona di Inggris Tunjukkan Hasil Positif, Juni Diujikan pada Manusia
Ilmuwan Inggris hampir berhasil mengembangkan vaksin khusus Covid-19, setelah sebelumnya diujikan pada seekor tikus.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Ifa Nabila
TRIBUNNEWS.COM - Ilmuwan Inggris mendekati keberhasilan dalam mengembangkan vaksin khusus virus corona atau Covid-19, setelah sebelumnya diujikan pada seekor tikus.
Hasilnya menunjukkan pertanda ke arah yang positif.
Penelitian ini dipimpin oleh Kepala Infeksi dan Imunitas Mucosal, Dr Robin Shattock.
Para ilmuwan dan peneliti berharap Juni 2020 mendatang, vaksin ini bisa diuji coba ke manusia.
Salah satu peneliti senior, Dr Paul McKay dari Imperial College London menjelaskan hasil uji coba pada tikus ini.
"Saya mendapatkan hasil sebulan setelah menyuntikkan ke tikus."
"Vaksinnya bekerja dengan sangat-sangat baik," ujar Paul.
Baca: China Klaim Sudah Miliki Vaksin Corona, Bulan Depan Bisa DIpakai untuk Kondisi Darurat
Baca: Virus Corona Makin Menyebar, Pemerintah Tiongkok Sebut Vaksin Segera Siap Bulan April 2020
Tim peneliti dari Inggris ini juga bekerjasama dengan para ilmuwan Paris.
Kini mereka berencana akan menguji coba keefektivitasannya kepada monyet.
Dr McKay menerangkan, bahwa mereka sudah mengajukan permohonan dana lebih dari Medical Research Council.

Dana ini diperuntukkan uji klinis ke tubuh manusia.
"Jika kami mendapatkan dana untuk uji klinis manusia, kami akan mengujinya pada Juni mendatang," kata Paul.
Menurutnya, langkah penelitian ini masih membutuhkan bantuan dari pemerintah.
"Kalau para peneliti Inggris di sini mengembangkan vaksin, alangkah baiknya kalau pemerintah mendukung," tambahnya.
Bila vaksin menunjukkan hasil positif di tubuh manusia, setidaknya kurun waktu setahun vaksin ini akan tersedia.
Uji Coba Obat Covid-19 Berhasil pada Pasien Kritis
Beberapa waktu lalu, seorang wanita pasien Covid-19 sempat mengalami kondisi kritis.
Beruntungnya, dia berhasil sembuh karena diberikan obat percobaan padanya.
Wanita ini tertular virus corona saat di Amerika Serikat.
Dia menjadi objek uji coba obat remdesivir yang sebelumnya diuji cobakan pada monyet.
Awalnya paramedis yang merawat wanita ini merasa khawatir karena dia diakatakan sudah diambang kematian.
Baca: WHO: Vaksin Pertama untuk Virus Corona Baru Tersedia 18 Bulan Lagi
Baca: Belum Ada Kasus, Indonesia Bakal Buat Vaksin Novel Corona Virus?
Namun sehari setelah diberikan obat uji coba itu, kondisi wanita ini berangsur membaik.
Dilansir Mirror dari Science Insider, tubuhnya membaik secara konsisten.
Sebelum terinfeksi corona, wanita ini tidak berkunjung ke lokasi pusat pandemi ataupun berinteraksi dengan pasien Covid-19.
Namun diyakini dia menjadi pasien pertama yang tertular dari Amerika Serikat.
Dia dinyatakan positif wabah mematikan asal Wuhan, China ini pada 26 Februari.
Spesialis Penyakit Menular dari Universitas California Davis Medical Center di Sacramento, George Thompson turut merawat wanita ini.
Menurutnya kondisi wanita ini sekarang sudah sehat.
Obat uji coba itu, diberikan padanya sekitar 36 jam dari saat dia didiagnosa.
"Kami pikir dia akan meninggal," kata Thompson.
"Sehari setelah infus obat, kondisinya menjadi lebih baik," jelasnya.
Kendati demikian, para ilmuwan masih akan terus melakukan tes lebih lanjut.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)