Jumat, 29 Agustus 2025

Virus Corona

Langgar Aturan Lockdown Filipina, Seorang Pria Ditembak Mati

Seorang pria berusia 63 tahun ditembak mati di Filipina setelah mengancam para pejabat desa dan polisi dengan sabit di pos pemeriksaan virus corona.

Editor: Miftah
Guardian via Maria Theresa Depano
Covid-19 Merebak di Asia Tenggara, Filipina Isolasi 670 Pekerja Medis 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria berusia 63 tahun ditembak mati di Filipina.

Pria tersebut ditembak mati setelah mengancam para pejabat desa dan polisi dengan sabit di pos pemeriksaan virus corona.

Informasi itu disampaikan oleh pihak kepolisian pada Sabtu (4/3/2020).

Si pria diyakini mabuk ketika ia mengancam para pejabat desa dan polisi yang menjaga pos pemeriksaan di kota Nasipit, provinsi selatan Agusan del Norte, Kamis, kata sebuah laporan polisi. 

"Tersangka itu diperingatkan oleh petugas kesehatan desa," ungkap laporan tersebut yang dikutip dari Al Jazeera.

"Karena (dia) tidak mengenakan masker," kata laporan itu.

"Tapi tersangka marah, mengucapkan kata-kata memprovokasi dan akhirnya menyerang personil menggunakan sabit," terang laporan tersebut.

Baca: Presiden Duterte Ancam Tembak Mati Pelanggar Aturan Lockdown di Filipina

Presiden Filipina Rodrigo Duterte
Presiden Filipina Rodrigo Duterte (Daily Post)

Lebih jauh, tersangka ditembak mati oleh seorang polisi yang berusaha menenangkannya. 

Insiden ini adalah kasus pertama yang dilaporkan polisi menembak warga sipil karena menolak mengikuti lockdown untuk mengekang penyebaran virus corona.

Peringatan Duterte: Ikuti Perintah Saat Ini

Presiden Rodrigo Duterte telah memperingatkan terkait hal ini pada Rabu (1/4/2020) kemarin.

Dalam peringatannya, Duterte telah memerintahkan polisi dan militer untuk menembak siapa saja yang membuat masalah, khususnya dalam penanganan virus corona.

"Ikuti pemerintah saat ini karena sangat penting," katanya dalam pidato nasional televisi larut malam.

"Dan jangan membahayakan pekerja kesehatan, para dokter, karena itu adalah kejahatan serius," tegas Duterte.

"Perintah saya kepada polisi dan militer, jika ada yang membuat masalah, dan hidup mereka dalam bahaya: tembak mereka mati!," jelas Duterte.

Rodrigo Duterte
Rodrigo Duterte (The Sun)

Pulau utama Luzon di Filipina telah ditutup selama satu bulan sejak 16 Maret 2020.

Pihak berwenang melarang orang meninggalkan rumah mereka kecuali untuk keperluan penting.

Misalnya ke toko kelontong atau apotek, atau jika mereka adalah pekerja garis depan. 

Lebih lanjut, banyak provinsi di luar Luzon juga memberlakukan lockdown mereka sendiri dalam upaya untuk mencegah penyebaran virus.

Duterte: Masyarakat Perlu Menyadari Situasi

Pada Jumat (3/4/2020), Duterte mengatakan, masyarakat perlu menyadari gawatnya situasi karena siapa pun dapat sakit karena penyakit itu. 

"Tanpa lockdown ini, ini tidak akan berakhir," katanya. "Jadi, jika kamu tidak mau mengikuti, maka aku akan menghabisimu untuk melindungi nyawa orang tak bersalah yang tidak ingin mati," tegas Duterte.

Baca: Presiden Filipina Peringatkan Bagi Siapa pun yang Langgar Lockdown Dapat Ditembak Mati

Amnesty Internasional Sesalkan Kebijakan Duterte

Amnesty International menyesalkan fakta bahwa para pemimpin kuat di dunia seperti Duterte.

Pihaknya mengatakan, Duterte telah menggunakan pandemi Covid-19 uuntuk lebih jauh melumpuhkan kritik dan perbedaan pendapat. 

Presiden Filipina Rodrigo Duterte
Presiden Filipina Rodrigo Duterte (Scmp.com)

"Ini adalah krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya," ungkap Butch Olano, Sirektur Amnesty International di Filipina

"Tetapi Presiden Duterte fokus pada menyerang kebebasan berbicara dan berkumpul," katanya.

"Dia meremehkan permintaan negara untuk layanan yang lebih baik ketika prioritasnya adalah untuk memenuhi kewajiban pemerintah menyediakan layanan kesehatan dan bantuan vital bagi semua orang tanpa diskriminasi," tambahnya. 

Bantuan Tunai kepada Keluarga Miskin

Lebih jauh, pemerintah telah mulai mendistribusikan bantuan tunai kepada keluarga miskin dan pekerja yang terkena dampak lockdown di bawah paket perbaikan 200 miliar peso atau 4 miliar dolar Amerika.    

Namun ada keluhan terus-menerus tentang keterlambatan pengiriman bantuan, terutama paket makanan. 

Pada Rabu (1/4/2020), keributan terjadi di pinggiran Manila ketika sekelompok penduduk daerah kumuh berkumpul di luar rumah.

Setelah mendengar desas-desus bahwa sumbangan akan didistribusikan. 

Baca: Unik! Perawat di Filipina Produksi APD Warna-Warni bak Teletubies untuk Ceriakan Pasien Corona

Petugas keamanan desa dan polisi mendesak warga untuk kembali ke rumah mereka, tetapi mereka menolak. 

Dua puluh satu warga ditangkap dan berbagai tuntutan pidana telah diajukan terhadap mereka. 

Kasus Infeksi Virus Corona di FIlipina 

Untuk diketahui, Departemen kesehatan melaporkan 76 kasus infeksi baru yang dikonfirmasi di Filipina.

Sehingga total penghitungannya menjadi 3.094. kasus dikonfirmasi.

Delapan kematian tambahan juga dicatat, mendorong angka kematian menjadi 144, sementara 57 pasien telah pulih. 

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan